Part 26 - Sama Bersinarnya

626 107 13
                                    

Dia tidak peduli siapa yang akan melihat mereka di tengah jalan saat ini, di bawah hujan, dan langit kemerahan. Satu yang pasti, Mi Ho tidak rela melepaskan pelukannya. Dan gadis yang sekarang dalam dekapannya hanya bisa diam tidak berkata apa-apa. Entah kenapa tapi Mi Ho menyukai diamnya Mi Ra.

"Ayo," walau dengan berat hati, Mi Ho melepaskan pelukannya dan memegang tangan Mi Ra, menggandengnya ke arah mobil. Dia mengambil alih payung yang tadi dipegang Mi Ra karena sepertinya gadis ini masih syok dengan apa yang dia lakukan.

Mi Ho menuntun Mi Ra sampai di depan mobilnya dan membukakan pintu depan untuknya. Mi Ho bahkan tidak peduli saat setengah badannya sudah basah kuyup saat ini.

Keduanya diam selama perjalanan dan Mi Ra masih fokus memandang ke depan jalanan yang basah karena hujan. Mi Ho hanya bisa menahan senyumnya. Dia sekarang tahu apa yang dia rasakan terhadap gadis yang saat ini duduk di sebelahnya. Dia tidak akan pernah melepaskannya. Dia ingin Mi Ra menjadi miliknya, hanya dirinya.

*

"Jangan pergi tiba-tiba seperti tadi. Terutama untuk menemui pria lain."

"Jangan pergi tiba-tiba seperti tadi. Terutama untuk menemui pria lain."

"Jangan pergi tiba-tiba seperti tadi. Terutama untuk menemui pria lain."

"Jangan pergi tiba-tiba seperti tadi. Terutama untuk menemui pria lain."

Mi Ra menahan napasnya, berusaha dengan sangat keras mengenyahkan kata-kata yang diucapkan Mi Ho tadi dan sekarang berputar-putar tanpa henti di otaknya. Serta bagaimana hangatnya pelukan Mi Ho di sore hari di bawah hujan tadi. Dia baru tahu nyamannya sebuah pelukan. Dia menginginkannya lagi.

'Itu tadi apa?' Mi Ra berhenti sampai di sana. Dia bahkan tidak berani mempertanyakan dirinya sendiri apakah Mi Ho memiliki rasa untuknya. Dia tidak ingin menjadi serakah. Memiliki Mi Ho sebagai teman saja sudah lebih dari cukup. Dia harus berhenti. Mi Ra menunduk, menyadari seberapa tidak pantasnya dia bahkan hanya untuk memikirkan dia memiliki masa depan untuk bisa diimpikan bersama Mi Ho.

Sampai di rumah Mi Ho, Mi Ra hanya berkata singkat, "Terima kasih," kemudian buru-buru masuk ke dalam kamarnya. Dia memperhatikan rambut Mi Ho yang basah dan juga bajunya. Saat di mobil tadi, Mi Ra sama sekali tidak berani menoleh. Tapi dia memutuskan berpura-pura tidak peduli.

*

Berkat cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela kamarnya, Mi Ho terbangun dan dia langsung memegang kepalanya begitu membuka mata. Rasa berat di kepalanya dan ngilu di sekujur tubuh membuatnya memutuskan kembali merebahkan badan di ranjang.

Dia meraih ponselnya dan membuka pesan di instagram. Ini seperti menjadi kebiasaan yang bahkan di bawah alam sadarnya akan tetap dia lakukan. Hal pertama yang dia lakukan di pagi hari. Ada pesan baru untuknya.

Semoga harimu hari ini indah. Dan semoga kau dikelilingi orang-orang yang menyayangimu dengan tulus. Semoga kau juga menemukan cinta yang tulus dan wanita yang sepadan dengan betapa bersinarnya dirimu.

Mi Ho mengernyit. Kenapa perasaannya tidak enak membaca pesan ini. Dia pun bangkit dan bersin berkali-kali. Ya, Mi Ho cukup rentan terhadap flu terutama setelah kehujanan semalam.

"Bibi Somin, apa Mi Ra belum keluar?" tanya Mi Ho dengan tidak sabar.

"Dia sudah berangkat kerja pagi-pagi tadi. Oiya tuan, entah kenapa nona Mi Ra meminta maaf padaku karena tidak memenuhi permintaanku untuk tinggal di sini. Aku bingung tapi tidak berkata apa-apa. Apa tuan Mi Ho ingin mengatakan sesuatu padaku?" tuntut bibi Somin dengan mata penuh selidik.

a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]Where stories live. Discover now