Part 34 (KKN)

82 5 0
                                    

Tampaknya bayangan manisnya kisah yang terselip dalam kegiatan KKN tidak sepenuhnya benar. Sudah lebih dari dua minggu aku menjalani matkul wajib prasyarat skripsi ini tapi nggak bisa merasakan apa yang kebanyakan kating ceritakan. Jenuh, bosan, sebal dan tertekan akhir-akhir ini setia menemaniku melewati hari dalam menjalankan progja baik individu ataupun kelompok.

Mungkin awal kelompokan kemarin aku tidak terlalu memperhatikan perangai teman-teman sekelompokku sehingga bisa menilai mereka cukup baik dan tidak menjengkelkan seperti yang dikeluhkan Hesti. Realitanya, hampir setiap hari suara teriakan Sarah selalu menggema memenuhi rumah yang kami sewa untuk posko KKN ini dengan berbagai alasan, salah satu yang paling menyebalkan adalah ketika dia bertemu mantanya yang kebetulan jadi ketua kelompok kami ini, Yuda.

Sepertinya acara putus mereka tidak melalui jalur damai karena setiap betemu Sarah selalu menguarkan aura permusuhan padahal Yudanya bertingkah biasa aja. Suasana kekeluargaan yang tadinya terasa hangat mendadak akan panas membara perkara lemparan sindiran tak berkesudahan dari Sarah ketika merasakan eksistensi Yuda.

Sementara kami yang tak tahu apa-apa terpaksa berperan sebagai penonton budiman jika agenda hari itu membahas progja kelompok, kalau tidak, tentu saja kami angkat kaki secepatnya. Untung aku udah akrab sama Andin, Rahma, dan Luki, jadi ada temen kabur sekedar jajan ciki di warung kelontong depan posko kami ini.

"Menurut kalian aneh nggaksih kalau si Sarah ngamuk ke Yuda akhir-akhir ini aja, padahal jaman nyusun proposal sama progja kemarin adem ayem bae" mulai Andin untuk kegiatan ghibah yang akhir-akhir ini sering kutekuni karena teman-teman baruku ini ternyata hobi ghibah, terpaksa ikutan daripada ngedekem sendirian di posko yang bisingnya 11-12 sama medan perang.

"Iya, kata lo kemaren mereka putusnya udah 3 bulan lalu dan itu adem-adem aja, kenapa sekarang hobi adu bacot? Pengang kuping gue denger bacotan Sarah terus, mana si Yuda nggak ada indikasi buat nenangin atau nyingkir biar tuh betina nggak banyak bacot" sambar Rahma karena memang diantara kami berempat, Rahma yang paling blak-blakan, sementara aku dan Luki sering berperan sebagai pendengar setia digeng perghibahan kami ini.

"Kalau kata temen gue sih, karena si Sarah baru tahu kalau alesan mereka putus itu perkara Yuda selingkuh sama Briana si Duta FH ituloh, padahal si Briana temen deketnya Sarah sejak jaman SMA. Gila, temen makan temen, weh"

"Sumber lo terpercaya nggak, Ndin? Karena menurut gue, alasan itu nggak masuk akal. Kalau mereka putusnya udah 3 bulan lalu kenapa adu bacotnya baru sekarang dengan alasan putusnya perkara ketahuan selingkuh? Kemarin alesan putusnya apa? karena kamu terlalu baik buatku? prek! Nggak masuk akal bahan ghibah lo kalau adu bacot mereka perkara kejadian 3 bulan lalu" bantah Luki berapi-api yang membuat kami semua terdiam menyetujui argumennya.

"Mungkin nggak sih, kalau sebenernya si Sarah itu masih suka sama Yuda, cuman Yudanya udah berpaling hati gitu? ke Wulan, maybe"

"Rahma! Apaan bawa-bawa namaku segala? Jangan fitnah!"

"Bisa jadi sih, soalnya si Yuda kan kalau ngomong ke Wulan nadanya lembut, belum lagi tatapannya, kayak yang dalem-dalem syahdu gitu"

"Syahdu apanya? Ngaco! Biasa aja tuh" bantahku tak terima dengan respon Andin yang terlalu berlebihan.

"Bener! tatapannya si Yuda emang kayak ngandung sumur pas ngeliat Wulan, dalam-dalam gimana gitu. Mana kemarin pas kita nggak sengaja ketemu di Indomaret, Wulan dikasih Millo gratisan sementara gue yang ngejogrok pas disebelah Wulan cuman disapa, Luk. Udah gitu aja" ceritanya menggebu-gebu.

"Pengen, Luk?" sinisku.

"Nggaklah, cuman mendramatisir aja"

"Iya juga ya? Si Sarahkan ngebacotnya kalau ada lo sama Yuda, Wul. Buktinya kemarin, pas lo pergi sama Andin belanja, posko adem ayem aja. Padahal, si Yuda lagi mabar sama Riko ma Latif di ruang tengah"

"Kalian jangan nambah-nambahin beban pikiranku ya! mana ada yang begitu, udah ah yuk masuk! Lama-lama acara ghibah kalian topiknya nggak masuk akal semua"

"Kalau menurut gue wajarsih kalau Yuda beneran suka Wulan. Sarah cuman menang fisik aja, sisanya minus semua"

Samar-samar masih kudengar perkataan mereka yang tidak menanggapi ajakanku masuk Posko padahal beberapa rumah sekitar kami mulai mengurangi jumlah pencahayannya sebagai tanda waktunya beristirahat. Nggak mungkinlah Yuda suka aku padahal mantannya aja secantik influencer yang pengikut instagramnya berjuta-juta, aneh mereka.

Masalah millo yang diceritain si Luki itu katanya dapet hadiah top up, Yudakan lebih menyukai minuman berbahan dasar kopi dibanding susu. Jadi, wajar kalau dikasih aku bukan Luki, yang bisa menimbulkan persepsi aneh. Lukinya aja yang suudzon sama Yuda, padahal perlakuan Yuda biasa aja ke aku, nggak ada tuh tatapan dalam atau apapun yang dibilang Andin, ngawur mereka

Kegiatan KKN sudah berlangsung selama dua minggu lebih, tepatnya 17 hari dan selama itu komunikasiku dan Genta tak lebih dari 5 kali, itu aja nggak lebih dari 15 menit, miris. Genta menepati perkataannya waktu itu yang bilang bakalan jarang ngasih kabar entah karena mabar atau malas, tapi yang paling kuharapkan karena dia menahan rindu seperti yang dikatakannya sebelum keberangkatan kami ke lokasi KKN waktu itu karena disini aku juga rindu biarpun sebelumnya hubungan kami tak lebih dari sekedar sapa nama.

======

Terdengar teriakan beberapa orang dari arah dapur disusul suara pertemuan wajan dan minyak goreng, pemandangan biasa sejak awal KKN di posko ini, yang membedakan adalah pelakunya. Hari ini jadwalku, Rahma, Latif dan Sarah untuk membuat makan malam, kombinasi sempurna untuk merusak mood orang.

Sarah itu sikapnya sangat mengikuti jaman sekali, nggak bisa masak tapi kebanyakan komentar. Latif lelaki pendiam dan cekatan tapi sayang orangnya kurang sabar, sama seperti Rahma, bedanya Rahma bar-bar luar dalam. Sementara aku orang yang bernasip sial karena terjebak diantara mereka.

"Sar, lo ngupas bawang apa ngupas dosa orang? Lama amat perasaan" gerutu Latif yang membuka sesi perdebatan kesekian dalam setengah jam ini.

"Bawel, ini tuh susah tahu, perih dimata"

"Ya perihlah, orang lo ngupasnya pake mata, nggak pake pisau"

"Diem lo! Bacotan lo nggak membantu sama sekali, emangnya lo udah selesai nyuci sama motong sayurnya?"

"Udahlah, sejak jaman bahula! Cabe sama bawang putih juga udah beres gue potong, tinggal nunggu lo ngupas bawang merah aja daritadi nggak selesai-selesai"

"Yaudah, bantuin! Jangan cuman ngomel aja, nggak guna"

"Ogah! Itu tanggung jawab lo! Tinggal ngupas sama motong bawang merah 10 biji aja perlu waktu setengah jam lebih, kalah lo sama Wulan, pantes si Yuda ogah sama lo"

Medey-medey, alarm tanda bahaya berdering kencang dikepalaku begitu mendengar omelan Latif. Ini laki satu punya mulut kenapa gampang bangetsih njeplaknya? Kalau ada yang dengerkan bisa menimbulkan salah paham, mana mukanya Sarah tambah keruh pula.

"Wulan! Paketan lo datengnih" Alhamdullilah, batinku ketika mendengar teriakan Andin.

"Kutinggal kedepan bentar" pamitku buru-buru meninggalkan dapur yang kutebak sebentar lagi jadi arena debat.

"Kenapa, Ndin?"

"Lo mau buat hajatan apa? belanja sebanyak itu" tanyanya begitu aku berdiri di sampingnya.

"Belanja apa? aku nggak beli apa-apa kok" bantahku

"Tuh, paketan atas nama lo!" tunjuknya pada tumpukan paket yang kuamati berjumlah 14 dengan berbagai ukuran.

"Yang nerima tadi siapa?"

"Yuda"

"Tapi aku nggak mesen apa-apa loh. Bukan Wulan aku kali, lagian kalaupun aku bener belanja mana mungkin sampe sebanyak itu" bantahku.

"Wulandari Dwi Anindita, elo kan? Alamatnya juga bener disinikok, coba lo cek HP lo sana! Siapa tahu kiriman dari keluarga lo" sarannya yang segera kuturuti.


~Anetarilasss~

Heart AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang