TIGABELAS

950K 80K 5.3K
                                    



Aliza sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sekarang ia sedang bergulat dengan berbagai perlengkapan dapur. Ia ingin membuat nasi gorong pagi ini, Untuk dirinya sendiri. Urusan Kinaan ia tidak peduli, karena laki laki itu sudah membuat Aliza kesal sedari pagi tadi.

Setelah beberapa menit, nasi goreng dengan hiasan telur serta potongan timun, sudah siap diatas mejanya.
Merasa puas dengan hasilnya, tidak lupa Aliza memotret makanan tersebut. Entah apa gunanya, Aliza suka saja memotret.

"Semoga enak" gumam Aliza, mengambil sendok lalu menyuap suapan pertama kedalam mulutnya.

Aliza memejamkan mata, menikmati lezatnya nasi goreng buatannya. Pernah dengar kata Bunda? walaupun Aliza ceroboh ia jago dalam hal memasak.

Melihat Aliza yang sedang asik dengan makanannya, membuat kinaan menelan ludah. Ia juga ikut lapar, melihat nasi goreng Aliza yang tampak lezat dimatanya.

Aliza menggeser nasi gorengnya, memeluk piring bulat tersebut. Takut Kinaan akan memintannya, walupun benar Kinaan ingin sekali merasa nasi goreng yang berada ditangan Aliza.

Kinaan mendekat, mecium aroma sedap dari nasi goreng tersebut.
"buat gue mana?" tanya Kinaan, mencari cari wajan penggorengan, yang ternyata hanya tersisa kerak kerak nasinya saja.

Merasa kesal, Kinaan mengambil sendok dari tangan Aliza begitu saja. Melayangkan suapan pertama kedalam mulutnya.

"Hoamm" ucap Kinaan dengan wajah menikmati. Demi apapun ini nasi goreng terenak yang pernah Kinaan cicipi, setelah buatan Umi.

Aliza menahan amarah, saat tiba tiba saja Kinaan mengambil rampas sendok dari tangannya. Serta mengambil nasi goreng Aliza tanpa izin.
"KINAANNN ITU BEKAS GUE!" Teriak Aliza mengambil alih lagi sendok yang berada ditangan Kinaan.

"kenapa?" tanya Kinaan santai.

"Ini nasi goreng gue, kalo mau bikin aja sendiri" titah Aliza menjauhkan lagi, nasi goreng dari jangkauan Kinaan.

Kinaan tak peduli ucapan Aliza. Ia berlari pelan kearah tempat penyimpanan sendok serta alat masak lainnya. Lalu Kinaan segera mendekatkan kursi untuk duduk disebelah Aliza. Menikmati nasi goreng bersama, sepiring berdua.

Aliza terpaku, menahan kesal melihat sikap Kinaan yang begitu santai.
"Mau ngapain!" ucap Aliza, melihat Kinaan yang sudah memegang sebuah sendok dan tersenyum simpul menatap nasi goreng miliknya.

Kinaan menarik pelan kursi Aliza, untuk lebih dekat dengan dirinya. Lalu ia meletakkan piring nasi goreng tersebut berada ditengan tengah keduanya.
"Bagi dua" ucap Kinaan lalu kembali fokus menikmati nasi goreng di depannya.

Entah kenapa melihat Kinaan yang begitu bersemangat dengan nasi goreng buatannya. Membuat Aliza menarik sedikit senyum, Ia senang.

Mau tak mau Aliza menuruti Kinaan kali ini. Ia makan berdua, berbagi dengan Kinaan. Sepiring lagi, kapan lagi yakan makan sepiring berdua.

Setelah selesai megisi perut, keduanya sudah siap memasuki mobil. Kinaan akan mengantar Aliza kesekolahnya, dan setelah itu Kinaan akan segera keasrama. Aliza sudah menolak untuk diantar Kinaan, tapi pria itu selalu saja memaksa.

"Antar gue sampe pertengahan itu aja, seterusnya gue bisa jalan kaki" tunjuk Aliza kejalan yang agak jauh dari sekolahnya. Ia tak ingin dirinya menjadi pusat perhatian, saat Kinaan mengantarnya sampai kedepan sekolah. Apalagi setelah dirinya diberitakan di lambe sekolah, tentang hubungannya dengan Zero yang kandas.

"gue anter sampe depan" kekeh Kinaan.

Aliza memutar bola mata malas, selalu saja Kinaan memancing debat dengan dirinya. Tak bisakah sekali saja Kinaan mengikuti kata Aliza.

"Kalo lo nggak mau nuruti gue, gue loncat sekarang" ancam Aliza, membuka pelan pintu mobil disebelahnya. Membuat Kinaan seketika panik, dan mengiyakan permintaan Aliza. Aliza tersenyum menang, mau saja dibodohi.

Kinaan dan Aliza sudah berada dipertengahan yang dipinta Aliza.
Namun...

"Gue lupa bawa ponsel" ucap Kinaan, meraba raba seluruh saku baju serta celananya. Yang memang nihil, tidak ada ponselnya.

Aliza berhenti sejenak.

"pinjem hp lo, gue mau coba telpon" pinta Kinaan.

Ragu ragu Aliza memberikan ponselnya kepada Kinaan.

Dring...
Dring...
Dring...

"oke makasih, ntar pulang kasi tau gue" Ucap Kinaan lalu mengembalikan ponsel Aliza.

Ponselnya sebenarnya berada disaku mobilnya. Ia hanya berpura pura, agar mendapatkan nomor Aliza. Jika memintanya langsung, gadis itu tidak akan memberikannya begitu saja.

Aliza mendengus nafas kesal.
"Semoga hilang beneran tu hp, biar tau rasa" batin Aliza mendumel.

"gue duluan" ucap Aliza melangkah keluar dari mobil.

Tangan Kinaan, memberhentikan langkahnya.
"Apa lagii??" tanya Aliza kesal, Kinaan benar benar ingin membuatnya telat.

"Nih" ucap Kinaan menyodorkan punggung tangannya kearah Aliza.

Aliza manautkan kedua Alisnya, tidak paham apa maksud Laki laki di depannya ini.

"Salim duluu" ujar Kinaan, memamerkan sedikit senyumnya.

Melihat itu sontak membuat Aliza terdiam kaku. Suasana hatinya yang tadinya kesal, dibuat semakin kesal haha.

Tidak, sebenarnya suasana hatinya sedikit lebih berwarna, melihat tingkah Kinaan kali ini. Rasa kesalnya sedikit lebih berkurang.

Dengan malas Aliza mencium punggung tangan Kinaan.
Bersentuhan dengan Kinaan, membuat detak jantungnya selalu berolahraga.

"Belajar yang rajin" ucap Kinaan, mengacak lembut puncak kepala Aliza dengan sebelah tangannya.

"rambut gue jadi berantakan" omel Aliza merapikan kembali rambutnya.

Setelah merasa rambutnya sudah rapi seperti semula, Aliza segera berjalan meninggalkan Kinaan yang masih menatap punggungnya dari dalam mobil.

Kinaan ingin sekali melihat Aliza menggunakan hijab jika kemana-mana. Tapi Kinaan juga tak bisa memaksa Aliza, jika belum siap. Insyaallah Ia akan membimbing Aliza sampai gadis itu siap. Kinaan tidak ingin terlalu banyak mengekang Aliza. Pelan pelan saja, asal Aliza mau berubah. Tidak ada perubahan yang Instant menurut Kinaan, semuanya butuh proses. Begitu juga dirinya dan masa lalunya.







Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang