48 : Gue dalangnya

1.7K 105 4
                                    

Happy reading

48 : Drama selesai

Moza membawa dua alat kebersihan di tangannya, satu sapu lidi dan satu lagi tong sampah. Devan juga membawa beberapa alat kebersihan yang sama. Mereka membersihkannya bersama-sama namun sebelumnya membagikan tugasnya masing-masing. Karna taman belakang cukup luas mau tak mau bagian Utara oleh Devan dan bagian Selatan oleh Moza.

Ranting kering, daun yang mulai berwarna coklat, sampai sampah plastik atau bahkan puntung rokok mereka temukan diantara sela-sela rumput. Ah rasanya Moza menjadi ketua osis yang tidak becus jika melihat puntung rokok seperti ini, masih saja ada yang merokok di usia muda. Seharusnya mereka bisa menyayangi dirinya sendiri sebelum memulai menyayangi orang lain, atau paling tidak cari pelampiasan yang lain terhadap masalahnya jangan sampai rokok atau minuman
beralkohol yang bisa membuat kecanduan. Bahaya untuk masa mendatang sebenarnya.

Tapi ya mau bagaimana lagi, Moza bukan tuhan yang bisa mengatur semua manusia. Tuhan saja membebaskan umat-nya asal bisa tanggung jawab dengan apa yang di buatnya, jadi untuk apa Moza terlalu peduli? Yasudahlah mening kembali sapu-sapu.

Satu jam berkutat dengan sampah-sampah kering akhirnya selesai, meski rasanya pinggang Moza serasa sakit karna terlalu banyak menyapu dengan sapu lidi yang gagangnya pendek itu. Devan dan Moza duduk bawah sambil menyandarkan punggungnya di kursi taman tak lupa meluruskan lututnya agar tidak sakit.

"Lo tau siapa yang nyebar?" Devan bertanya, dan diangguki oleh Moza, "Kejora telpon gue, dia bantu gue ngehack cctv deket mading."

"Heran mereka fitnah mulu, iri kali ya sama gue? Tapi apa yang mau di iriin anjir? Gue aja bosen sama diri gue sendiri." Moza merancau tak jelas sambil bertiduran di bawah rerumputan.

"Karna lo istimewa mybe?" Moza terkekeh, "Terang bulan kali ah pake istimewa segala."

Moza kebali berdiri di bantu oleh Devan lalu keduanya membawa kantong plastik hitam besar yang isinya adalah sampah-sampah yang berhasil mereka kumpulkan, mereka akan membawa ke belakang gedung sekolah yang kebetulan tempat dimana sampah-sampah akan di bakar dan dipisahkan yang masih layak oleh petugas kebersihan.

Shiren mengeluh sakit saat melihat tangganya tak sengaja terlalu banyak menyikat bagian lantai, oh ya perihal ide memilih menggunakan jasa office boy mereka gagal total karna Bu Indah telah menyuruh semua staff OB untuk pulang dan membiarkan tugasnya di selesaikan oleh para muridnya, "Bener-bener si Bu Indah, niat banget sampe nyuruh OB pulang terus kita-kita yang selesaiin." kesal Shopi, dia menyikat bagian-bagian closet dengan malas dan grasak grusuk tidak jelas.

Suara gesekan dari sikat yang tidak enak didengar membuat kuping Shiren seakan panas, "Yang bener dong Pi, gak enak di dengernya itu." perintah Shiren.

Shopi hanya mengangguk saja kebali menyiram kloset yang akhirnya benar-benar bersih lalu beralih mengelap kaca, "Gak nyangka ya Moza bisa beneran main di club.'"

Shiren mengangguk, "Iya, gue kira cewe baik-baik" Shopi terkekeh lalu tersenyum menatap dirinya di antara kaca, "Masa populer Moza udah abis, dia gak bisa semena-mena sama gue. Yang penting gue bisa dapetin Dirlan!" Keukeuhmya.

Shiren menggeleng heran, Shopi ini... Apa seobsesi itu pada Dirlan? Memangnya setampan apa Dirlan itu? Padahal menurut dirinya lebih tampan dan keren Agra, dan hebatnya lagi karna Agra nama Shiren bisa disanjung-sanjung oleh anak-anak menara, setidaknya dia kembali populer dengan nama baik lagi.

Shiren membenarkan ucapan Shopi, ia juga muak melihat selalu Moza yang di agung-agungkan sampai tangannya gatal ingin merusak wajah sok cantik itu, "Emang gak salah gue nyebarin ini." dia bergumam.

Salah Mantan (End)Where stories live. Discover now