Part 14 - Setampan Dirimu

655 93 8
                                    

Mi Ra mengerjapkan matanya karena merasa sangat haus. Perlahan, dia membuka matanya.

"Kau sudah bangun?" suara pria yang berat menyapanya dan pandangan Mi Ra yang awalnya kabur sekarang mulai terlihat jelas. Mi Ho sedang duduk di sampingnya sambil melihat ke arah dirinya.

"Haus ...," kata Mi Ra lemas. Pria itu terlihat beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sesuatu. Tidak lama, Mi Ho kembali duduk di sampingnya dan membantu Mi Ra untuk minum dari sedotan.

"Terima kasih," kata Mi Ra lagi. Mi Ho hanya diam sambil memandang dirinya. Dia berusaha mengulang sedikit demi sedikit kejadian yang menimpanya. Dia ingat dia tadi bangun dan Mi Sun unnie sedang menemaninya, tidak terlalu sadar bagaimana dia pada akhirnya tertidur lagi.

"Tidurlah lagi," kata Mi Ho.

"Kenapa kau yang menjagaku?" tanya Mi Ra, dia dapat melihat lingkaran hitam di bawah mata pria yang tengah menatapnya itu.

"Kita semua bergantian menjagamu. Sekarang giliranku. Besok jadwalku dimulai siang jadi aku tidak masalah," jelas Mi Ho menyembunyikan fakta bahwa dirinya lah yang bersikeras menjaga Mi Ra.

"Maaf ....," kata Mi Ra lirih dan mendengar permintaan maaf Mi Ra, kepala Mi Ho sontak tertunduk sedikit merasa frustasi.

Keduanya kembali diam cukup lama dan Mi Ra kembali merasa mengantuk. Dengan kesadarannya yang masih tersisa, Mi Ra berkata, "Kau juga harus tidur."

*

Mi Ho tidak bisa benar-benar tidur. Tadi Mi Ra sempat terbangun jam setengah tiga pagi dan Mi Ho mencoba untuk tidur di ranjang penunggu. Namun dia tidak bisa benar-benar tidur. Di hanya terbaring dan memiringkan badannya ke arah ranjang Mi Ra. Sesekali dia memejamkan matanya namun saat dirinya hampir terlelap, kesadaran kembali membangunkannya.

Jam dinding menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Mi Ho beranjak dari ranjang yang dari tadi dipakainya dan keluar dari kamar. Mi Ho mencari mesin pembuat kopi yang berada di lantai yang sama.

Semua perawat dan petugas rumah sakit yang berpapasan dengannya menunduk padanya. Entah karena mereka tahu dia bintang besar atau tahu pamannya direktur rumah sakit ini, atau juga mereka tahu tentang keduanya. Mi Ho mengambil dua gelas karena sepertinya satu gelas kopi tidak akan sanggup membantunya.

Saat kembali ke kamarnya, Won Shik sudah ada disana.

"Hyung, kau sudah datang?" sapa Mi Ho dan menyerahkan satu gelas kopi yang dia bawa pada pria berperawakan sangat kalem dan dewasa di depannya.

"Apa kau tidak tidur? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Won Shik.

"Apa itu penting sekarang?" jawab Mi Ho sudah duduk di samping manager-nya, menunduk memandang kopi di genggamannya yang masih mengepulkan asap.

"Jangan merasa bersalah seperti ini. Bisa saja orang lain dan bukan dirimu. Dan kau sudah dengar sendiri dokter mengatakan tidak ada yang serius dan dia akan pulih dengan cepat."

"Bisa saja orang lain? Apa dia akan tetap melakukannya walau itu bukan aku? Apa dia akan tetap melakukannya jika hal seperti kemarin terjadi lagi? Ye Jun juga cerita tentang bagaimana dia bertemu Mi Ra," kata Mi Ho masih menunduk.

Won Shik memandangnya dengan heran, "Sebenarnya apa yang sedang kau khawatirkan. Rasa bersalah, keadaan Mi Ra, atau apakah Mi Ra akan tetap melakukan hal yang sama nantinya?"

Mi Ho menatap Won Shik dengan tatapan putus asa tapi dia tidak menjawab pertanyaannya. Karena paham dengan sifat Mi Ho yang tidak akan bicara jika dia tidak mau, Won Shik menyerahkan baju pada Mi Ho. "Ini mandilah dulu. Kita berangkat jam setengah sepuluh. Hae Won mungkin akan datang sedikit terlambat. Dia yang akan menemani Mi Ra."

a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]Where stories live. Discover now