DUAPULUHDUA

837K 77.6K 6K
                                    



Bunda mengajak Kinaan dan yang lainnya untuk makan bersama. Mereka duduk dimeja makan bundar, dengan Aliza disamping Kinaan, Ayah disamping Bunda,dan Kak Rana berada ditengah-tengah mereka.

"ayo Kinaan nambah, biar sehat" suruh Bunda,yang diangguki Kinaan dengan senyuman canggung.

Aliza hanya menatap kesal Bunda. Sudah ia hitung hampir 10 kali Bundanya menyuruh Kinaan menambah. Tapi tidak menyuruh Aliza. Ia jadi heran, sebenarnya yang anak Bunda ini dia atau Kinaan?

"Bunda nyuruh Kinaan aja, Aliza juga mau nambah" ucapnya manja sembari menyerahkkan piring kosongnya kearah Bunda.

Baru saja Bunda ingin mengambilkan Aliza nasi. Namun tangan Kinaan lebih cepat mengambil piring gadis itu. Aliza hanya diam melihat Kinaan yang mengisi nasi dipiringnya dan menambahkan beberapa lauk disana.
"segini cukup?" tanya Kinaan.

Aliza mengganguk, lalu Kinaan menyerahkan kembali piring itu kepada Aliza.
"ma-makasih" ucapnya malu malu.

"makan yang banyak, biar tambah gemes" ucap Kinaan, dengan tangan mengacak-acak puncak kepala Aliza yang berbalut hijab.

Aliza membulatkan mata menatap tajam Kinaan. Karena semua orang dimeja makan menatap keduanya. Bunda dan Ayah hanya senyum senyum. Aliza tersenyum ngeri, saat melihat senyuman Ayah dan Bunda yang terlalu berlebihan menggodanya.

Rana berdehem sembari tersenyum jail kearah Aliza dan Kinaan. Merasa salah tingkah, Kinaan kembali memasang wajah datar dan fokus kemakanan mereka masing masing.

Bunda mencoba meerealisasikan adengan Aliza dan Kinaan kepada suaminya.
"nambah dong!" kata Bunda menyerahkan piringnya kearah Ayah yang masih sibuk makan.

Reaksi yang Bunda dapatkan sangat berbading terbalik dengan yang Aliza dapatkan.
"Kolestrol Bundaaa, Kolestroll" celoteh Ayah, melihat Bunda yang meminta tambah kearah telur orak-arik.

Bunda menatap kesal Ayah, lalu kembali tersenyum saat Kinaan memperhatikan keduanya.
"hehehe ayo makan lagi makan" ucap Bunda kepada Kinaan.

"hehehe ayo makan lagi makan" kesal Aliza mencontohkan ucapan Bunda menye-menye.

"Aliza" tegur Bunda tegas.

Aliza tersenyum kikuk.
"iya bunda maaf maaf" ucapnya cengegesan.

Kinaan hanya menarik sudut bibirnya, merasa lucu melihat mimik wajah Aliza saat ditegur Bunda.

▪▪▪

Setelah acara makan bersama selesai, Aliza mengajak Kinaan untuk pergi kebukit tinggi yang tidak lumayan jauh dari belakang rumahnya.

Keduanya berjalan beriringan, tidak ada yang membuka suara. Hanya terdengar suara burung yang berkicau. Suasana bukit belakang rumah Aliza tampak asri. Dihiasi tanaman Bunda dan juga buah buah yang banyak. Bunda memiliki kebun sendiri disekitar sini.

Setelah merasa cukup lelah, Aliza mengajak Kinaan untuk duduk direrumputan kecil. Sembari menatap langit yang berbalut warna biru muda. Semilir angin menyapu hangat wajah keduanya. Sembari bercengkrama menceritakan beberapa hal kecil yang terdengar lucu.

"Waktu kecil gue sama kak Rana sering banget main kesini, cabutin buah buah Bunda yang belum masak. Terus pulangnya Bunda omelin. Dan gue sama Kak Rana saling tuduh-menuduh. Padalah dua duanya sama sama salah" Cerita Aliza memecahkan keheningan diantara keduanya.

"pantesan sampe gede jailnya" balas Kinaan, mencubit lembut pipi Aliza.

"Ehm enggak" elak Aliza tak terima.

"gue juga kangen kak Bian" ceplos Kinaan, dengan kedua matanya menatap kosong kearah langit.

Aliza mengernyit kening, tanda bahwa ia tak mengerti ucapan Kinaan. Karena setaunya Kinaan adalah anak tunggal.

"kak Bian?" tukas Aliza.

"udah ah, ayo pulang udah mau maghrib" ucap Kinaan, mengalihkan pembicaraan. Ia malas jika Aliza banyak tanya hal hal yang bisa menyinggung masa lalunya. Bukannya tidak mau sih, lebih tepatnya ia malas membahas itu.

Aliza mengganguk, walau hatinya masih penasaran.
Ia mengekori Kinaan yang berjalan lebih dulu darinya. Matanya teralih, saat langit yang tadinya membiru sekarang berganti warna menjadi jingga yang sangat indah. Aliza tertegun melihat pesona alam sebelum maghrib ini.

Ia menarik tangan Kinaan mendekat kedirinya. Menyuruh Kinaan untuk berdiri disana. Dengan posisi menyamping. Aliza ingin mengambil gambar Kinaan bersama senja yang indah ini.

"diam kaya gitu dulu" titah Aliza sembari bersiap memotret Kinaan. Sedangkan yang disuruh, hanya memasang wajah datar, pasrah akan kemauan Aliza.

Aliza kegirangan, saat melihat betapa kerennya hasil fotonya. Kinaan terlihat sangat tampan walaupun hanya bayangan hitam.

"Potoin" suruh Aliza seraya menyerahkan ponselnya kepada Kinaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Potoin" suruh Aliza seraya menyerahkan ponselnya kepada Kinaan.

Kinaan menerima, lalu Aliza sudah bergaya ditempat Kinaan tadi. Ia membuat gaya yang sama dengan Kinaan. Lalu Kinaan memotretnya. Hanya sekali potret, karena kumandang Adzan maghrib menyuruhnya untuk kembali kerumah menunaikan ibadah sholat maghrib.

Dengan perasaan gembira, Aliza segera berjalan beriringan dengan Kinaan disebelahnya.
"nanti jadiin foto profil instagram yaa, sama wa juga" pinta Kinaan, mengambil jari jemari Aliza untuk ia genggam.
Aliza mengganguk setuju, lalu tersenyum manis menatap Kinaan dari samping dengan tangan yang kembali ia eratkan menggengam tangan besar Kinaan.

sgni dulu, lanjt bntr lgi^^
tinggalin jejak ya🌟💬

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang