e n a m

284 60 1
                                    

Setelah kemarin aku berdiam diri di rumah, sekarang aku kembali beraktivitas lagi. Pagi-pagi sekali aku dapat laporan, bahwa ada perampokan di daerah tempat tinggalku. Maka dari itu aku langsung pergi di tempat itu. Meninggalkan Wonwoo yang masih memakan sup hangat yang sudah aku siapkan.

Mengenai kejadian tadi malam, aku sama sekali tidak mengungkit apapun. Wonwoo juga bak orang amnesia, sama sekali tidak merasa bersalah apapun padahal ia sudah membuat jantungku tidak normal saat tidur bersamanya di sofa. Wonwoo juga kembali berbicara formal padaku, seperti biasa yang ia lakukan.

Aku akhirnya tiba di kantor, mendapati Dino yang datang menyambutku. Kami berjalan beriringan masuk menuju ruangan tim kami berada.

"Keadaan anda sudah baik, bu?" Tanya Dino.

"Baik, kamu sendiri?"

"Saya juga sudah mendingan, bu." Ucapnya.

Aku mengelus pelan pundak Dino, "Syukurlah. Kalau begitu kita kembali bekerja hari ini. Oh iya, tadi saya nangkap perampok, tolong kamu yang interogasi, ya?"

"Siap, bu." Dino menurut, sesegera mungkin ia berbalik arah dan menuju ruang interograsi.

Kudapati polisi wanita sedang menuju kearahku, sesegera mungkin aku menundukkan badanku.

"Pagi, bu Sejeong." Sapanya

"Pagi."

"Tadi ada siswi SMA yang mau ketemu sama, ibu."

"Oh ya? Dimana ia sekarang?"

"Ada di depan, bu. Mungkin di ruang tunggu."

"Oke kalau begitu saya kesana. Terima kasih, ya."

"Sama-sama, bu."

Begitu aku menuju ruang tunggu, aku langsung menemukan sesosok gadis cantik yang tak asing lagi dimataku. Aku langsung mendekat dan menepuk pundaknya yang sedang asik membaca buku pelajaran.

"Jiyeon, kan?" Tanyaku.

Gadis cantik itu menoleh dan menatapku dengan riang, "Bu Sejeong.."

Dia langsung mendekapku begitu kuat, seakan-akan aku tak boleh pergi dari sisinya. Begitu pelukan itu terlepas, aku menatap dalam kemanik matanya yang menyiratkan kebahagiaan.

"Bu, terima kasih sudah menolong saya waktu itu. Saya seperti punya harapan hidup lagi waktu lihat ibu sama dua teman ibu lainnya. Sekali lagi, saya berterima kasih karena ibu sudah nolongin saya waktu itu."

Aku mengangguk, tersenyum lebar kepada gadis ini, "Sama-sama. Ini memang sudah menjadi tugas kepolisian untuk membantumu."

"Oh iya. Ini.." Jiyeon menyerahkan sebuah kotak besar kepadaku.

Aku pun bingung, kemudian kembali menatapnya, "Ini apa Jiyeon?"

"Ini makanan sederhana dari ibu saya. Dia tidak sempat hadir kesini karena harus pergi bekerja. Selamat menikmati, semoga ibu dan rekan-rekan ibu, senang sama masakan ibu saya."

Aku tertawa, ibu dan anak ini baik sekali ternyata. Pagiku yang sempat buram karena harus berlari-larian mengerjar perampok, akhirnya kembali tercerahkan dengan kedatangan dan niat baik anak ini.

"Baiklah. Pasti nanti saya makan, terima kasih banyak."

"Sama-sama, bu. Kalau begitu saya pamit dulu, saya mau berangkat kesekolah." Ucap Jiyeon menunduk sopan padaku. Tanganku terangkat untuk segera mengelus kepala dan pundaknya.

"Sampai jumpa, bu." Dia melambaikan tangannya padaku, dengan segera aku juga melakukan hal yang sama. Betapa senangnya aku melihat senyuman itu kembali pada wajahnya.

The PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang