LIMAPULUHSEMBILAN

581K 56.1K 5.5K
                                    



Kinaan terbangun perlahan, memejamkan mata lagi beberapa kali. Ia sudah berada disebuah ruangan serba putih, ia heran beberapa kali mencoba memejamkan mata lagi.

Kinaan mencoba duduk, namun saat melihat bawah. Ia telah kehilangan sebelah kakinya. Kinaan menangis, ia kembali membaringkan diri. Melihat kondisinya seburuk ini, tidak yakin ia akan kembali.

Seorang dokter dengan paras yang kira-kira berusia sekitar 40 tahunan sedang berjalan kearah Kinaan. Dokter tersebut menyapa Kinaan ramah.

"Gimana kabarnya?" tanya Dokter itu begitu santai.

Melihat wajah Kinaan yang heran, dokter tadi lalu menjelaskan. "Saya dokter candra, warga sekitar melihat hanya kamu yang masih hidup. Karena saat kejadian, kamu masih bisa membuka mata, mereka lalu memanggil saya dan membawa kamu. Kami mematikan semua informasi tentang kamu, mulai dari menghapus nama kamu yang dibantu oleh rekan penerbangan saya. Karena jika media tahu hanya kamu yang selamat, kondisi kamu akan tambah tertekan mengingat itu. Maka dari itu, untuk saat ini kamu saya bantu sembuh perlahan, walau saya rasa mustahil melihat kamu bisa selamat dari jatuhnya pesawat itu. Tapi resikonya, jatungmu melemah, kondisi otakmu juga, kamu akan lebih mudah merasa tekanan berlebihan karena trauma pada kejadian itu. Dan saya dibantu tim mengoprasi kaki kamu, namun sudah kami usahakan sebisanya untuk menyempurnakan kakimu kembali. Tapi karena terkena ledakan dan kepingan badan pesawat, kakimu membusuk". jelasnya.

Kinaan terdiam, perlahan menerima kenyataan pada dirinya. Ia seharusnya bersyukur, dari banyaknya manusia. Semesta masih mengizinkannya hidup hari ini.

"terimakasih banyak telah membantu" jawab Kinaan. Ia juga tak masalah jika Dokter Candra mematikan informasi mengenai dirinya. Karena yang dikatakan dokter Candra memang ada benarnya. Diketahui media malah akan membuat dirinya tidak tenang.

Dokter Candra adalah dokter yang menetap pada tempat terpencil ini. Jasanya sangat dibutuhkan disini, karena dokter yang secara sukarela membantu warga yang sedang sakit yang hanya dibayar seikhlas mereka. Dokter Candra belum juga menikah, ia takut setelah menikah nanti istrinya tak akan mau tinggal disini. Dan ia tak mau meninggalkan warga-warga disini tanpa seorang dokter. Dokter Candra juga membuka les Kedokteran secara cuma-cuma pada remaja yang ingin menguasai bidang sepertinya. Agar setelah ia meninggal, masih ada yang meneruskan perjuangannya.

"Beberapa hari setelah kondisimu membaik, kita akan melakukan operasi pada jantungmu" ucap Dokter Candra.

Kinaan mengganguk, ia masih tak percaya dengan kejadian yang menimpanya ini. Ia rindu wanitanya.

"Setelah operasi, apa saya boleh pulang?" tanya Kinaan.

Dokter Candra mengganguk "setelah kamu pulih, silahkan" jawabnya.

Kinaan tersenyum senang, ia akan menemui Aliza secepatnya. "teman saya gimana?" tanya Kinaan lirih. Membayangkan Kafi disebelahnya beberapa jam lalu.

"Tim Sar, dan para Polri sudah berada disana, mencari para korban karena hujan deras pencarian beberapa kali terhenti. Ombaknya terlalu berbahaya jika dilanjutkan". jelasnya.

"apa yakin saya bisa pulang?" ragu Kinaan.

Dokter Candra duduk pada ranjang Kinaan.
"percaya pada tuhanmu, serahkan semuanya padanya" jawab dokter Candra.

"saat ini jangan terlalu banyak pikiran, jantungmu akan melemah jika kamu kecapean atau pun memikirkan hal yang berat" sambung Dokter Candra.

▪▪▪

Dokter Candra sudah berdiri diambang pintu selama dua atau tiga jam lebih. Memperhatikan Kinaan, yang sedang menatap kosong pada arah depan. Membuka sedikit jendela, membiarkan semilir angin malam menyapa lembut wajahnya.

Kinaan hanya diam, ia benar-benar tidak tenang karena Aliza. Menyadari Dokter Candra disana, Kinaan tersenyum singkat kearahnya.

Lalu dokter Candra berjalan menghampiri Kinaan.
Menemani pemuda yang nampak berususah hati itu.
Kinaan menatap Dokter Candra "anda pernah merasakan rindu pak? tanya Kinaan.

Dokter candra terkekeh "pernah mungkin" jawabnya.
"saya harus memanggilmu apa?" tanya Dokter.

"panggil saja Kinaan" jawabnya.

Dokter Candra mengganguk "sedang rindu siapa Kinaan?" tanyanya.

Kinaan menunduk "merindukan wanita, yang pastinya sekarang aku telah membuatnya bimbang. Jika aku kembali pada kondisi begini, rasanya takut" lirihnya.

Dokter Candra mengganguk mengerti "jika cinta, tak ada alasan untuk tak menerima" jawabnya.

"kau bijak pak, tapi kenapa tak coba cari cinta?" tanya Kinaan.

Dokter Candra tersenyum, memalingkan wajah pada arah luar. "entahlah, cintaku pada warga lebih besar. itu juga cinta bukan?" jawabnya lalu bertanya.

Kinaan terkekeh "kau hebat" pujinya.

Dokter Candra menepuk bahu Kinaan "kau lebih hebat dariku anak muda, temui wanitamu secepatnya aku akan temani pulangmu".

Kinaan mengganguk "terimakasih pak".
"boleh aku pinjam ponselmu?" tanya Kinaan lagi.

Dengan senang hati, Dokter Candra mengeluarkan ponsel pada sakunya. "pakailah".

Kinaan menerima itu, mengetik sebuah nomor disana.

"halo ini siapa?" tanya suara laki-laki dari sebarang sana.

"Angkasa" kekeh Kinaan.

Lintang seketika menatap tak percaya ponselnya, bibirnya gemetar. Ia tak percaya dengan apa yang ia dapatkan. Ini Angkasa, ia kenal suara itu. Karena hanya mengingat nomor Lintang, ia berniat menghubungi pria itu saja. Karena juga pemikiran Lintang terbilang cukup dewasa.

"An-ang-angkasa?" tanyanya terbata-bata. "pleasee saa, disini semua orang khawatir sama lo, kasi tau lo dimana? baik-baik aja kan?"

Itu adalah pertama kalinya Angkasa mendengar seorang Lintang bertanya sepanjang itu, kecuali bersama jasmine.

"gue baik" hanya itu yang Angkasa jawab. Walau jujur, banyak rasa sakit yang ia rasakan.

"rahasiain ya, gue bakalan pulang buat Aliza" titahnya.

Lintang terdiam beberapa saat "Aliza kecelakaan sa, dan sekarang dia nggak bisa lihat" keluh Lintang yang berhasil membuat Angkasa panik seketika.

Matanya memanas, air matanya menampung pada kedua kelopak mata hitam pekat itu. Angkasa menekan tombol akhiri pada percakapannya, ia tidak bisa tenang jika terjadi sesuatu pada wanitanya.

Dokter Candra yang melihat perubahan pada ekspresi wajah Kinaan. Segera bertanya "gimana?".

"Dia kecelakaan dan buta" lirih Kinaan. Air mata sudah terjun bebas kekedua pipinya.

Mendengar itu, Dokter Candra ikut iba. Ia bisa merasakan gimana menjadi Kinaan. Perlahan tangannya ia usapkan pada bahu Kinaan "Semangat untuk sembuh, temui dia secepatnya" kata Dokter Candra menguatkan Kinaan.






jangan lupa 🌟💬 
panik nggak? nggak, panik?

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang