TIGAPULUHTUJUH

686K 60.5K 8.2K
                                    





"aku pergi ya, kamu hati hati" ucap Aliza, mencium hangat punggung tangan laki laki dihadapannya.

Kinaan tersenyum geli hati, saat Aliza mencium hangat dan berbicara aku kamu padanya saat ini. Ia senang Aliza menuruti permintaannya untuk bicara aku kamu.

"belajar yang bener yaa sayangggg" pekik Kinaan karena langkah Aliza yang mulai menjauh darinya.

Aliza terkekeh geli, wajah manisnya menampilkan senyum lebar dengan lesung pipi.
"Siappp" hormat Aliza lalu mempercepat langkahnya agar tidak telat kesekolah pagi ini.

▪▪▪

Aliza sudah sampai tepat didepan kelasnya, langkahnya terhenti saat kedua gadis menahannya agar berdiri ditempat.

"stoppp" tegas Kanaya menahan Aliza yang mulai melangkah memasuki kelas.

Aliza mengerutkan kening.
"kenapa?" tanyanya heran.

"selamat pagi Aliza" sapa dewi adik dewa salah satu teman sekelasnya.

Aliza mengganguk, membalas sapaan gadis mata sipit dengan kerudung putih itu.
Tapi sedetik kemudian, ia baru menyadari hal yang berhasil membuatnya membulatkan mata tak percaya.

"coba masuk kelas" suruh Zena dengan senyum sumringah.

Dengan langkah penasaran, perlahan Aliza membuka pintu yang setengah tertutup itu. Dan alangkah kagetnya ia, saat melihat para gadis yang beragama islam sudah mengenakan hijab yang sama seperti Kanaya dan Zena pakai.

"Masyaallah" ucap Aliza dengan tangan yang menutupi mulutnya.

Ia lalu berbalik arah, menatap Kanaya dan Zena disana yang sudah tersenyum kearahnya. Dengan mengacung kedua jari jempol.

"kka-kalian?" tanya Aliza merasa haru.

"Kita kasi para gadis muslim disini kerudung satu satu, dan kita nggak maksa mereka untuk pake. Kita bilang-" gantung Kanaya.

Zena melanjutkan ucapan gadis itu.
"-Kita bilang, kalo nyaman pake aja malah bagus. Dan kalo belum siap pake nanti aja, semoga suka ya sama kerudungnya. Dan semoga betah dan terbiasa" lanjut Zena menceritakan asal mulanya.

Aliza tersenyum bangga, tidak menyangka kedua sahabatnya akan melakukan hal sebaik itu. Aliza senang, melihat banyak perubahan dari keduanya. Apalagi dari Kanaya, yang selalu berbicara kasar dalam setiap omongannya. Sekarang perlahan Aliza tidak pernah mendengar gadis itu mencaci lagi.

Aliza melebarkan tangannya, menyuruh keduanya untuk saling berpelukan. Melihat itu Kanaya dan Zena antusias membalas pelukan Aliza.
"makasih" ucap Aliza kepada keduanya.

"kita yang makasih za, sama lo" balas Kanaya yang diangguki Zena.

"makasih za, udah ngajarin kita hal hal baik"

▪▪▪

Kinaan memasuki rumah mewah itu, mengucap salam. Rumah besar itu terlihat sepi, mungkin karena Umi yang berada dihalaman atas sembari membaca koran atau majalah islam.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang