PART 21 (Evaluasi Rasa)

94 7 0
                                    

Suara merdu Chris Martin yang menyanyikan lagu Fix You mengalun memenuhi Toyota Fortuner 4X4 hitam yang membaur ditengah padatnya jalan siang itu. Usai presentasi mendebarkan selama 2,5 jam dihadapan Pak Rian nyatanya tak bisa membuatku menghembuskan nafas lega.

Bayangkan! terjebak satu mobil bersama 4 lelaki walaupun dalam konteks tugas, tetap saja tak berhasil mengusir kegusaranku ditambah celetukan usil Hesti dan mbak Dina yang sempat menggodaku tadi.

=Flashback on=

"Hati-hati Wul, Magelang dingin" Suara cempreng Hesti yang keluar secepat rudal itu sukses membuat dosaku bertambah banyak, nggrundeli ing sajroning kalbu, mbatin.

"Emang kenapa kalau Magelang dingin?" Gumamku dengan tangan tetap cekatan menata barang kebutuhanku untuk mengambil data ke Magelang.

"Wulan, mau pulang?" Nampaknya acara pamitan ini akan panjang, batinku begitu mbak Dina nimbrung percakapan kami.

"Mau ke Magelang dia"

"Ngapain?"

"Ambil data"

"Kalian udah mulai ambil data buat sempro? Cepetnya, padahal belum ada 2 bulan kuliahkan"

"Bukan sempro mbak, tapi buat tugas evapro"

"Iya, pamit ya, mbak Di, Hes" Pamitku menghentikan percakapan mereka yang kusinyalir akan merembet ke ejekan plus cie-cie menjengkelkan.

"Hesti, nggak ikut?"

Aish, auto cie-cie ini pasti. Batinku begitu mbak Dina dan Hesti mendudukan bokongnya dengan nyaman di kursi teras kosan, mengikutiku yang tengah menunggu jemputan.

"Beda kelompoklah mbak, masak sama dia terus, bosenlah. Eh, tapi lo jangan sampe bosen sama si Genta ya, Lan!" Hesti kampret.

"Oh, sama yang itu? Ciee... Wulan"

Tuhkan....

Lama-lama aku alergi sama kata yang terdiri dari 3 huruf ini, cie. Masak tiap balik kos pasti ada aja alasan dari mereka buat bilang Cie, kayak mereka nggak pernah deket cowok aja padahal mantannya udah pada bertebaran, kecuali Hesti, Arafah, Asri, Indah sama akusih.

"Emang, dimana ambil datanya?"

"Magelang" Jawab Hesti semangat.

"Dingin dong?"

Hmmm... bau-baunya udah nggak enaknih.

"Iyalah mbak Di, tapi nggak masalah kan ada Aa Genta, cieeee"

Tuhkan, dasar Hesti temen kurang asem.

"Nggak usah lebay! Kalau dingin ya pake jaketlah, apa hubungannya sama Genta? " Gerutuku jengkel.

Untung kos sepi karena pada kuliah hingga menyisakan mbak Dina seorang diri yang saat ini disibukan dengan skripsi sementara Hesti udah pasti baru pulang kuliah karena kelas kami sama.

"Adalah, kan bisa minta peluk, Wul"

Astaughfirullahaladzim sabar... Untung kamu temen Hes, kalau nggak udah ku kurbanin sejak tahun lalu.

"Uluh-uluh Wulan, sekarang mainnya udah peluk-peluk ya"

"Dih! Enggak ya"

"Iya juga nggak papa, kan dah gede Wul, kalau bisa pas dijalan mampir ke KUA dulu biar afdol"

Sabar Wulan, sabar... orang sabar jidatnya lebar, eh kalau itu buat orang nyinyir kayak mbak Dina sama Hesti ajalah. Bisa-bisanya nyuruh mampir KUA, dia aja pacaran entah sejak jaman kapan itu masih belum ada niatan ke KUA kok bisa-bisanya nyuruh duluan, batinku sebal dan memilih mengabaikan ocehan dua manusia nyinyir yang paling berbakat menghancurkan kesabaran orang.

Heart AttackOnde histórias criam vida. Descubra agora