39 : Moza

1.2K 73 0
                                    

Happy reading

39 : Moza

Kicauan burung pagi menjadi pengantar Moza untuk berangkat lebih pagi, hari ini ia akan berangkat sendiri menggenakan Scoopy yang beberapa hari lalu pernah ia beli namun belum terpakai, mungkin karna pemiliknya lebih sering berangkat sani-sini bareng mantan tercintanya, Moza telah memutuskan untuk hari ini dan seterusnya Scoopy yang tak lain bernama Aurora ini akan menjadi pengantarnya kemana-mana, dan dia tidak akan menggunakan jasa antar jemput seorang Johan yang selalu ngaret, Merepotkan. Atau bahkan Agra.

Moza melepaskan helm coklat susunya ketika telah sampai di parkiran sekolahnya, jika ditilik kesana kemari nampaknya Sma Menara tercinta ini masih sepi di banding biasanya tapi wajar sih kan jam saja masih pukul enam lebih tiga menit, jalanan saja tidak sepadat biasanya jadi Moza bisa sampai lebih cepat. Tapi jika dilihat lagi Moza yang biasanya berangkat pukul tujuh pagi sekarang berkembang menjadi satu jam lebih cepat. Sungguh kebetulan yang sangat mengejutkan bagi kaum rebahan. Bunda Salamah saja sampai ternganga melihat gadis bungsunya yang serajin ini, pepatah yang mengatakan manusia patah hati bisa berubah dalam sekejap ternyata memang benar adanya, contohnya Aindah Moza Pratiwi.

Moza berjalan melewati koridor dengan sesantai mungkin tapi tak lama seseorang menyeret tangannya dan membawa dia kedalam bilik toilet wanita terdekat, Moza mengerutkan kening ketika siswi itu menyeretnya tanpa izin tapi bukan, bukan karna itu melainkan karna ekspresi yang ditunjukannya tidak seperti biasanya ketika bersanda gurau.

"Kenapa Pi?" Tanya Moza.

Shopi memutar bola matanya kemudian menatap Moza tajam, dia merapihkan tataan rambutnya kemudian merapihkan kerah seragamnya sambil tak henti menatap Moza entah apa maksudnya. Moza menaikan salah satu alisnya seperkian detik lantas menunggu apa yang akan dibicarakan oleh orang di depannya sambil bersedekap dada.

"Bener kata Shiren, lo tuh gak tau diri, munafik. Lo ngomong mau bantu gue deket sama Dirlan tapi sekarang cowo yang gue suka malah jadian sama Kejora sepupu lo sendiri, licik lo Za." Shopi nampak beda dari biasanya nada bicaranya pula tidak selembut bahkan halus seperti kebanyakan didengar orang, terkesan lebih tajam tapi tidak enak di dengar khas suara orang-orang yang kalo nyanyi suka pales.

Shopi menarik kerah seragam Moza sangat kuat sampai akhirnya mencekiknya, Moza yang hampir kehabisan nafas akhirnya memilih menghentakkan tangan Shopi dari lehernya dengan kasar, Moza tak mengerti dengan perubahan sikap sahabatnya ini yang cukup drastis. Sebenarnya ada apa?

"Maksud lo apa ngomong gitu?"

"Gausah ngelak lagi! Gue tau lo tuh sengaja ngejelekkin gue di depan Dirlan biar dia gak suka sama gue dan lebih milih sama sepupu gila lo itu, bangsat lo Za!"

"Lo yang bangsat, gue gak tau apa-apa tiba-tiba di tuduh kek begini, fitnah lo!" Moza menunjuk Shopi.

"Gausah ngelak Za gue tau, lo benci kan sama gue? Jujur Za!"

Moza menggeram kesal dirinya ikut tersulut emosi belum lagi rahangnya yang sedikit sakit karna cengkraman kuat dari Shopi, dasar babon!

Moza mendorong bahu Shopi cukup kuat hingga orangnya meringis karna punggungnya terbentur langsung dengan tembok, kali ini keadaannya justru terbalik. Moza yang lebih dominan dibanding Shopi.

"Tong sok nyieun aing emosi anjing!" Geram Moza sampai akhirnya memilih untuk meninggalkan Shopi sendirian di bilik toilet.(jangan bikin gue kesel anjing)

Moza merapihkan bajunya lantas bergegas kedalam kelas tak peduli teriakan memekikan telinga berupa cacian yang ia dengar dari sahabatnya, ah perihal ini mungkin statusnya akan berganti menjadi 'mantan sahabat'.

Salah Mantan (End)Where stories live. Discover now