ENAMPULUH

648K 59.7K 22.3K
                                    



Seminggu berlalu, Burung masih saja berkicau begitu merdu. Langit masih cerah menyapa hangat hari ini. Aliza terbangun dari koma, mimpi yang begitu panjang tujuh hari itu. Setelah mendapat donor mata, entah kenapa ia lupa caranya bangun. Alhasil, dokter menyatakan dirinya koma. Dan syukurlah, hari ini matanya tak lagi malas terbuka.

Perlahan, mata kecoklatkan itu terbuka samar-samar. Ia tak lagi melihat kegelapan, semua benda sudah kembali bewarna. Aliza tersenyum haru, ia tak lagi melihat kegelapan.

Bunda berlari kearah Aliza, melihat anaknya sudah terbangun dari tidur lama itu. Bunda memeluk Aliza, menangis haru didalam dekapan itu. Ia merindukan Aliza, seminggu ini hatinya sungguh tak tentu rudu.

Tidak hanya Bunda disana, Umi, Abi, Kanaya, Zena, Jasmine dan beberapa anggota Orion yang menunggu diluar. Satu persatu dari dalam ruangan memeluk Aliza rindu. Perlahan Aliza mengingat, ada yang kurang dari semuanya.

"Bunda, Kinaan dimana?" Aliza tersenyum, ia sangat ingin bertemu pria itu.

Umi tersenyum, mengelus lembut pipi Aliza.
"Aliza mau ketemu Kinaan?" tanya umi begitu halus, seperti Kinaan.

Aliza mengganguk antusias, kedua matanya memancarkan hal yang begitu ia tunggu disana. Senyumnya mengembang, sudah ia nantikan hari dimana Ia dan Kinaan akan kembali bertemu.

"Bunda, Ayo ketemu Kinaan" ajak Aliza begitu gembira.

Bunda dan Umi mengganguk bersamaan, keduanya menggengam tangan Aliza untuk turun perlahan dari ranjang. Seketika melihat langkah Aliza perlahan keluar, Jasmine memeluk Kanaya dan Zena begitu erat.

▪▪▪

Aliza sudah sampai, ia turun dengan senyum yang belum juga memudar. Namun,
"Umi, Abi Kinaan dimana, Aliza kangen" ucapnya tidak sabar.

Tidak, Aliza tidak mau disini. Ini bukan tempat bertemu dengan Kinaan. Ini sebuah pemakaman, Kinaan tidak mungkin ada disini. "Bunda, Kinaan pasti nunggu Aliza dirumah kan.." lirihnya berusaha berpikir positif.

"Ayah, Bundaa. Kinaan lagi dirumah pasti. Aku mau pulang aja, kasian Kinaan nunggu dirumah" sambungnya sudah dengan air mata banjir.

Merasa tak tega, Umi memeluk tubuh Aliza. Begitu erat, sampai-sampai Umi juga tak bisa menahan tangisnya juga.
"Umi tau, ini berat Aliza" katanya melirih.

Seketika tubuh Aliza melemas, ia biarkan Umi menahannya.
"mata Kinaan, ada padamu" sambung Umi yang berhasil membuat tangis Aliza kembali pecah.

Aliza terduduk lemas, tatapannya kosong. Matanya memerah, hatinya terasa sakit mendengar kenyataan ini. Kenyataan yang tak pernah benar-benar ia sangka.

"Lebih baik aku butaa! tapi Kinaan ada disamping aku" tangisnya. "Daripada aku bisa ngelihat, tapi Kinaan bukan orang pertama yang berada didekat aku" lirihnya.

Perlahan Aliza berdiri, langkahnya ia paksa berlari kearah pemakaman. Matanya menatap sebuah nama disana, disebalah nama Bian. Terdapat nama, Angkasa Armaghan.

Aliza terduduk, ia menatap umi.
"Umi, ini bohong. Kinaan tidak ada didalam. Ini hanya makam kosong" kekehnya menunjuk arah nisan.

Umi berjalan perlahan menghampiri Aliza. Namun, Mama Mawar lebih dulu mendekat pada Aliza. Berniat menjelaskan semuanya.

Mawar spontan memeluk Aliza.
Aliza hanya diam, tak membalas pelukan Mawar padanya.
Sedetik setelah itu mama membuka ponselnya, memberikan sebuah pesan yang sempat Angkasa kirim padanya dengan nomor Dokter Candra.

08765xxx
Ma, ini Angkasa.
Terimakasih ma, udah bikinin Angkasa pemakaman diseblah abang Bian. Sepertinya, Angkasa akan mengisi makam tersebut.

Ma, Angkasa sayang banget sama mama.
Angkasa sakit, tapi mama nggak disini.
Angkasa titip Aliza ma, gantikan peluk Angkasa ya ma.
Berikan peluk ternyaman mama pada wanita yang Angkasa sayang itu. Bilang pada Aliza ma, Angkasa sayang banget sama dia, sayang umi, sayang mama, sayang Zena juga.

Aliza terdiam, sedikit demi sedikit ia melangkah mendekat pada makam Kinaan. Mengelus papan nama tersebut, memeluknya sesaat. Tangannya ia letakkan pada tanah bertabur bunga itu.

"Kamu bohong" lirihnya. "Kamu bohong Kinaan! kamu bilang hanya tiga hari. Lalu kenapa selamanya!" sambung Aliza lagi.

"Kinaan..." panggil Aliza.

"udah nggak sakit lagi?" tanyanya.

Aliza membaringkan wajahnya pada gubukan tanah.
Membayangkan sedang memeluk Kinaan, ia rindu peluk itu. Peluk ternyaman yang pernah ia dapatkan.
"Kenapa secepat ini? kita belum menua bersama, mana janji kamu!" celoteh Aliza dengan berderai air mata.

"Angkasa Kinaan, kamu benar-benar pergi ya?" tanya Aliza menatap papan nama.
"siapa yang jaga aku?" tukasnya lagi.
"ini udah lebih dari tiga hari, tapi kenapa kamu belum juga pulang dan peluk aku" Aliza mengelus lembut makam Kinaan.



senyum ^^

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang