Part 27 (Denial)

66 5 0
                                    

Hembusan angin basah sisa hujan semalam masih bertahan hingga siang ini. Bahkan sinar raja siang tak mampu menembus gumpalan awan tebal yang menyebabkan penurunan suhu di wilayah pesisir ini.

Bukankah cuaca seperti ini lebih cocok dimanfaatkan untuk bersantai daripada memeras otak memikirkan proposal? Proposal skripsi, proposal Magang belum lagi tugas yang akhir-akhir hobi absen.

Rasanya pengen cepet lulus tapi jalan buat lulus ya harus ngelewatin itu semua. Kalau ngulang semester 1 yang masih bisa haha-hihi tiap hari ya, males banget. Ntar ngulang ekomet, nggaklah, makasih.

"Hahhh... Pengen pulang" Gumam Nita sendu disertai hembusan nafas lelah.

"Aku yang deket aja nggak bisa pulang Nit, apalagi kamu yang harus nyebrang kota"

"Mana minggu depan giliran gue present sempro lagi, lo nanya ya, Wul! Tapi yang gampang"

"Apaan?"

"Ya apa gitu, buat daftar pertanyaannya sekarang biar nanti gue bisa nyari jawabannya dulu"

"Enak aja, nggak mau. Aku aja kemarin hampir pingsan ditempat gara-gara Arafah, masa kamu mau sejahtera sendiri, nggak terima aku"

"Ehm, Wul... Hubungan lo sama... Genta, gimana?"

"Hah? Ehm... Gimana apanya?" Mati-matian kuredam gejolak jantungku karena pergantian topik secara mendadak ini.

"Ya, gimana? ada perubahan nggak?"

"Berubah jadi power rangers apa ultraman gaya?"

Disaat seperti ini, kemampuan berimprovisasimu diuji dengan detektor berkedok teman jadi kalau tidak mau dicie-ciein, teruslah mengelak biarpun alasanmu payah.

"Jadi Joker! Pacarlah!"

"Ngaco! Mana ada, kita cuman temenan Nitaaa.... Jadi nggak usah mikir yang aneh-aneh"

"Serius? Setelah semua itu?"

"Semua itu apa, Anitaaa? Kalau ngomong yang bener! Jangan pake bahasa tersirat! Gak mudeng aku"

"Lo kan sebelumnya nggak pernah deket cowoknih ya... terus, tiba-tiba semester ini mendadak jadi couple tidak resminya Genta, apalagi kalian juga mendadak jadi agak lengket gitu, lo bener nggak ada rasa gitu?"

"Rasa apa? Strawberry? Coklat?"

"Wulan! Serius ih, kemarin gue liat Genta jalan berdua sama cewek cantik dan mereka keliatan mesra"

"Hah? Maksudnya gimana?"

Jujur aku bingung bukan karena cerita Anita tapi karena rasa berdebar tak nyaman di dada. Kalau biasanya hanya deg-degan heboh yang bikin malu, sungkan, risih dan hasrat kuat buat nyengir, tapi kali ini deg-degan heboh yang bikin bulu kudukku berdiri dan agak ngerasa nyesek gitu. Aku nggak kena serangan jantungkan?

"Kemarinkan gue diajakin turun temen gue yang anak akutansi ituloh, dan nggak sengaja liat Genta jalan berdua sama cewek cantik, Wul. Makanya gue nanya, hubungan lo sama dia gimana? Takutnyakan lo diem-diem udah resmi gitu sama dia tapi nggak cerita sama kita-kita karena takut digodain"

"Aku nggak ada hubungan apapun sama Genta dan kalau yang kamu khawatirin aku ada rasa sama dia, jawabannya nggak ada! Kita cuman temen dan bisa deket juga karena tugas doangkok, buktinya sekarang aku nggak terlalu deket sama dia lagikan?" Kurasakan suaraku bergetar karena mati-matian menahan rasa perih di mata, semoga aja bukan karena kelilipan debu cinta.

"Nggak terlalu deket apaan? Tadi yang disapa-sapa ceria siapa, yaaaa? Perasaan baru beberapa jam yang lalu tapi udah lupa, ngelesmu payah, Wul"

"Payah gimana sih, Anita sayang? Lama-lama kamukok lebih ngeselin dari Hesti. Btw, SPE kamu udah jadi?" Jurus terakhir ketika tersudut adalah membuat pengalihan.

Heart AttackWhere stories live. Discover now