Part 29 (Exam)

65 5 0
                                    

Hari yang menjadi momok menakutkan bagi orang yang memiliki status berunsur siswa akhirnya tiba. Dengan jantung berdegup kencang dan keringat mengucur deras kududukan badanku di bangku deret tiga bagian tengah ruangan karena diharuskan urut nim.

Jika boleh memilih aku akan duduk ditempatku biasanya, deret keempat nomor tiga dari ujung kanan ruangan. Tersembunyi, tidak panas dan juga tidak terlalu dingin karena ac ruangan yang tak diijinkan menyala rendah apalagi mati, bisa-bisa dosennya kipas badan dari awal sampe akhir waktu perkuliahan sambil ngomel, percuma ada ac kalau mati mending dicopot aja sekalian daripada cuman php.

"Wul"

"Hah, kenapa Nov?"

"Lu belajar nggak semalem?"

"Heh? Belajarlah, kenapa?"

"Alhamdullilah, jangan pelit ya"

"Apanya Nov?"

"Ya kalau tak tanya jawab, ya! Lu juga manggilnya yang lengkap dong, Noval! jangan kayak pacar lo"

"Pacar? Siapa? Jangan fitnah ya, Val!"

"Baru juga dibilangin masih aja diulangin, Noval! Kalau manggil gue itu Noval! Jangan Nov apalagi Val! Bikin salah paham aja lu, padahal gue jantan bukan betina"

"Iya-iya, Noval. Puas?"

"Lu sama Genta lagi marahan, ya?"

Kurasakan jantungku menghentak cepat mendengar pertanyaan Noval tapi sebisa mungkin kutanggapi dengan tenang karena takut menarik perhatian dari lelaki yang duduknya tak jauh dariku, Genta. Jangan menganggapku berlebihan karena nyatanya sejak chat berisi pernyataan cinta yang kuragukan keasliannya minggu lalu itu, aku menjadi sensitif untuk mengendus hal-hal berbau gebetan, pacar, dan Genta, eh. Pokoknya tentang kisah cinta.

"Heh, marahan? Maksudnya gimana?"

"Minggu lalu gue ketemu dia di Ocean Dream"

"Ya terus?"

"Ih, lu nggak pekadeh, bikin gemes sampe pengen nendang ke laut"

"Emang aku harus gimana, Val? Biarpun salah, tapi itukan haknya dia, jadi biarin aja"

"Jadi pacarkok nggak ada perhatian-perhatiannya, Lan"

"Orang bukan pacarnyakok disuruh perhatian, kamu aja yang nganggepnya begitu"

"Baru juga ditembak minggu lalu itu aja tak gantung" Lanjutku pelan, kalau kedengerankan bahaya.

"Ah terserahlah , Wul. Tapi yang pasti, nanti kalau gue nanya lo jawab ya" bisiknya terakhir kali karena Bu Amanah sudah memasuki ruangan dengan wajah kaku dan sorot intimidatif.

-----------

Genta Epa

Online

---------------

Boleh aku minta kamu luangin sedikit waktu buat ketemu aku?

Ada yang mau aku omongin

Kalau kamu malu keliatan anak-anak lain, kita ketemu nanti sore jam 4 di Camelia Cafe

Aku tunggu

-----------

Sudah 2 jam lebih kupandang nanar pesan singkat berisi ajakan memaksa bertemu dari Genta. Di Kampus tadi kami memang tak terlibat interaksi apapun selain karena terpisah jarak beberapa bangku tapi juga karena tidak banyak waktu tersisa untuk sekedar sapa dan melempar canda tawa.

Aku emang malu kalau harus ngobrol berdua sama Genta di lingkungan orang-orang yang kemungkinan besar mengenalku, tapi kalau di Café berduaan sama Gentakan sama aja bohong. Risiko dikenali memang kecil apalagi lokasi Café yang dimaksud memang jaraknya lumayan jauh dari kampus dan juga terkenal harganya kurang bersahabat untuk kantong mahasiswa, tapi wajahnya Genta itu lumayan menarik buat dilirik, ganteng.

Heart AttackWhere stories live. Discover now