EMPATPULUHSATU

657K 56.8K 7.5K
                                    



"kannn Zaa, udah gue lamar pasti lo hamil" bisik Kanaya yang hanya didengar oleh Aliza dan Zena.

"Ramal kali" sarkas Zena membenarkan ucapan Kanaya.

Kanaya terkekeh "biasalah, manusia gue" jawab Kanaya menacari pembelaan.

Zena malas meladeni Kanaya, ia kembali fokus dengan perut Aliza. Sama seperti Rana, gadis didepannya ini selalu mengelus perut Aliza.

Kanaya mencubit lengan Zena "jangan pegang-pegang gitu terus, nanti kalo murid lain nanya, jawab apa?" tanya Kanaya.

Dengan santainya Zena menjawab "bilang aja ngandung anak cacing" balasnya sembari menopang dagu acuh.

"Heh" tegur Aliza tak terima.

Mendapat tatapan maut Aliza, Zena menyipitkan kedua matanya. "hehe Astaghfirullah, maaf Aliza" kekehnya.

"marahin ajaa zaa, kutuk dia jadi anak cacing" celoteh Kanaya, membuat Zena melirik tajam gadis itu.

Zena menepuk pelan bahu Kanaya "heh! jangan jadi kompor" katanya dengan raut wajah kesal.

Mendengar itu, Kanaya memasang wajah sok polos "siapa yang jadi kompor?"

Zena sudah malas jika Kanaya menjawab seperti itu. Entah kapan ia akan menang jika adu mulut dengan gadis seperti Kanaya. "udah ah, Kanaya menyebalkan zangatttss menyebalkan" ucapnya menghentakkan kaki beberapa kali.

"Dede bayinya, panggil aku ountyy ajaa yaa. Kalo yang itu-" tunjuk Kanaya mengarah pada Zena. "panggil Ountaa aja"

Zena merengus, sedangkan Kanaya merasa puas melihat Zena yang berhasil ia kerjai.
"ga lucu tauu, ountaa ountaa" omelnya.

"udah udahh" lerai Aliza merentangkan tangannya.

"Bayinya mirip siapa ya?" tanya Zena lagi.

"MIRIP ALIZA AMA LAKINYA LAH, NGAK MUNGKINKAN MIRIP LO" Sarkas Kanaya, entah kenapa membuat Zena kesal adalah sebagian dari hobinya. Untunglah Zena marah tidak akan bisa lama, palingan dua menitan.

"eh siapaa tauuu" jawab Kanaya membala diri dari perbuatan tidak baik Kanaya, yang telah tega membully gadis secute seimut semanis selucu seamburadul pul pul macam Zena.

"Zaa, kalo anak lo mirip ni ountaa, masukin lagi aja za"

Aliza hanya bisa tertawa melihat itu, hiburan gratis yang berhasil membuatnya betah dengan persahabatan super duper aneh ini.

"enak aja tu mouth cakap begitu" ujar Zena mencemot bibir lantis Kanaya yang dari tadi memancing kesabarannya.

▪▪▪

Aliza sengaja tidak meminta jemputan dari Kinaan, karena Rana ingin bertemu dengannya disebuah cafe tak jauh dari sini. Ia berjalan menyusuri tepian jalan raya yang memang khusus untuk pejalan kaki. Sampailah ia pada sebuah cafe coklat tua, berhiasan secangkir kopi didepannya.

Matanya mencari letak kakanya berada. Padahal tidak terlalu ramai, tapi kenapa susah sekali mengenali Rana ditempat ini. Lalu matanya menangkap, seseorang yang sedang duduk sendiri menutupi wajah dengan koran. Sudah dipastikan itu Rana, karena Aliza mengenal baju yang dikenakan.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang