42 : Moza yang berulah

1.3K 86 0
                                    

Happy reading

42 : Emosi lagi

Moza merapihkan beberapa buku-buku latihan olimpiade bekasnya dulu, dia memasukkannya kedalam kardus cukup besar menjadi satu lalu meletakkannya di pojok kamar, niatnya buku-buku yang sudah tak terpakai ini akan ia berikan pada salah satu adik kelasnya yang akan terpilih olimpiade tahun depan, lagian jika disimpan di rumah yang ada ketumpuk debu terus paling tidak malah dijadikan Bakaran sampah oleh bunda. Lebih baik jika masih bisa digunakan dan tampak seperti baru berikan saja kepada yang membutuhkan.

Usai membereskan buku-bukunya ia bersiap untuk segera berangkat kesekolah dan berhubung sekarang sudah masuk musim penghujan Moza mulai kembali menggenakan jaket dibanding cardigan tipis. Memanaskan terlebih dahulu Scoopy nya lalu melesat membelah jalanan.

Sampai di sekolah Moza menyimpan tasnya lalu berjalan kearah ruangan osis, pagi-pagi begini biasanya akan sepi dan hanya ada beberapa anggota inti saja tapi berhubung sekarang akan diadakan rapat pagi-pagi untuk dilaksanakannya pemilihan ketua osis baru, maka rapat diadakan pagi hari sampai bel istirahat pertama berbunyi.

Di dalam sudah ada Agra, Fatih dan beberapa anggota lainnya, Moza duduk di kursi ketua dua sambil menunggu Agra berbicara membuka rapat. Agra yang merasa semua anggotanya sudah ada ia berdiri lantas mulai membuka acara, "Assalamualaikum wr wb, seperti yang udah direncanakan tempo hari kita bakal ngadain pemilihan ketua baru secara terbuka di lapangan empat hari lagi. Untuk para calon ketua yang sudah terpilih harus segera mengumpulkan visi misi dan program kerja yang telah di tentukan sendiri harap segera di laksanakan untuk menjadi penilaian panitia, untuk penjelasan selanjutnya silahkan dilanjut oleh Moza." Agra mundur lalu menyerahkan pemimpinan rapat oleh Moza, gadis itu mengangguk lalu berdiri dengan anggun sambil berjalan tegas hingga akhirnya sampai di tengah-tengah podium, Agra nampak tersenyum kecil melihat keberanian Moza. Cukup diacungi jempol, biasanya hanya mau enaknya saja dan selalu menyerahkan tugasnya pada Fatih sekarang disuruh seperti itupun dia berani.

"Untuk panitianya sendiri akan ada beberapa orang tertentu yang di rahasiakan oleh kami, kalian cukup lakukan pekerjaan dengan jujur dan terampil aja. Susunan acara pemilihannya nanti di mulai dari para guru dan stafnya, lalu kelas sepuluh, sebelas, dan di jam terakhir diisi oleh kelas dua belas. Selama pemilihan bermulai tidak ada jam pelajaran, kita mengosongkan semua jam dan diganti hiburan sore lalu dilanjutkan berdoa bersama untuk kelancaran ulangan akhir kelas dua belas yang akan datang beberapa hari lagi."

Moza menghembuskan nafasnya ia meletakkan tangannya saling bertumpukan di depan sesekali bergerak mengikuti pembicaraan yang di bahasanya, "Untuk bagian penugasan kami sudah share di grup dan semoga kalian sudah membukanya dan tau tugasnya masing-masing sesuai sekbid kalian."

"Dan saya mohon untuk bagian keamanan lebih di perketat lagi, saya tidak mau mendengar ada satu siswa pun yang kabur. Kalo sampai ada, siap-siap anggota osis yang bersangkutan menjaga bagian gerbang dan tembok belakang sekolah berhadapan dengan saya dan pembina osis langsung, sekian terimakasih semoga bisa dimengerti."

Mereka semua mengangguk lalu bertepuk tangan atas penjelasan Moza, Moza mundur dan kembali duduk di bangkunya. Beberapa jam dihabiskan untuk menyusun strategi agar kegiatan berlangsung lancar sampai akhirnya jam istirahat tiba tak terasa.

Moza membereskan buku-buku coretannya tadi yang berserakan lalu berjalan sendiri sesegera mungkin untuk mengisi perutnya yang kelaparan, Agra dan Fatih mereka tidak langsung ke kelas mereka ada urusan terlebih dahulu dengan pembina untuk membicarakan hal yang sempat beberapa waktu dibahas. Di kantin tenyata sudah ada Devan yang menunggunya, lelaki itu asik memakan batagor sambil berbincang ria dengan beberapa anak-anak kelas sampai akhirnya pada saat Moza datang, teman-teman kelas kembali ke bangkunya masing-masing menghargai Moza yang kurang suka makan terlalu ramai.

Salah Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang