d e l a p a n b e l a s

244 49 0
                                    

"Senyuman, pelukan, hingga bahunya yang kau jadikan sandaran, adalah sebaik-baiknya tempat untuk kamu kembali dan berlindung. Itu adalah ibu. Ibu tidak banyak berkata 'aku mencintaimu' tapi, ia membuktikan semua ucapan itu dengan beribu tindakannya dimulai saat kita masih berada dalam kandungannya. Cintanya yang tulus, tidak akan pernah ia bagi kesiapapun, spesial hanya untuk kita."

Inilah salah satu alasan mengapa Surga ada di bawah telapak kaki ibu. Karena hati dan jiwanya, menunjukkan bahwa ia adalah seorang malaikat yang diutus oleh Tuhan agar mencintai kami para makhluk yang mudah rapuh.

Sekalipun ia marah, yang ia lakukan hanya mencoba memberikan yang terbaik untuk kami. Jadi, jangan tanyakan mengapa ia marah, tapi lihatlah dari balik hatinya bahwa ia menginginkan yang terbaik untuk membimbing kami menuju kebahagiaan sejati.

Ibu. Kami, anak-anakmu ini, akan selalu berterima kasih kepadamu dalam keadaan apapun. Terima kasih karena telah membantu kami hidup di dunia dan terima kasih karena hatimu begitu kuat untuk bertahan bagi kami.

Kami, mencintaimu ibu.

***

Aku masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Wonwoo. Sudah 2 hari ia tidak pulang, begitu pula dengan Doyeon. Apa mungkin menghilangnya Wonwoo ada kaitannya dengan Doyeon? Bisa jadi seperti itu. Tapi apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa mereka tidak memberi tahuku sama sekali? Setidaknya salah satu dari mereka bisa memberi kabar melalui pesan singkat. Agar aku tak khawatir seperti ini.

Aku begitu kecewa, terutama pada Wonwoo. Aku tak habis pikir dengan sikap pengecutnya yang menelantarkanku di taman sedang dirinya pergi entah kemana.

Kuceritakan sedikit tentang malam itu. Setelah Wonwoo menghilang, aku menunggu beberapa saat disana hingga akhirnya aku lelah dan kecewa. Aku memutuskan untuk menghubungi kak Seungcheol agar menjemputku. Kebetulan kak Seungcheol masih berada di kantor, mengurus beberapa laporan penting, akhirnya aku dijemput 1 jam setelah.

Sembari menunggu kak Seungcheol datang, aku menangis di taman yang sepi itu sendirian. Bahkan bintang-bintang yang kulihat sebelumnya itu mendadak hilang entah kemana. Ternyata bukan menghilang, melainkan langit yang mulai menunjukkan tanda-tanda akan menumpahkan bebannya.

Udara saat itu semakin dingin dan hujan pun mulai turun. Aku berlindung di salah satu kedai yang kebetulan masih buka. Cukup lama hingga kak Seungcheol datang dan langsung mengantarku pulang.

Aku menceritakan semuanya pada kak Seungcheol, sebab ia tak berhenti bertanya padaku, mengapa aku bisa ada di tempat seperti itu sedangkan aku jarang sekali menyentuh tempat seromantis tersebut.

Kak Seungcheol menghela napasnya kasar, ia berusaha untuk tidak menunjukkan amarahnya. Aku tahu, ia juga ikut kecewa dengan sikap Wonwoo yang tak bertanggung jawab itu.

Aku pikir kak Seungcheol akan membawaku pulang ke apartemen, tempat dimana aku dan Wonwoo tinggal bersama. Ternyata ia membawaku ke rumah keluarga besar kami, sepertinya ia tahu kekecewaanku yang tak semudah itu memaafkan Wonwoo.

Jadi, selama 2 hari ini aku tinggal bersama dengan keluarga besarku. Sesekali aku datang ke apartemen, tapi apartemen itu masih sama seperti sebelum aku dan Wonwoo meninggalkannya.

Sebenarnya, aku tak sengaja bertemu dengan Wonwoo di tempat kerja kami. Tapi, saat aku hendak memanggilnya, ia terlebih dahulu masuk ke dalam mobil dan pergi dengan terburu-buru. Bisa-bisanya Wonwoo mengabaikanku setelah semua yang ia katakan di taman kemarin. Serasa ia melempar jauh ucapannya, seakan-akan ia tak pernah melontarkan kata-kata manis itu.

The PoliceWhere stories live. Discover now