Prologue - His Revenge.

79.8K 2.9K 24
                                    

Suara peluru yang di tembakkan mengisi keheningan malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara peluru yang di tembakkan mengisi keheningan malam. Suara tangisan yang begitu memilukan memenuhi setiap sudut penjuru mansion mewah nan megah tersebut.

Kehangatan yang ada berubah menjadi suasana yang begitu mencekam, suara tawa yang terbiasa memenuhi mansion tersebut sudah lenyap, di gantikan dengan jeritan pilu.

Darah berceceran di lantai marmer berwarna putih tersebut, setiap sudut mansion hancur karena peluru yang terus di layangkan. Beberapa pria dan wanita berseragam khusus tergeletak tak bernyawa dengan luka di sekujur tubuh mereka, bau hanyir darah menguar memenuhi penjuru mansion.

Di balik sofa panjang seorang pria kecil berusia 7 tahun memejamkan matanya sambil menutup kedua telinga dengan tangannya, tubuhnya bergetar ketakutan mendengar suara jeritan dan tembakan yang begitu mengerikan.

"Mommy.. Daddy.." Bibirnya terus menerus melafalkan kata tersebut. Berharap kedua orang tuanya akan datang dan mengatakan kepadanya bahwa hal mengerikan ini hanya mimpi.

Ya, semoga hanya mimpi. Hal seperti itu yang terus di harapkan pria kecil tersebut.

BRAK!!

"No!" Tubuh pria kecil itu berjengit kaget mendengar suara dentuman yang keras, disusul dengan teriakan dan langkah kaki yang begitu menyeramkan.

"No!!!"

"Mommy.." Itu suara ibunya. Suara yang di selingi dengan isakan tangis yang begitu memilukan. Membuat tubuhnya semakin bergetar ketakutan.

"Please, no.. Jangan sakiti anakku. Aku mohon.."

"Mommy..." Pria kecil itu tidak berani membuka matanya ketika mendengar suara langkah kaki mendekat kepadanya. Suara langkah kaki yang pelan namun mampu menghantarkan sejuta ketakutan untuknya.

"No. I beg you.."

"Hey, little boy." Pria kecil tersebut membuka matanya perlahan, dan netra berwarna biru safirnya menemukan seorang pria berjas hitam dengan cowboy hat yang hampir menutupi mukanya.

"Don't hurt my mommy..." Lirih pria kecil tersebut.

Gelak tawa keluar dari pria berjas hitam tersebut, tangannya memegangi perutnya saat suara tawa itu semakin menggelegar tidak karuan. Begitu mengerikan di suasana yang tengah mencekam.

"Don't be afraid little boy. C'mon.. Aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu." Kata pria tersebut. Tidak ada yang tahu seringai tajam menghiasi sudut bibirnya.

"Please, uncle.."

"Come on.." Pria kecil tersebut bergidik ngeri melihat tatapan tajam pria di hadapannya. Dengan ragu dan dengan tangan bergetar tangannya meraih tangan pria misterius di hadapannya.

Matanya menangkap ibunya yang tersungkur dengan tangan terikat, tubuh ibunya di penuhi dengan darah dan kondisi nya sangat berantakan.

"Mommy.."

"It's okay, baby. Everything gonna be alright." Suara lirih ibunya berhasil membuat hatinya sedikit tenang, walaupun rasa takut itu belum hilang sedikitpun.

Terlebih saat matanya melihat beberapa orang pria berjas hitam tengah menodongkan pistol kearah ibunya.

"Please. Jangan lakukan hal ini di hadapan anakku. Dia masih terlalu kecil, please.." Mohon wanita dengan rambut hitam tersebut. Menatap penuh permohonan kepada pria yang tengah menggandeng anaknya.

"Shut up. Aku tidak akan mendengarkan perkataan mu, sialan." Pria tersebut lagi-lagi tertawa, tangannya meraih pistol dari balik jasnya. Mengarahkannya kepada wanita yang terisak begitu keras.

"No, uncle..." Seorang pria berbadan besar menahan pergerakan pria kecil yang hendak berlari ke arah ibunya. Pria kecil tersebut memberontak dengan lelehan air mata di kedua belah pipinya.

"Say goodbye to the world, Alessia."

DOR!

"NO! MOMMY..."

Kelopak mata tersebut terbuka menampilkan netra biru safir indah miliknya, nafasnya tersengal-sengal dengan peluh keringat yang mengalir deras di tubuhnya.

Matanya bergerak menatap sekeliling, gelap. Pria tersebut bangun dari tidurnya dan menjambak rambut hitam legam miliknya. Matanya menatap jam di atas nakas, menunjukkan pukul 2 malam.

Dengan helaan nafas yang begitu gusar, tangannya meraih botol wine yang terletak di atas nakas dan menuangkannya pada sloki kecil. Desahan lega itu terdengar dari tenggorokannya saat sensasi nikmat dan panas mengalir memenuhi rongga dadanya. Begitu melegakan.

Matanya terpejam beberapa saat. Kilasan mengerikan kembali memenuhi ingatannya. Ingatan yang begitu membekas dalam hidupnya.

Pria tersebut melangkah keluar dari dalam kamarnya, melewati sebuah lorong yang di penuhi dengan berbagai macam lukisan. Hanya ada keheningan yang menemani setiap langkah kakinya.

Langkah kakinya berhenti di ujung lorong, menatap pintu berwarna hitam dihadapannya dengan pandangan yang penuh dengan kebencian. Matanya menyesuaikan dengan sensor di sisi pintu tersebut, tidak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan menampilkan tangga yang menuju pada lorong di sudut ruangan.

Kakinya kembali melangkah menuruni anak tangga, matanya menatap lurus kepada pintu terakhir dan satu-satunya yang berada di sudut lorong. Pria tersebut kembali menyesap minuman beralkohol miliknya, bibirnya tersungging membentuk seringai mematikan.

Matanya kembali di sesuaikan dengan sensor tanda pengenal yang berada di sisi pintu. Pintu kembali terbuka menampilkan ruangan besar yang didominasi oleh warna hitam pekat. Tidak ada warna lain, semuanya hitam.

Pria itu sudah mempersiapkan semuanya dengan begitu baik.

Matanya menatap sebuah lukisan besar, lukisan seorang wanita yang tengah tersenyum dengan begitu manisnya. Paras cantik dan wajah polosnya selalu berhasil membius siapapun,

Tetapi tidak dengan pria tersebut. Yang ada di dalam tatapannya hanya kebencian yang begitu besar, kemarahan, dan dendam yang menguasai hidupnya.

Tangannya mencengkram sloki yang masih terdapat wine di dalamnya, meremasnya hingga hancur berkeping-keping dalam genggaman tangannya. Darah mengalir memenuhi telapak tangannya dan menetes di atas lantai marmer berwarna hitam.

Senyuman mengejek berganti dengan seringai mengerikan.

"Your destruction will come soon, Miss. Pavlo."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
His Revenge [End]Where stories live. Discover now