LIMAPULUHSATU

609K 56.8K 8.1K
                                    



SELAMAT BERPUASA❤

"Zena?" panggil Aliza berjalan beberapa langkah mendekati Zena. Namun gadis itu malah berlari tak memperdulikan Aliza didepannya. Zena berlari kearah Kinaan. Dan yang membuat Aliza kaget, Zena malah memeluk Kinaan dan menangis disana.

▪▪▪

"abang ih, jahat banget pergi nggak bawa aku" protes Zena dengan gaya manjanya, yang dari tadi terus berceloteh dengan Angkasa.

Angkasa menarik nafas dalam, sudah hampir setengah jam gadis ini merengek kepadanya. Ia sudah menjelaskan, tapi Zena terus saja mengomelinya. Entah kenapa gadis ini bisa berada dirumahnya. Dan kenapa juga Aliza bisa menjadi sahabat Zena.

Aliza sangat lega mendengar bahwa Zena ternyata adalah saudara Kinaan. Ia hampir saja ingin naik darah melihat Zena memeluk suaminya tanpa izin. Apalagi Kinaan hanya diam saat dipeluk oleh Zena.

"lo juga Za! kenapa bisa nggak kasi tau kalo ada abang" omel Zena yang menyalahkan Aliza.

"gue juga nggak tau kali Angkasa abang lo" balasnya tak terima disalahkan.

Zena terkekeh "oh iya juga ya" jawabnya cengegesan.

"kapan mau pulang?" tanya Zena, suasana seketika menjadi sunyi, saat ia mengucapkan tiga kalimat itu.

Angkasa menggeleng cepat "gue nyaman disini".

"papa kangen abang" lirih Zena menatap Angkasa.

"mama?" jawabnya lirih.

Zena terdiam seketika, ia tak tahu harus jawab apa. Pertanyaan itu sungguh sangat Zena hindari, ia takut Angkasa kembali terluka. Tapi jika terus begini, lukanya akan semakin dalam, ia tak ingin Angkasa terbeban dengan ini semua.

"aku minta maaf bang, aku yang salah" ucap Zena dengan kedua mata sudah menahan tangis.

Aliza hanya diam menyimak, sesekali mengusap punggung Zena.

"aku bohong sama mama dan papa" sambungnya.

Angkasa tak marah soal itu, ia tahu dirinya memang penyebab semua ini. Walau awalnya, jika saja Zena katakan yang sebenarnya mungkin masalah tidak akan serumit sekarang. Tapi mau bagaimana, semua sudah terjadi. Ia hanya perlu jalani, dan perbaiki masalah ini.

"Aku lihat semuanya, tapi aku sembunyikan kebenarannya" sambung Zena dengan suara yang mulai parau.

Angkasa mencoba tenang, ia tak bisa mengatakan apa apa. Bibirnya terasa kelu untuk berucap satu kalimat saja.

"pulang bang.. aku bakalan bantu jelasin semuanya" lirihnya menggengam erat tangan Angkasa.

Angkasa menunduk "kalian udah anggap gue mati kan?".

Zena terdiam beberapa saat, ia melepaskan genggamannya pada Angkasa "maaf bang, maaf" jawab Zena, sudah dengan pipi yang berlinang air mata. Semua ucapan Angkasa berhasil membuat dirinya tertohok.

Aliza mengubah posisi, ia mencoba mendekat kearah Angkasa. Mengambil jari jemari gemetar itu, lalu menggegamnya. Tangan hangat Aliza, berhasil meredamkan emosi dalam diri Angkasa.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang