Part 22 - Skin Ship

685 92 2
                                    

Hari sudah mulai gelap saat mereka kembali dari apartemen Mi Ra. Walau begitu, jalanan masih dipenuhi oleh pengendara dan orang-orang yang berjalan di trotoar. Mobil mewah Mi Ho mungkin memang terlihat cukup mencolok saat kendaraan bermesin itu memecah keramaian jalanan Seoul, namun tidak sedikit pula mobil-mobil mewah juga terlihat di sana.

"Bagaimana tadi kau bisa masuk?" tanya Mi Ra pada Mi Ho saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Aku minta ke Ibu pemilik gedung," jawab Mi Ho sangat biasa.

"Dan dia langsung memberikannya padamu? Dia tidak bertanya apa-apa padamu? Apa dia tidak mengenalimu?" tuntut Mi Ra.

Kenyataannya Mi Ho tadi mengatakan pada pemilik gedung bahwa dia dan Mi Ra akan menikah jadi dia mengajak Mi Ra untuk tinggal bersama. Dia bilang dia diminta tunangannya untuk mengambil kunci cadangan karena suatu urusan Mi Ra tidak bisa memberikan langsung padanya.

"Iya, dia tidak tanya apa-apa. Dan tidak, dia tidak mengenaliku jangan khawatir. Aku memakai masker tadi," jawab Mi Ho.

Mi Ra mengangguk pelan dan dia terdiam teringat pada kak Justin. Bagaimana reaksinya jika tahu bahwa Mi Ra kembali ke rumah Mi Ho.

"Kau kenapa?" tanya Mi Ho yang melihat perubahan wajah Mi Ra.

Mi Ra tidak langsung menjawab. Dia merasa bersalah karena tadi sempat marah pada kak Justin. Kalau saja dia idak sedang dalam perjalanan untuk kembali tinggal sementara di rumah Mi Ho, mungkin dia masih merasakan amarah seperti yang dia rasakan tadi.

Tapi sekarang segalanya berbeda. Mi Ra merasakan rasa bersalah. "Bukan apa-apa," jawab Mi Ra pelan kemudian memilih untuk memejamkan matanya. Tangan kirinya masih terasa tidak nyaman. Mungkin karena sedikit bahu hantam tadi.

Dengan menyandarkan kepala di sandaran kepala dan melihat ke arah luar jendela sedikit demi sedikit berhasil menghipnotis Mi Ra hingga dirinya merasa sedikit mengantuk.

*

Karena melihat Mi Ra tertidur dengan pulas dan tidak rela untuk membangunkannya, Mi Ho memilih untuk menggendong gadis itu. Bibi Somin menyambut tuan mudanya di depan pintu dan mengekori pria tampan itu hingga dia meletakkan Mi Ra di atas tempat tidurnya.

"Mi Ra tidur di sini lagi? Apakah ada yang tidak beres kata dokter?" tanya bibi Somin pelan saat Mi Ho menutup pintu kamar Mi Ra dengan perlahan.

"Tidak bibi, semuanya baik-baik saja," jawab Mi Ho sambil menuruni tangga dan berjalan mantap ke arah dapur.

"Lantas kenapa?" tanya bibi Somin yang masih setia berjalan di belakang Mi Ho.

Mi Ho mengusap tengkuknya dan berusaha untuk tidak terlihat gugup. "Dia ... dia ... minta untuk tinggal sementara di sini," katanya.

"Kenapa?" tanya bibi Somin penasaran.

Setelah mengambil air minum dan meneguk habis semua air putih yang tadi memenuhi gelas kaca di tangannya, Mi Ho menatap bibi Somin dengan tatapan tajam, "Bibi Somin tidak perlu tahu."

Mi Ho berbalik dan berjalan meninggalkan bibi Somin yang masih berdiri terdiam di dapur dengan segala tanda tanya dan rasa penasarannya. "Oh ya, soal rencana bibi Somin tadi pagi, tidak masalah. Bibi bisa tetap pulang siang hari seperti dulu. Lagipula Mi Ra sudah sembuh dan dia sudah mulai bekerja lagi. Jadi bibi tidak perlu khawatir."

Mi Ho berbalik, kembali berjalan, dan naik ke kamarnya.

*

Mi Ra menggeliat dan merasa tidurnya nyaman sekali. Belum membuka matanya, Mi Ra menggosok permukaan kasur dengan tangannya dan senyum secara otomatis terbit di wajahnya. Perlahan, Mi Ra ingat kejadian semalam dan karenanya, dia membuka mata dan mengernyit.

a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]Where stories live. Discover now