Episode 18

9K 685 52
                                    

Sudah satu minggu Taehyung pergi meninggalkan Jungkook. Pria itu terus menangis dan menyesali semua perbuatannya pada Taehyung.

Jungkook sudah mencari Taehyung di seluruh Kota Seoul, tapi tetap tidak menemukan pria manis itu. Bahkan Jungkook mendatangi rumah Taehyung yang di Daegu.

Namun tetap tidak mendapati keberadaan pria manis itu. Keluarga Taehyung juga tidak ada di sana. Kata tetangganya, keluarga Taehyung sudah pindah rumah semenjak dua minggu yang lalu. Ketika Jungkook tanya kemana mereka pergi, tetangganya malah menjawab aku tidak tahu, lagipula itu juga bukan urusanku.

Jungkook sudah tidak tahu harus melakukan apalagi agar bisa bertemu dengan Taehyung lagi dan meminta maaf padanya.

Jungkook bahkan sampai mengabaikan Eunha hanya untuk mencari keberadaan Taehyung. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Taehyung, Taehyung dan Taehyung!

Penampilan Jungkook juga tidak bisa dikatakan baik. Tubuh yang dulunya tegap berotot kini semakin hari semakin mengurus, lingkaran hitam mengelilingi matanya, pipi tirus, bibir pucat, dagunya juga sudah mulai tumbuh bulu-bulu halus. Jungkook sudah mirip seperti mayat hidup.

"Tae kau dimana? Aku merindukanmu," lirih namja tampan itu sambil mengusap foto seorang namja manis.

"Kembalilah hikss ku mohon~" isak Jungkook seraya memeluk foto yang berada dalam genggamannya.

Keseharian Jungkook hanyalah menangisi kepergian Taehyung. Jungkook sadar bahwa Taehyung adalah hidupnya. Jika Taehyung pergi maka separuh jiwa Jungkook juga ikut pergi.

Jungkook bangkit dari duduknya, lalu mengambil pakaian Taehyung yang masih ada walau hanya tinggal beberapa saja.

Namja tampan itu melangkah mendekati kasurnya, lalu merebahkan dirinya sambil memeluk pakaian dan foto Taehyung.

Jungkook selalu tidur dengan cara seperti itu. Karena ia akan merasa bahwa Taehyung berada di dekatnya, walau itu hanya ilusinya saja. Tapi yang penting ia bisa tidur meskipun tidak benar-benar nyenyak.

"Aku mencintaimu, Tae dan maaf," lirih Jungkook pelan sebelum memasuki alam mimpinya.

***

Sementara di lain tempat seorang pria tengah memandangi pemandangan Kota pada malam hari yang terlihat sangat indah.

Tapi pandanganya kosong dan juga sendu. Wajahnya memancarkan aura sedih, kecewa, rindu, dan sakit beradu menjadi satu.

Ceklek.

Suara pintu terbuka, tapi tidak membuat namja itu mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Apa yang kau lakukan di situ? Angin malam tidak baik untukmu, sayang," ucap pria itu pada pria manis yang masih belum sadar.

Pria tampan itu menghela nafas kasar. Lalu ia berjalan mendekati pria mungil yang memakai piyama bergambar beruang. Pria tampan itu berdiri di belakang pria manis tadi.

"Berhenti memikirkannya," ujarnya tegas.

Yang mana membuat pria manis tadi tersentak kaget. Lalu mengalihkan pandangannya pada namja di sampingnya.

"Sejak kapan Hyung disitu?" tanyanya.

"Sejak tadi, kau terlalu sibuk melamun hingga tidak sadar bahwa aku masuk ke kamarmu dan berdiri di sampingmu," balasnya tanpa melihat sang lawan bicara.

Sedangkan pria manis itu menundukan kepalanya karena merasa bersalah. "Maaf, Hyung," katanya lirih.

Pria tampan itu menghembuskan nafasnya, lalu ia mengarahkan atensinya pada pria manis itu.

"Tak apa. Aku tahu kau pasti belum bisa melupakannya kan?" katanya lembut.

Pria manis itu mengangguk kecil. "Aku merindukannya Hyung, bahkan rasa cintaku semakin lama semakin besar," cicitnya pelan.

"Dengarkan aku," pria itu memegang kedua bahu pria manis di depannya, membuat sang empu mendongak dan menatap sang lawan bicara.

"Lupakan dia! Kamu harus bisa membuang jauh-jauh rasa cintamu padanya! Tunjukan pada mereka bahwa kamu itu kuat dan angkatlah dagumu dengan tinggi dihadapan mereka, lalu berjalanlah angkuh, agar mereka sadar bahwa orang yang mereka lukai adalah orang yang hebat! Jangan biarkan kamu menjadi lemah hanya karena cinta! Kita sudah sejauh ini, apa kamu yakin ingin berhenti hanya karena cinta?" ujarnya tegas tapi tersirat nada lembut di setiap katanya.

Pria itu menggeleng. "Kau benar, Hyung, harusnya aku tidak seperti ini. Aku akan berusaha melupakannya!" ucapnya seraya menghapus kasar air matanya yang menetes.

Pria tampan itu tersenyum, lalu merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

"Iya, kamu pasti bisa. Aku menyayangimu," gumam pria tampan itu dan mencium pucuk kepala si manis yang berada dalam dekapannya.

"Aku juga menyayangimu, Hyung," balasnya sambil mengeratkan pelukan keduanya.

Mereka berdua menghabiskan waktu ditemani oleh pemandangan Kota yang indah pada malam hari.

Tbc.

RETALIATION (Kookv) [End]Where stories live. Discover now