l i m a

320 59 0
                                    

- Tidak Apa-apa. Sederhana didengar, hanya memiliki 3 kata. Namun, sangat menenangkan apabila diucapkan -

Terima kasih kepada semua orang yang dengan begitu ikhlas mengucapkan "Tidak apa-apa"

***

Aku terbangun pukul 7 pagi. Ternyata aku bangun cukup kesiangan. Dengan cepat aku bangkit dan langsung terjatuh ke lantai begitu saja. Ada apa ini? Kenapa aku tiba-tiba tidak bisa menggerakkan tubuhku?

Aku menarik ke atas gaun tidurku, ternyata kakiku penuh lebam ditambah sakit diperut dan dadaku yang tak kunjung mereda. Padahal semalam Wonwoo sudah membawaku ke rumah sakit.

Pertarungan kemarin memang cukup melelahkan, aku dan Wonwoo harus tiba di rumah pukul 3 pagi. Dan sekarang kami harus kembali beraktivitas. Tapi, aku bahkan tidak bisa menggerakkan tanganku dengan baik. Tangan kananku terlalu gemetaran, mungkin akibat kemarin ketua penculik itu memutarnya cukup kuat.

Aku keluar dari kamarku dengan langkah gontai, sebenarnya aku masih sangat capek. Bahkan untuk membuka mataku rasanya enggan. Jadi, aku berjalan dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih.

Tuk!

Aku menabrak sesuatu. Setelah aku mengucek mataku, kulihat Wonwoo yang sudah berdiri tepat didepanku. Ternyata yang kutabrak adalah dada bidangnya, dengan segera aku menjauhkan diriku.

"Maaf, kak." Ucapku, Wonwoo hanya menatapku. Kemudian menarikku untuk duduk di meja makan.

Aku yang bahkan masih mencoba untuk memulihkan kesadaranku, mengedip-ngedipkan mataku untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Wonwoo mulai bertingkah diluar batas lagi.

"Makan." Wonwoo menyodorkanku semangkok bubur ayam tepat dihadapanku.

"Ini kakak yang buat?"

"Hm."

"Kakak ternyata bisa buat bubur ayam?"

"Hm."

"Saya cobain, ya?"

"Silahkan."

Aku mencoba mengambil sendok, tapi tanganku terlalu gemetar hingga sendok itu terjatuh. Aku kembali mencoba, tapi lagi-lagi terjatuh. Kucoba lagi, terjatuh lagi. Begitu terus hingga akhirnya aku menghela napasku panjang. Aku tidak terbiasa menggunakan tangan kiri untuk makan, jadi aku terus mencoba agar tanganku setidaknya bisa menggenggam sendok itu sebentar. Paling tidak satu suap deh, soalnya aku sudah sangat penasaran dengan rasanya. Serta, perutku yang mulai keroncongan.

Saat kucoba untuk ambil kembali, Wonwoo menarik kursi yang ada disebelahku dan duduk disana. Ia menghadapkan tubuhnya kearahku dan mulai mengambil sendok yang sedari tadi membuatku kesal.

Wonwoo mulai menyendokkan bubur ke hadapanku, tapi aku tidak langsung membuka mulutku. Namun, aku menatapnya dulu. Ia juga menatapku, tapi dengan tatapannya yang seperti biasa. Dingin.

"Buka mulutmu." Ucap Wonwoo. Dengan perlahan aku mematuhinya, membuka mulutku perlahan dan menerima suapannya. Tapi mataku tidak bisa menghindar dari wajahnya. Kenapa ia tampan sekali, sih?

"Bagaimana?" Tanya Wonwoo.

"Apanya?" Tanyaku kembali.

"Rasanya."

"Oh, ini enak." Jujur guys, ini memang enak. Kuakui, Wonwoo memang jago masak. Beberapa kali ia sering memasak sarapan saat waktu awal-awal menikah dulu. Tapi, baru kali ini aku merasakan bubur ayam buatannya yang ternyata sangat lezat.

The PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang