Part 41 - Transit

606 95 19
                                    

Mi Ra tidak bisa benar-benar tidur semalam. Karena tidak sedang membawa ponselnya sendiri, Mi Ra tidak bisa mengirimkan pesan secara leluasa pada Mi Ho. Beberapa kali saat dia sudah jatuh tertidur, dia kembali terbangun dan langsung melihat jam tidak sabar langit berganti pagi. Namun malam itu benar-benar malam terlama bagi Mi Ra.

Sepertinya dia sudah tidur cukup lama tapi saat mengecek jam, dia baru tertidur selama belasan menit saja. Begitu seterusnya sepanjang malam. Saat sudah jam empat pagi, Mi Ra akhirnya menyerah untuk memaksa dirinya tidur dan dia pun bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi.

Setelah mandi, Mi Ra sesekali melihat ke halaman depan atau menyalakan televisi. "Mi Ra .... Mi Ra bangun ....," Mi Ra mengerjapkan mata dan mendapati Cynthia sedang berdiri di depannya. Sebuah televisi flat besar masih menyala di depannya. Mi Ra sendiri duduk meringkuk di sofa yang menghadap televisi. "Kau ketiduran," kata sahabatnya itu.

"Jam berapa sekarang?" tanya Mi Ra dengan suara serak.

"Jam setengah delapan. Ayo sarapan dulu. Apa kau mau menunggu Park Mi Ho?"

"Aku juga tidak tahu jam berapa dia akan ke sini. Kita sarapan dulu saja. Apa kau akan berangkat kerja?" tanya Mi Ra.

Dengan sumingrah, Cynthia menjawab malu-malu," Aku ijin lagi. Aku tidak ingin melewatkan kesempatan bertemu Park Mi Ho lagi. Yang lain harus membayar mahal lho. Aku hanya tinggal duduk di rumah dan menunggu."

"Aku lega kau menikmatinya," kekeh Mi Ra dan keduanya berjalan ke arah dapur.

"Apa kalian akan kembali ke Korea hari ini juga?" tanya Cynthia sembari menarik kursi makannya. Wanita yang kemarin membukakan pintu untuk Mi Ra langsung menyiapkan makanan di atas meja. Mulai dari telor ceplok, daging, dadar jagung, hingga sayur bayam lengkap dengan potongan jagung rebus di dalamnya.

"Aku juga tidak tahu apa rencananya. Tapi dia juga tidak bisa berlama-lama di sini. Kemarin dia bilang akan membawa barangku yang ada di rumah bibi," jawab Mi Ra dan Cynthia langsung menunjukkan ekspresi ngeri di wajahnya.

Mi Ra tertawa melihatnya, "Mungkin juga bukan dia sendiri yang mengambil. Aku memang membutuhkan dokumen-dokumen di tasku."

Setengah jam kemudian setelah selesai dengan sarapan mereka, Mi Ra dan Cynthia duduk di ruang tamu setelah Mi Ho menelpon dan mengatakan bahwa dia sudah dekat dan menyuruh Mi Ra bersiap-siap.

*

Dari semalam Mi Ho langsung meminta orang yang dikirim Ye Jun untuk pergi kerumah bibi Mi Ra dan mengambil barang-barang Mi Ra yang masih ada di sana. Sejak semalam, Mi Ho merasakan emosi yang tidak tertahan saat mendengarkan apa yang harus dialami Mi Ra. Ingin rasanya dia menghajar paman dan bibi Mi Ra. Dia juga merasa sangat marah pada dirinya sendiri karena tidak ada di samping gadis yang dicintai saat dia menghadapi kesulitan seperti itu.

Mi Ho menahan segala emosi yang bercampur di dadanya dan memutuskan untuk membereskan semuanya semalam. Mi Ho menunggu di hotel saat orang-orang yang disuruhnya pergi ke rumah Mi Ra. Orang-orang yang sudah banyak membantunya mengatakan bahwa baik paman maupun bibinya tidak bisa banyak membantah atas permintaan mereka. Sesuai instruksi dari Mi Ho, barang terpenting yang harus diambil adalah dokumen penting dan identitas Mi Ra. Masalah baju dan lainnya boleh mereka tinggalkan.

Malam itu juga orang-orang tersebut sudah membawa apa yang perlu mereka ambil. Mi Ho merasa dia sudah gagal menjaga Mi Ra. Mi Ho masih tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya. Jadi, mulai sekarang dan seterusnya, Mi Ho bertekad tidak akan membiarkan Mi Ra menghadapi apapun itu sendirian. Mi Ho sekarang menyadari bahwa gadis itu sudah menghadapi semuanya sendirian selama ini. Mi Ra tidak pernah mengeluh dan itu yang malah membuat hatinya sakit.

a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang