Part 28 - Menghapus Jejak

657 90 2
                                    

Han Mi Ra buru-buru masuk kembali ke kamar Mi Ho karena jika dia masuk ke kamarnya, Areum akan menyadari dia ada di sana. Dia sepertinya mengerti apa yang Mi Ho dan Areum bicarakan tapi dia tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan mereka.

Mi Ra duduk di sofa yang menatap ke halaman, menekuk lututnya, dan memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangannya. Dia sedikit merasa aneh dengan keadaan ini. Walaupun Mi Ho mengatakan dia menyukainya, entah kenapa Mi Ra masih menganggap itu tidak akan mengubah apa-apa ke depannya. Dia masih tidak ingin bermimpi bisa hidup bahagia selama-lamanya bersama Mi Ho. Sebuah ending di kebanyakan cerita dongeng. Karena dia bukan seorang putri kan?

Berada di sini, dia tidak bisa lagi mendengar percakapan Mi Ho dan Areum. Dengan cepat dia menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Awalnya Mi Ra mengira itu Mi Ho tapi ternyata bibi Somin.

"Bibi," kata Mi Ra langsung berdiri, sedikit malu karena kedapatan berada di dalam kamar Mi Ho bukannya di kamarnya sendiri. Dia nampak sangat bingung. "Bibi .. aku," kata Mi Ra.

"Sudah ... sudah duduklah. Aku ini memang sudah tua tapi jangan berpikir bisa membohongiku. Aku melihat kau dan tuan Mi Ho tidur di satu kamar tadi malam kan?" tanya bibi Somin dengan raut wajah penuh selidik membuat Mi Ra menjadi semakin salah tingkah.

"Bibi tolong jangan salah paham. Semalam memang aku tidur di sini tapi percayalah aku dan Mi Ho tidak melakukan hal-hal aneh yang bibi pikirkan," kata Mi Ra cepat sambil mengibas-kibaskan tangannya.

Bibi Somin hanya memasang raut wajah acuh dan mulai membereskan kamar Mi Ho. "Memangnya aku berpikir aneh-aneh apa. Lebih bagus kalau semalam kalian melakukan yang aneh-aneh," kata bibi Somin kali ini tidak berhasil menahan tawanya lepas.

"Hah?!" Mi Ra hanya bisa melongo dengan apa yang dia dengarkan.

Masih sibuk dengan membersihkan ruangan, bibi Somin menambahkan, "Tuan Mi Ho ... dia itu memiliki banyak kesempatan untuk bisa berhubungan dengan wanita cantik manapun yang dia mau tapi kenyataannya aku tidak pernah melihatnya berhubungan dengan wanita satu pun. Awalnya aku berpikir nyonya Areum adalah wanita yang disukai tuan Mi Ho karena dialah satu-satunya wanita yang sering ke sini."

"Tapi semakin sering aku melihat interaksi mereka berdua, semakin aku paham, tuan Mi Ho sama sekali tidak menganggap nyonya Areum se spesial yang kuduga. Nyonya Ha Na, ibu Mi Ho, selalu bertanya padaku apa anaknya sudah punya pacar tapi dengan sedih aku harus bilang dia belum terlihat memiliki hubungan dengan wanita manapun."

"Nyonya Ha Na sampai bertanya apa Mi Ho lebih sering terlihat dengan teman laki-lakinya? Dia terlalu khawatir anaknya tidak menyukai wanita," lanjut bibi Somin. "Kalau dia sampai memperbolehkanmu tidur di tempat tidurnya, menurutku itu sudah pertanda yang sangat baik."

"Bibi Somin," pinta Mi Ra dengan memelas. "Jangan katakan hal yang tidak-tidak pada ibu Mi Ho. Tidak ada yang spesial yang terjadi di antara kita." Mi Ra menutup wajahnya dengan putus asa dan hal itu malah membuat bibi Somin tertawa keras.

"Kalau kau yang menjadi istri tuan Mi Ho, aku bisa bekerja di sini lebih lama dengan tenang. Aku tidak bisa membayangkan kalau itu nona Areum," kata bibi Somin sambil bergidik.

"Bibi Somin ini bilang apa .... Kalau pun sekarang Mi Ho menyukaiku, tidak mungkin juga aku akan menjadi istrinya kelak. Aduh bibi Somin, aku malu dengan hanya mengatakan ini," kata Mi Ra sambil menepuk-nepuk sendiri mulutnya.

*

"Kalau pun sekarang Mi Ho menyukaiku, tidak mungkin juga aku akan menjadi istrinya kelak," Mi Ho menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka pintu saat kata-kata Mi Ra tadi terdengar olehnya.

a Fan, an Enemy, but Then a Lover [COMPLETED]Where stories live. Discover now