Part 38 (Ketahuan)

92 8 0
                                    

Selayaknya pasangan pada umumnya, hari ini kami menghabiskan waktu bersama di RSP mall dengan tujuan untuk nonton, kegiatan yang umum dilakukan orang kencan. Kamis ceria, judul sempurna untuk acara kami kali ini karena memang dilakukan seiring sang penguasa siang mendekati singgasananya, alih-alih ditemani remang cahaya bulan dan bintang malam.

"Jam berapa sekarang?" tanyaku begitu kami mendekati tangga escalator untuk turun menuju foodcourt yang tersebar dilantai 2.

"Jam 2 lebih 20, kenapa? Mau pulang sekarang?"

"Boleh?"

"Enggaklah! Kamu bilang baliknya kesinikan besok senin, kelamaan. Nggak takut kangen apa?"

"Hilih, kemarin KKN bisakok nggak ketemu 45 hari bahkan pas liburan semester malah 3 bulan, bisa itu, kenapa sekarang nggak? Padahal cuman 3 hari"

"Kan waktu itu masih belum ada nyali, beda sama sekarang"

"Apa bedanya?"

"Udah berani bilang sayang, mau posting foto buat diakui pacar juga, siap"

"Heh! Nggak aneh-aneh ya" kataku memeringati.

Kemarin-kemarin aja mau bilang kangen secara live aja susah, beraninya pas online aja. Sekarang? Jangankan kangen, I love you aja bisa tiap menit, berasa di obral.

Itu semua karena sewaktu masa magang, kami banyak menghabiskan waktu bersama sekedar jajan di pinggir angkringan pas weekend. Entah kemana perginya suasana canggung yang dulu menjadi teman setia ketika kami berdua, karena saat ini tingkah kami 11-12 sama orang pacaran pada umumnya. Bercanda, berdebat, sampe gombalanpun sudah biasa, minim chat setiap hari tanpa jeda.

"Lagian dari kampus sampe rumahku nggak sampe 2 jam, nggak usah lebay!"

"Berati udah boleh ke rumah?"

"Nggak!"

Benar, biarpun kami sudah akrab dan tidak secanggung dulu tapi untuk membawa Genta ke rumah aku masih belum punya nyali padahal orangnya udah minta terus. Bukannya aku nggak percaya sama dia tapi aku belum siap jadi omongan tetangga, selama inikan aku nggak pernah bawa temen ke rumah kecuali si Rika yang juga berposisi sebagai tetangga.

"Kirain ngode"

"Nggak ya"

"Iya juga nggak papa"

"Shhtt...! Kalau gitu mau ngapain lagi disini? Bosenlah ngeliat orang wara-wiri"

"Yaudah kita cari tempat ngadem yang lain, yuk" ajaknya yang langsung menggandengku menuju basement setelah mondar-mandir tidak jelas di lantai dua diantara jajaran foodcourt.

Ujian di depannya Prof. Hartini rasanya 11-12 sama digandeng Genta, mendebarkan. Bedanya kalau Prof. Hartini bikin tremor akut dan nahan tangis, kalau sama Genta nahan senyum bahagia. Biar nggak dikira suka, tapikan emang sukasih, aduh jadi malu.

=====

Seperti perkataannya tadi, saat ini kami pergi melepaskan stress ke tempat lain, mangrove edupark. Lokasinya dekat bandara jadi tidak heran selama 10 menit aku duduk di café ini menunggu Genta menyelesaikan kewajibannya, lalu lalang pesawat terbang tak ada hentinya.

Suaranya lumayan mengganggu sebenarnya tapi pemandangan hijaunya hutan bakau serta suasana tenang seperti jauh dari pusat kota mampu mengaburkan gangguan itu. Suara kumandang adzan ashar menyambut kami berdua ketika sampai di parkiran tadi, jadi Genta harus melaksanakan kewajibannya lebih dahulu, sementara aku yang mendapat jatah cuti menunggunya di café ini, Zi Yu café.

"Aku anterin nanti jam 5an nggak papakan?" tanyanya dengan rambut setengah basah sisa wudhu sholat asharnya.

Ganteng, berapa kalipun aku disuguhi pemandangan seperti ini tetap saja membuat jantungku bersemangat memompa darah, agak norak tapi susah dikontrol. Selama kami pergi berdua beberapa kali ini, dia memang menjaga sholatnya biarpun agak telat-telat karena masih di tengah jalan tapi menurutku itu tetap hal yang bagus dan patut diapresiasi.

Heart AttackOnde histórias criam vida. Descubra agora