4 : Gak peka!

3K 196 91
                                    

Happy reading!


04 : Gak peka.

SMA Menara belum sepenuhnya sepi di setiap sore, biasanya ada anak Basket, Pramuka, atau Drumband yang selalu berada di sekolah sampai petang. Selain padatnya materi di kelas kegiatan di sekolah ini juga sama saja. Untuk beberapa orang mungkin kasus ini akan mengkhawatirkan orang tua yang risau ketika anaknya belum pulang.

Tapi beda kasus kalo sama Moza. Bunda salamah mengizinoan Moza pulang larut ngapain aja asal tidak main staycation sama om-om.

Moza dan Agra keduanya masih sama berada di sekolah juga di ruangan yang sama pula, sayang sekali sudah berada di perasaan yang tak sama, mereka tengah berkutat dengan puluhan soal latihan fisika di dampingi ibu Sania sebagai guru pelatih khusus olimpiade fisika SMA Menara.

Dua mantan couple goals ini adalah salah satu dari banyak orang lainnya yang selalu mengharumkan nama sekolahnya, Agra dan Moza adalah emas berjalan dari sekolah ini, banyak penghargaan entah nasional atau bahkan sampai internasional sekalipun yang mereka dapatkan, tak heran banyak yang mengenal nama Moza dan Agra di sekolah ini atau bahkan sekolah di luar sana.

Moza dan Agra pula semasa kelas sebelas sudah pernah menjadi siswa terpilih untuk pertukaran pelajar ke negara tetangga, maka dari itu meski sudah kelas dua belas keduanya selalu diminta untuk mewakilkan diri dalam olimpiade, selain dulu di kenal sebagai couple goals dalam berpacaran Moza dan Agra pula dikenal sebagai fatner yang sangat baik dalam bidang akademik ataupun non akademik pula.

"Udah jam setengah empat, gak papa ibu tinggal duluan? Ibu khawatir sama Safira anak ibu kalo di titipin terus" ucap Bu Sania dengan raut cemas yang terlihat jelas

Moza dan Agra mengangguk bersamaan, "Iya Bu gak papa, lagian soalnya tinggal dikit lagi. Ibu pulang duluan aja kasian sama Safira kalo kelamaan di tinggal" ucap Agra tak keberatan sedikit pun

"Iya Bu, lagian abis ini kita juga mau pulang tinggal 5 sampai 7 soal lagi kok" sahut Moza sambil mengangguk

Bu Sania membuang nafasnya lega, "Yasudah ibu pulang duluan, kalo ada yang sulit sama soalnya bisa nanti kira lakukan Zoom." ucap Bu Sania lalu mengemas buku-buku miliknya dimasukan kedalam tas yang ia bawa.

Bu Sania menjadi pendamping mereka sudah 3 tahun, maka dari itu mereka saling mengetahui seluk beluknya masing-masing, kadang Agra dan Moza merasa Bu Sania adalah teman sebayanya, mereka juga mengetahui susahnya Bu Sania yang menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk Safira.

Safira merupakan anak tunggal dari Bu Sania, jika sedang mengajar Safira selalu di titipkan ke rumah tantenya tapi tetap saja Bu Sania selalu khawatir, Moza dan Agra sudah beberapa kali bertemu dengan gadis berusia 3 tahun itu mereka sangat akrab malah.

Moza telah selesai dengan tugasnya begitupun juga Agra mereka mengemasi barang-barangnya masing-masing kemudian pergi menuju parkiran.

Tak lama saat mereka berjalan menuju parkiran ponsel yang Moza pegang berdering menampilkan satu pesan masuk dari teman satu eskulnya.

Suci DB : kak Moza bisa latihan gak? Alumni pada gak datang, kak Yumi kesusahan ngurus anak baru sama ngelatih yang buat acara nanti.

Moza menghembuskan nafasnya kasar niatnya untuk langsung pulang dan mengistirahatkan badannya di kasur empuk auroranya harus ia tunda, teman satu eskulnya membutuhkan dia.

"Gra lo pulang duluan gue eskul!" Sahutnya dengan lemas

Agra yang baru saja menyalakan mesin motornya di matikan kembali, "Kenapa?" Tanya nya

"Anak drumband gak ada yang ngelatih, alumni gak dateng si Yumi kesusahan sendiri" jawab Moza.

Agra mengangguk mengerti, eskul musik itu memang biasanya di dampingi oleh alumni kalau tidak pasti membutuhkan ketuanya yaitu Moza untuk mengajarkan murid-murid baru atau latihan untuk festival besar di Jakarta. Drumband menara memang selalu terpilih untuk tampil di festival besar-besaran di Jakarta.

Salah Mantan (End)Where stories live. Discover now