Part 2 [Ekonomi Sumber Daya Lingkungan]

234 18 1
                                    

Hari senin merupakan hari mulia bagi umat islam karena pada hari itu Nabi Muhammad SAW lahir, mendapat wahyu, meninggal, semua amalan hamba diangkat, serta pintu surga di buka, istimewa sekali bukan? Tapi senin semester ini sepertinya akan berjalan suram bagiku. Dua matkul yang sama-sama memiliki bobot 3 sks, diampu oleh orang yang sama, di ruang yang sama dan hanya diberi jeda 30 menit. Kejam sekali TU menyusun jadwal rombel EP A 2016.

1 sks = 50 menit, jika 2 matkul bobotnya 3 sks, berarti ada 300 menit = 5 jam.

Edan, 5 jam sama bu Amanah? Mengepul otakku, biarpun AC di ruang C3-120 itu terkenal dingin banget. Mendengar ocehan tentang pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pajak, konsumsi masyarakat, dan kawannanya setelah itu hanya berjeda 30 menit yang cuman bisa buat sholat sama leha-leha bentar langsung dijejali AMDAL, Pajak Progresif, Kurva Lingkungan Kuznet, Pembangunan Greentown dan kawannya, mati aku.

Sekedar informasi ya, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi itu berbeda, bukan karena tulisan dan cara membacanya saja tapi definisi, perhitungan dan konsepnya itu beda.

Pembangunan ekonomi itu proses multidimensional yang melibatkan perubahan struktur ekonomi dan sosial, memperhitungkan pertambahan penduduk dan modernisasi. Sementara pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang mengakibatkan pendapatan perkapita meningkat dalam jangka panjang tanpa memperhitungkan pertambahan penduduk dan perubahan struktur ekonomi dan modernisasi. Jadi, walaupun angka pertumbuhan ekonomi tinggi belum tentu ada pembangunan ekonomi.

5 jam bersama Bu Amanah itu nggak enak, karena beliau itu tipe dosen serius jadi di dalam kelas pasti bahasannya ya materi kuliah kalau tidak dari buku pegangan ya pasti isu terbaru yang dihubung-hubungkan dengan 1001 teori ekonomi yang kebanyakan pemikirnya sudah tenang di alam sana.

Nggak ada istilahnya dia akan curhat masalah anaknya apalagi suaminya, mungkin takut ditikung pelakor, mentok-mentok dia cerita tentang pengalaman penelitiannya yang terdengar seru bagi yang berminat tapi kalau mahasiswanya sepertiku tentu saja hal itu membosankan karena bahasannya tidak jauh dari variabel X, Y, hasil penelitian tidak signifikan, dan kawanannya.

Hello, hidupku itu sudah penuh masalah sebagai mahasiswa biasa-biasa saja di semester 6 ini, apalagi punya temen kerajinan seperti Arafah yang hobi banget nanyain mau ambil topik apa buat sempro nanti. Ketemu dosennya aja belum, udah diteror buat mikirin topik, edan.

Sudahlah, membahas bu Amanah hanya akan membuat moodku terjun bebas, semoga saja Dosbing informalku bukan bu Amanah karena kemungkinan topik penelitianku akan bermasalah. Bu Amanah juga pernah bilang, kalau mahasiswa bimbingannya itu topik penelitiannya dia yang menentukan karena akan menjadi bagian dari proyek penelitiannya yang bekerjasama dengan mahasiswa. Gila aja, topik nentuin sendiri aja kadang ogah-ogahan kalau berurusan dengan revisi, apalagi kalau sudah ditetapkan begitu, minta ganti dosbing kalau aku.

"Hhh... ngantuknih, kalian masih sanggup melek?" kutatap sayu wajah Nita, Hesti, dan Raya yang baru kembali ke tempatnya usai shalat Dzuhur dengan wajah segar.

"Anjir, muka lo wkwkwk... kucel amat dah. Merem dulu sono, ntar kalau mulai gue bangunin"

"Thanks Hes, aku ngantuk banget karena kemarin susah tidur" gumamku lesu dan mulai menelungkupkan badan di bangku kuliah yang hanya setinggi pantat.

"kapansih lo nggak ngeluh susah tidur? Biasanya juga duduk baru 5 menit tapi nyawanya udah jalan-jalan" sabar-sabar, mending tidur daripada ngeladenin Hesti yang mulutnya minta dicabein

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kapansih lo nggak ngeluh susah tidur? Biasanya juga duduk baru 5 menit tapi nyawanya udah jalan-jalan" sabar-sabar, mending tidur daripada ngeladenin Hesti yang mulutnya minta dicabein.

"Bangun! Ada bu Amanah" rasanya baru 5 menit aku memejamkan mata tapi suara cempreng Hesti sudah bergema memaksaku keluar dari dunia mimpi yang belum sempat kucicipi.

Hhh... kuhela nafas berat dan mulai menatap fokus ke depan dimana bu Amanah tengah sibuk mengotak-atik layar laptopnya bersiap memulai kuliah kembali untuk matkul yang berbeda, Ekonomi Sumber Daya Lingkungan.

"Assalamu'alaikum wr.wb, Selamat siang mas, mbak. Ternyata pertemuan kita 2 kali dalam sehari ya untuk kuliah PI dan ESDAL, ibu kira rombel yang satunya, ternyata sama. Kalau misal jadwalnya kita padatin aja, gimana? biar nggak sampe 5 jam sehari, kita pangkas aja jadi 4 jam tapi nggak usah ada jeda. Eh, tapikan yang ESDAL jam 1 ya? Kalau mau dimajuin ntar kalian nggak sholat dong, ya?! yaudah kalau gitu ikut jadwalnya ajalah"

Pertanyaan retorik lainnya, sabar-sabar, dosen selalu benar. Nggak dimajuin kalau mau berbaik hati memangkas jam kuliah kita juga enjoy-enjoy aja bu, seneng malah, kalau ginikan kesannya malah Bu Amanah yang takut kekurangan jam kuliah, hiks.

"Sama seperti PI tadi toleransi keterlambatan 15 menit, kesempatan absen sebesar 30% atau 2 kali pertemuan, bobot nilai 2+2+2 dan After MID juga presentasi jurnal seperti yang saya jelaskan sewaktu kuliah PI tadi, beda tema saja. Biar praktis dan tidak makan banyak waktu kelompoknya sama saja, ya! lagian hampir 3 tahun bareng pasti akrabkan sama temennya sendiri, disini nggak ada yang dari angkatan 17 atau 15 kan?"

Oh, mulia sekali engkau bu, rajin memberi tugas padahal materi kuliah belum dapat tapi sudah disiapkan sejak awal, faedahnya apa coba? Kayak nggak tahu tabiat mahasiswa aja, yang akan banjir ide kalau udah dateline.

"Nggak ada bu. Ijin bertanya, apa kita masih tetep ada MID tertulis?" tanya Sofia lantang mewakili pertanyaan yang berkecamuk di otak setiap mahasiswa di ruangan ini, buat jurnal itu susah, kalau masih ada MID tertulis itu kejam namanya.

"Tentu saja MID dan EXAM tertulis tetap ada, apa kalian mau lisan saja?" eh, busyet ini dosen wali nggak PEKA amat ya, maksud hati bertanya begitukan siapa tahu nggak ada tes tertulis lagi biar beban otak agak berkurang gitu, malah ditawarin lisan, jahat.

"Tertulis saja bu" spontan mahasiswa rombel EP A 2016 berteriak kompak menentang ide bunuh diri melalui ujian lisan. Gila aja, ESDAl lisan? Ambyar otakku, versi tertulis aja suka susah merangkai kata apalagi versi offline aka lisan, mati dah mati.

"Yakin? Bukannya lebih enak lisan ya? Lebih cepat"

Masyaalloh bu, baru kutahu engkau ternyata semenyebalkan ini di dalam kelas, kalau perwalian aja lemah lembut dan perhatian banget kenapa pas kuliah begini? untung dulu waktu metopen sibuk rapat kalau nggak mungkin kisah matkul semester itu akan sama suramnya dengan semester ini.

"Yakin bu!" kalau keadaan genting gini kompak, biasanya? Pecahlah jadi dua kubu besar dengan beberapa geng kecil penghuninya. Sisi timur kelas untuk anak-anak kalem, ambis, dan pendiam sementara sisi barat kelas untuk anak-anak aktivis, hiperaktif, dan ceriwis.

"Lihat kedepannya saja, kalau memungkinkan saya ingin mengadakan metode lisan saja biar lebih praktis dan meja saya nggak bertumpuk tugas dari kalian yang minta dicoret-coret"

Astaughfirullah, elus dada aku denger bu Amanah ngomong gini, seandainya aku berani menyampaikan aspirasi, inginku teriak "SALAH SENDIRI NGASIH TUGAS BANYAK, SITU JUGAKAN YANG REPOT? MAKANYA KALAU MAU NGASIH TUGAS ITU YANG MANUSIAWI, JANGAN MAIN PERINTAH-PERINTAH AJA TANPA INSTRUKSI YANG PASTI. EMANGNYA DI PHP ITU ENAK? HUH"

Akhirnya hanya helaan nafas berat dan sedikit gerutuan terdengar lirih dari berbagai sudut gedung C3-120 siang itu dan kuliah ESDAL berjalan lancar walaupun terlihat banyak mahasiswa yang berjuang keras mempertahankan matanya tetap terbuka lebar.


~ Anetarilasss ~

Heart AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang