EMPATPULUHEMPAT

599K 61.8K 17.9K
                                    



kalian dari kota mana aja ni? pengen tau hehe>< siapa tau sekotaa kan😗

▪▪▪

Kinaan memberi sedikit kejutan kecil pada Aliza. Pria itu menghias teras kamarnya dengan berbagai lampu gemerlap. Menyiapkan tilam kecil, dua cangkir minuman dingin dan cemilan. Hatinya terasa kelu, melihat Aliza yang tampak dari tadi tak bersemangat. Sebagai suami, Kinaan tidak ingin Istrinya sedih seperti itu, karena sumber bahagianya akan lenyap melihat Aliza murung.

"Sinii bobo ditangan aku, sambil liat bintang. Udah dulu sedihnya, dede bayinya lagi diatas tuh" tujuk Kinaan pada langit malam penuh bintang. "Dede bayinya nanti ikut sedih, liat mamanya yang cantik ini murung mulu" tambah Kinaan mengusap puncak kepala Aliza sembari tersenyum kecil.

Aliza mengganguk, menuruti kata Kinaan. Gadis itu berbaring pada lengan Kinaan. Aliza bersandar didada Kinaan, menatap langit diatas mereka. Aliza tersenyum batinnya mengatakan "dede bayi, tunggu mama disana" ucapnya.

"Kinaan, kamu bosan nggak sama aku?" tanya Aliza membuka suara setelah beberapa menit keduanya saling diam.

Kinaan menggeleng, ia menyatukan jari-jemarinya dengan Aliza. "Nggak za, ngak bakalan pernah bosan" jawab Kinaan spontan.

Aliza tersenyum, mendengar jawaban Kinaan sudah membuat hatinya sedikit cerah. "Aku kangen Mika" lirih Aliza.

Sudah beberapa hari ini tak ada satupun kabar yang ia dapatkan tentang kucing berbulu putih itu. Aliza sudah meminta bantu pada komunitas pencinta kucing. Dan sudah beberapa kali ada yang mengirim sebuah gambar. Tapi itu bukan Mika, karena Aliza sangat mengenal kucing itu.

Mendengar itu Kinaan terkekeh kecil, ia lalu merapatkan dirinya untuk lebih dekat pada Aliza. "Mika pasti ditemukan sama orang yang baik, percaya deh" kata Kinaan.

Aliza menggeleng lucu menatap wajah Kinaan yang hanya beberapa senti didepannya. "Percaya kamu dosa, musyrik namanya" celoteh Aliza gemas.

Kinaan tersenyum, jawaban Aliza memang ada benarnya. Tapi tidak begitu juga konsep yang ingin Kinaan maksud.
Merasa gemas, Kinaan memeluk erat Aliza. Membuat gadis itu merasa sesak. "ihh Kinaan aku ngak bisa nafasss" protes Aliza.

Kinaan melepas perlahan pelukannya.

"biar aku aja yang peluk" ucap Aliza, tangannya memeluk erat tubuh tegap Kinaan.

Tanpa aba-aba Kinaan juga memeluk hangat tubuh Aliza. Keduanya saling berpelukan, ditemani Bulan serta terangnya bintang malam ini.

Tangan Kinaan tak berhenti mengelus surai Aliza "Entah kamu percaya atau nggak, aku sayang banget sama kamu iqala" ucap Kinaan meletakkan dagunya pada puncak kepala gadia itu.

Ucapan Kinaan berhasil membuat Aliza tersipu malu.
Ia mengeratkan pelukannya, "Iqala juga sayang sama Kinaan" jawab Aliza tersenyum manis.

-

Beberapa menit berlalu, perbincangan sederhana namun istimewa diteras kamar, sudah sangat berarti untuk keduanya.

Dering ponsel Aliza, mengganggu suasana romantis keduanya. Beberapa kali sempat Aliza abaikan, karena ia pikir itu tidak terlalu penting. Tapi panggilan ketiga kali, Aliza mengangkatnya.

Tertera nama Dewi teman sekelasnya dipanggilan masuk tersebut. Aliza mengerutkan kening sebelum mengangkatnya. Merasa heran apa gerangan kembaran Dewa ini menghubunginya malam malam begini.

"Halo Assalamualaikum dew ada apa?" sapa Aliza bertanya.

Dewi disebrang sana ingin menjawab namun terbata-bata.
"Waalaikumsalam za, Ka-kamu jadi bahan omongan satu sekolah za. Aku dan teman sekelas udah bantu bela. Tapi mereka tetap ngak percaya. Kanaya dan Zena udah cerita ke kita semua. Dan kita sekelas percaya sama lo" tutur Dewi terdengar gugup dari suaranya.

"Zero bilang, lo hamil diluar nikah. Dan bodohnya, murid murid lain percaya gitu aja" tambah Dewi melirih.

"Mereka juga nganggap, lo nggak masuk karena takut dan faktanya memang benar yang Zero bilang" lanjut Dewi lagi.

Aliza tak bisa menjawab itu, bibirnya terasa kelu. Kenapa Zero sejahat itu?

Ting!

Aliza menekan notifikasi tersebut, masih dengan panggilan yang masih terhubung pada Dewi.
Dewi mengirim sebuah gambar, yang tentu saja semakin membuat Aliza hancur.

Aliza terduduk lemas, ponsel ditangannya ia jatuhkan begitu saja. Air mata sudah menampung dikedua kelopak mata indahnya. Ia terduduk lemas, memeluk erat kedua lututnya.

Dewi mematikan panggilan sepihak, ia tak ingin Aliza sedih. Tapi ia lebih tak ingin Aliza tahu sendiri ini semua, gadis itu akan semakin bersedih. Dewi dan teman sekelasnya sudah berusaha menyembunyikan ini dari Aliza, tapi murid bodoh lainnya percaya saja pada omongan si Nol.

Kinaan yang mendengar itu berlari kecil menghampiri Aliza.
Lalu memeluk tubuh gemetar gadis itu. "Za kenapa?" tanyanya khawatir.

Aliza masih tak menjawab, tangisannya terdengar pedih dihati Kinaan. Sudah Kinaan bilang, ia benci gadisnya menangis. Matanya menatap layar yang masih menyala pada ponsel Aliza.

Kinaan mengambil ponsel yang masih bisa ia jangkau. Membuka sebuah pesan terakhir disana. Kinaan menggepal kuat ponsel tersebut, rahangnya mengeras. Matanya memberi kilatan cahaya yang membuat siapa saja tak berani berinteraksi dengannya jika melihat itu.

Aliza yang tahu Kinaan sudah melihat itu, lalu segera memeluk tubuh Kinaan. Tangisnya kembali pecah, tempat ternyaman baginya adalah pelukan hangat Kinaan.

Gambar tersebut berisikan, sebuah mading yang ditempelkan foto Aliza. Dan disana sudah banyak sekali coretan jelek, dan cacian yang dilontarkan pada Aliza. Bahkan ada yang mengatai Aliza lebih parah.

Bibir Aliza gemetar, wajahnya lagi lagi penuh air mata.
"aa-aku ta-takut Kinaan" lirihnya terbata-bata karena isak tangis.

"Ada aku sayang, siapapun sekarang yang buat kamu nangis. Aku ngak bakalan diam" jawab Kinaan melepas pelukannya dan menghapus air mata Aliza.

Kinaan memegang kedua pipi Aliza dengan tangannya.
Ia tersenyum manis lalu berucap menatap Aliza penuh kasih sayang "Kali ini air matanya diseka dulu, nggak enak dicium kalo pipinya basah gini"

Aliza mencoba tersenyum untuk Kinaan.

Pria itu lalu mengecup lama kening Aliza.
"Aku nggak bakalan diam kalo ini berhubungan dengan tangismu. Aku benci wanitaku diusik, Apalagi itu kamu" batin Kinaan.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang