d u a b e l a s

286 51 1
                                    

"Ikhlas itu sangat berat, begitupun dengan memaafkan. Tapi, kalau kamu melakukan keduanya, maka kamu adalah orang dengan hati terbesar di dunia. Kamu harus ingat, sebesar apapun dosa seseorang, Tuhan bisa saja memaafkannya. Maka dari itu, mencobalah untuk bisa memaafkan setiap kesalahan orang lain, meski itu sangat berat."

***

Semakin hari, aku semakin lengket dengan Wonwoo. Sekarang aku benar-benar bergantung padanya.

Setiap aku keluar dari kamar, dia sudah menungguku di ruang tengah. Mendekatiku seraya memeluk dan menciumku bibir atau keningku. Wonwoo juga selalu menampilkan senyuman hangatnya, yang jarang sekali ia tampilkan pada orang-orang.

Tak jarang, Wonwoo menceritakan hal-hal tersembunyi dari dirinya. Aku pun melakukan hal yang sama kepadanya. Dan kami, menjadi sangat-sangat dekat sekarang.

Mengenai Doyeon, aku tidak pernah melihatnya akhir-akhir ini. Apakah ia sudah merelakan Wonwoo untukku? Tapi kenapa setiap aku mengingat Doyeon, persaanku selalu tak enak. Aku hanya berharap, jika ia merelakan Wonwoo, dia tidak akan pernah menganggu kami lagi.

Pagi ini, aku tidak sempat menyiapkan sarapan untuk Wonwoo. Aku langsung lari menuju lokasi kejadian saat menerima laporan dari Dino. Kasus pemerkosaan kembali terjadi. Bahkan, kasus itu berujung dengan pembunuhan.

Perempuan-perempuan selalu menjadi korban nafsu dari para lelaki kelebihan kekuatan. Kurang belaian mungkin tak cocok untuk mereka, karena jika melakukan pemerkosaan berarti mereka tak dapat mengontrol nafsu yang mereka miliki.

"Apa yang terjadi? Ceritakan." Aku langsung saja bergabung dengan Dino setelah aku memasuki rumah korban. Darah begitu banyak berucucuran, rumahnya sudah berbau aneh akibat darah itu.

"Seperti yang sering terjadi. Korban diperkosa dan dipukuli, setelah korban dipakai oleh sang pelaku, mereka bertengkar. Karena menurut warga sekitar, mereka mendengar perkelahian hebat tadi subuh. Sampai si pelaku mulai murka dan kehilangan akal sehat, ia langsung membunuh korban menggunakan pisau dapur." Jelas Dino.

Aku melirik ke kanan dan ke kiri, ternyata pelakunya ada di sana. Pria itu tengah di interogasi oleh Seungkwan, maka aku memilih untuk mendekat ke arah sana.

Ia beberapa kali melontarkan ucapan maaf kepadaku dan Seungkwan, agar kami dapat melepaskannya. Mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak akan melepaskannya dengan mudah. Darah si korban yang sudah habis, serta air mata keluarganya, harus diganti dengan hukuman setimpal yang akan diberikan pengadilan terhadap si pelaku ini.

Aku mendekat ke arah pelaku, berjongkok di hadapannya yang kebetulan sedang duduk di lantai, "Lakukanlah proses hukuman dengan ikhlas, maka dari itu maafmu mungkin akan diterima oleh korban dan keluarganya."

Ia menangis, kembali memohon ampun padaku. Aku berbalik, melihat kedua orang tua dari korban yang sudah tidak muda lagi. Mereka menangisi anaknya yang meninggal secara tragis, harus habis ditangan orang yang bahkan bukan suaminya.

Aku menghela napasku kasar, kembali mengingat perkataan ibuku yang selalu ia tanamkan padaku, "Ikhlas itu sangat berat, begitupun dengan memaafkan. Tapi, kalau kamu melakukan keduanya, maka kamu adalah orang dengan hati terbesar di dunia. Kamu harus ingat, sebesar apapun dosa seseorang, Tuhan bisa saja memaafkannya. Maka dari itu, mencobalah untuk bisa memaafkan setiap kesalahan orang lain, meski itu sangat berat."

Itu adalah perkataan ibuku yang ia lontarkan begitu mengetahui ayahku berselingkuh dengan orang lain dan meninggalkan kami berdua. Ibuku memang orang yang berbesar hati, bahkan sampai sekarang aku tidak pernah bisa memaafkan apa yang ayahku lakukan kepada kami.

The PoliceKde žijí příběhy. Začni objevovat