t u j u h b e l a s

259 48 0
                                    

Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang ke rumah meski masih harus banyak istirahat. Aku juga sudah mendengar kabar bahwa ibuku sudah sadar dari komanya beberapa hari belakangan. Kabar itu sekaligus menjadi penyembuh bagiku. Aku sempat menjenguknya, sewaktu aku akan pulang dari rumah sakit. Tapi, hanya beberapa menit saja karena aku harus banyak istirahat.

Aku saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah, menyaksikan perdebatan panas antara dua wanita yang sedang mengandung. Aku menutup mataku rapat-rapat, sudah pusing dengan penuturan kedua orang dihadapanku ini. Wonwoo dan Hoshi beberapa kali mencoba melerai, tapi sepertinya wanita hamil ini lebih garang karena emosinya yang sulit di kontrol.

Sakura memang datang ke rumahku siang ini. Ia baru sempat datang untuk menjengukku. Tetapi saat ia mengetahui bahwa aku sakit bukan hanya tidak makan seharian, melainkan tekanan dan stres, emosinya langsung tersulut. Bahkan ketika Doyeon hendak mengambil air minum di dapur, Sakura sudah terlebih dahulu mencegat dan menyindirnya dengan kata-kata kasar.

Lihat? Sakura memang tamengku, tapi ia berbuat seenak hatinya, padahal aku sudah berkali-kali memperingatinya untuk tidak membahas soal pernikahanku. Tapi, Sakura tetap tidak terima saat aku disakiti oleh siapapun. Untuk itu aku hanya bisa diam sembari memperhatikan apa yang wanita itu lakukan.

"Kamu tuh yang pembawa masalah. Rumah tangga orang diganggu terus. Pake bawa-bawa hamil lagi. Bilang aja kalau kamu mau rebut Wonwoo dari hidupnya Sejeong!! Tapi bagaimana pun juga, aku tidak akan biarkan kamu hidup tenang jika hal itu benar-benar terjadi." Sakura terlihat begitu bersemangat untuk melawan wanita yang saat ini berada di pelukan Wonwoo.

"Kurang ajar! Dari awal memang Wonwoo punya aku! Dia aja yang ambil Wonwoo." Tunjuk Doyeon padaku. Aku hanya tersenyum miring saat ia mengatakan hal tersebut.

"Oh ya? Itu tandanya kamu bukan jodoh untuk Wonwoo. Walaupun kamu sudah pacaran 10 tahun, 20 tahun, tapi kalau kamu sama Wonwoo tidak menikah, sama aja kamu bukan miliknya. Sejeong adalah wanita sah yang akan menjadi milik Wonwoo!"

"Gak bisa gitu, dong! Kan ada namanya perceraian. Gila aja kamu kalau sampai aku tidak menikah dengan Wonwoo. Mau dikemanain anak aku dengan dia?!"

"Kamu nungguin mereka cerai? Sampai kapan? Jangan mengganggu hubungan rumah tangga orang, dong! Lagipula, Wonwoo dan Sejeong menikah cukup lama. Mustahil kalau Wonwoo tidak mencintai Sejeong, begitu sebaliknya. Mereka setiap hari bertemu, makan bersama, dan melakukan hal-hal bersama. Jadi, perlahan-lahan hati Wonwoo akan terisi dengan nama Sejeong."

Aku menepuk jidatku. Omongan Sakura sudah melantur kemana-mana. Ini menyebabkan Doyeon semakin murka. Wajahnya merah padam dengan napas yang tidak teratur. Doyeon buru-buru bangkit dan memaksa untuk terlepas dari pelukan Wonwoo, berjalan dengan begitu cepat hingga menampar wajah Sakura.

"Doyeon!! Kamu apa-apaan sih?!" Ucapku. Aku terkejut, semua orang terkejut. Melihat betapa kasarnya Doyeon saat menampar wajah Sakura.

"Aku paling tidak suka saat orang lain mengambil Wonwoo dariku. Dan aku lebih tidak suka saat orang lain mengatakan bahwa Wonwoo akan menyukai orang lain daripada diriku. Ini balasanmu, Nyonya Kwon!" Ucap Doyeon sebelum memasuki kamarnya dengan membanting pintu kamar cukup kasar.

Aku melirik pada Wonwoo, "Bicarakan sama Doyeon, agar ia tidak tersulut emosi lagi."

Wonwoo tidak bergeming, ia masih menatap Sakura yang terus memegangi pipinya, "Aku minta maaf atas nama Doyeon."

Sakura menoleh, ia sama emosinya dengan Doyeon, "Aku tidak menerima permintaan maaf apapun kecuali dia yang meminta maaf langsung padaku."

Hoshi memeluk Sakura erat, menenangkannya agar ia tidak marah lagi. Saat seperti ini aku tidak membela siapapun, karena aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

The PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang