e n a m b e l a s

279 47 0
                                    

Wonwoo tak henti-hentinya mengecup lengan seorang wanita yang terbaring lemah di rumah sakit. Mata wanita itu masih enggan untuk terbuka setelah 3 jam lamanya ia terbaring di sana.

Wonwoo khawatir bukan main. Pernyataan dokter yang baru saja memeriksa wanita itu mengatakan bahwa, wanita itu bukan hanya sekedar sakit perut dan kepala biasa. Melainkan wanita itu penuh tekanan dan stres berat.

Tangan Wonwoo beralih mengusap wajahnya kasar. Dirinya menganggap bahwa Sejeong tertekan akibat ulahnya pada wanita cantik itu. Ia tidak bisa menjaga, maupun melindungi wanita itu seperti janjinya pada Tuhan dan pada orang tua Sejeong. Bahkan, Wonwoo pun tak menepati janjinya pada Sejeong, bahwa ia akan membangun rumah tangga bahagia dan mencoba untuk memperjuangkannya.

"Sejeong... Ayo bangun, sayang.."

Meski sudah berulang kali Wonwoo mengatakan hal itu, Sejeong tak kunjung membuka matanya. Seakan-akan ia tak ingin merasakan kejamnya dunia untuk sementara waktu. Biarkan ia beristirahat sejenak, meluruskan punggung demi membuat hari-hari bahagianya kembali, meski dirasa hal itu lumayan sulit untuk dilakukan.

Wonwoo yang baru saja membaringkan kepalanya disamping lengan Sejeong, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Seungcheol yang kebetulan berada di rumah sakit itu. Sejeong memang dilarikan di rumah sakit yang sama dimana ibunya dirawat.

"Wonwoo.."

"Kak Seungcheol.."

"Sejeong kenapa?" Seuncheol berjalan mendekat, berdiri tepat disamping Wonwoo yang sedang duduk.

"Sejeong pingsan. Seharian ia tidak pernah makan. Tapi kata dokter, penyebab sakitnya Sejeong bukan hanya itu. Ia juga tertekan dan stres berat." Jelas Wonwoo.

Seungcheol menghela napasnya berat, "Kamu tahu penyebabnya apa?"

Wonwoo menunduk, tak sanggup untuk melihat wajah Seungcheol. Ia dirundung banyak sekali rasa penyesalan, "Salah satunya itu pasti aku."

Seuncheol menepuk bahu Wonwoo, "Ayo kita bicara diluar."

Wonwoo mengikuti langkah kaki Seuncheol yang berjalan ke luar dari ruangan Sejeong. Seuncheol mengajak Wonwoo untuk duduk di taman rumah sakit. Udara semakin dingin, tapi mereka berdua tampaknya tak masalah dengan hal itu.

"Kamu tahu? Sejeong pernah bilang padaku bahwa ia menerimamu meskipun kamu bisa saja menolaknya. Ia hanya menurut saat dijodohkan denganmu. Tapi, Sejeong berjanji pada dirinya sendiri akan menjalin pernikahan bahagia denganmu sampai ajal menjemput salah satu diantara kalian."

"Sejeong memang dingin, dia tak mudah membaur dengan orang baru. Ia melihatmu untuk pertama kalinya di hari pernikahan kalian. Kamu tahu apa yang dia katakan?"

Seuncheol menjeda kalimatnya, menatap Wonwoo yang langsung memberikan jawaban dengan gelengan kepala.

"Dia bilang bahwa calon suaminya ternyata ganteng. Dia malu-malu saat menceritakan kepadaku bahwa ia selalu merasa merona saat kamu menatapnya. Ia juga bahagia saat kamu memberinya perhatian meskipun kecil. Hanya saja ia tak berani mendekatimu saat tahu bahwa kamu punya pacar, wanita selain dirinya. Dia tidak pernah menyerah, agar kamu meliriknya dan benar-benar menjadikannya wanita satu-satunya dihidupmu. Sejeong tetap setia menunggu saat dimana dirimu dan dirinya bisa berbahagia juga."

"Aku tidak tahu bahwa semuanya akan seperti ini. Aku akui, aku memang egois, kak. Aku tidak bisa melepaskan Doyeon saat itu, hingga sekarang ia mengandung anakku sendiri. Aku sudah banyak membuat Sejeong menderita, aku minta maaf."

Wonwoo meremas tangannya, ia tak sanggup untuk menatap wajah Seungcheol yang diselimuti kekhawatiran pada adiknya itu.

"Tidak ada salahnya mencintai, Wonwoo. Yang salah jika kamu menerima Sejeong, tetapi kamu tak mampu melepaskan orang lain, begitu pun sebaliknya. Aku tahu, mungkin ada beberapa orang yang memiliki istri lebih dari satu. Tapi aku tanya padamu, apa kamu sanggup mencintai kedua wanita itu? Kamu mungkin bisa saja mencintai mereka sekaligus, tapi apa kamu yakin mereka menerima saat lelaki yang dicintainya itu membagi cintanya dengan orang lain? Sejeong berkali-kali ingin menyerah, tapi ia memegang janjinya di depan Tuhan untuk sehidup semati denganmu."

The PoliceWhere stories live. Discover now