PART 22 (Beban Pikiran)

84 6 0
                                    

Kamu tuh beneran kayak yang diasumsiin mereka atau cuman sekedar peduli ajasih, Gen? kalau cuman peduli rasa-rasanya kamu terlalu berlebihan tapi kalau nganggep kamu suka itu juga suatu hal yang jauh dari logika.

Kuhela nafas panjang ketika mengingat perkataan mas Bagus dan bapak setelah Genta pamit menunggu di luar.

=Flashback on=

"Nduk, cah kae mau pacarmu?"

"Enggaklah pak, temen doangkok"

"Masak?"

"Beneran mas, kita temen serombel dan kebetulan dari kemarin kita emang bareng karena lagi nyari data buat tugas"

"Yang katanya mau ke Magelang itu?"

"He.em"

"Berdua doang ke Magelangnya?" ini mas Bagus kenapasih? Biasanya juga cuek aja tapi demi menghargai perhatiannya, kubalas gelengan singkat.

"Bagusdeh, soalnya kalau cuman berdua doang kan bahaya"

"Apaansih mas? Orang kita cuman temenan jadi nggak mungkinlah ngelakuin hal yang mas khawatirin itu"

"Wul, kamu itu nggak tahu apa yang dipikirin lelaki. Mas liat dia juga terlalu perhatian kalau cuman berpangkat temen serombel"

"Terus kalau nggak berpangkat teman serombel emang mau berpangkat apalagi mas?"

"Gebetan"

"Hah? Ngawur! Nggak mungkinlah mas"

"Mungkin aja, mas liat kamu juga kayak ada rasa sama diakan"

"Nggak! Mas sok tahu"

"Mas tahu ya"

"Eng..."

"Wis! Wulan, ajak temenmu nyari sarapan sana, pasti tadi belum sarapan pas di Magelangkan? Gus, jemput ibumu sana! bapak mau istirahat dulu"

"Nggih pak" jawab kami berbarengan dan berlalu keluar dari ruang rawat bapak yang berada di kelas 2.

"Wul, nggak ada yang bisa nebak jodohnya siapa atau berasal dari mana. Bisa aja jodohmu itu orang yang paling kamu hindari itu, makanya jangan kebanyakan gaya! biar nanti kalau dia beneran jodohmu, nggak malu karena jilat ludah sendiri" bisiknya sebelum mendahuluiku berlalu dari depan ruangan bapak.

Mas Bagus kampret, jadi kepikirankan, semoga omongan mas Bagus nggak jadi kenyataan, aminn.

=Flashback end=

"Cari sarapan yuk" ajakku pada Genta yang fokus menatap layar HPnya yang menampilkan laman game online.

"Loh, terus papa kamu siapa yang jaga?"

"Nggak ada"

"Lah, kok nggak ada, nanti kalau ada perlu gimana?"

"Bapak tidur, jadi nggak perlu dipantengin kayak bahan penelitian selama 24 jam"

"Ayok ke depan" kuseret tangannya yang menggenggam HP dengan laman game ter-pause itu.

=====

Suara rintikan hujan diluar yang bersaingan dengan obrolan ibu, bapak, dan pasien sebelah nampaknya tak berhasil membuatku tertarik bergabung. Dan dengan sialnya otakku justru sibuk memikirkan hal yang tidak seharusnya menjadi beban pikiranku, Gentala Al Fahreza.

Salahkan bapak yang tadi sore sempat membuat guyonan berbau sindiran menyebalkan setelah Genta pamit pulang.

"Lan, yang ini anaknya keliatannya baik dan perhatian biarpun pendiem kayak orang lagi kena radang tenggorokan. Sering-sering diajakin ke rumah ya, siapa tahu nggak lama lagi status jomblo anak bapak bisa ganti jadi pacar orang"

Heart AttackWhere stories live. Discover now