63. The Devil Inside Fransisco.

15.6K 956 25
                                    

Fransisco berdiri dengan tenang di hadapan Aleksander

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fransisco berdiri dengan tenang di hadapan Aleksander.

Wajah pria itu datar, tetapi matanya terlihat sangat tajam. Seperti menyimpan beribu kebencian pada sosok yang pernah menjadi kakak angkatnya.

Sedangkan dua orang pria di belakang Fransisco hanya menunggu apa yang akan tuan mereka perintahkan, kedua orang itu adalah Maxime dan Louis.

Aleksander sempat meraung penuh kemarahan begitu tahu bahwa pembunuh bayaran yang begitu ia percayai selama ini hanya mata-mata Fransisco.

Tetapi dengan mudahnya Fransisco membungkam mulut Aleksander dengan memukul tubuh pria itu membabi buta.

Alhasil tubuh Aleksander terikat dengan posisi berdiri dan juga darah serta lebam yang memenuhi sekujur tubuhnya.

"Maxime, Louis, keluarlah." Suara dingin Fransisco mengalun di kegelapan malam.

Kedua pria tersebut hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan Fransisco bersama Aleksander di gedung kumuh itu, tempat di mana Aleksander mengurung Irina.

"B--brengsek..." Aleksander mengumpat dengan terbata-bata tetapi kemudian pria itu terbatuk-batuk mengeluarkan darah.

Fransisco hanya menaikkan satu alisnya. Meremehkan pria tidak berguna di hadapannya.

"Fransisco.. Kau selalu menjadi halangan terbesar dalam hidupku," Aleksander berteriak. Pria itu tidak bisa menahan kemarahannya lagi.

Fransisco berdecih. Pria dengan setelah serba hitam itu maju selangkah sambil bersedekap dada. "Kau yang membuat semuanya rumit, Aleksander. Ambisi besar yang perlahan menuntun mu menuju kehancuran.."

"PERSETAN!!"

"Haha..." Fransisco tertawa mengejek. Tidak ada lagi secuil belas kasihan untuk sampah beronggok manusia di hadapannya ini.

"Kau pantas mendapatkan semua ini." Tatapan itu hilang dari mata Fransisco, matanya memerah dengan tangan terkepal.

Fransisco berjalan mendekati Aleksander dengan pisau di tangan kanannya.

"Aku begitu menghargai mu sebagai kakak angkat ku, Aleksander." Desis Fransisco.

"Kita berlatih memanah bersama, kita berlatih menembak bersama, kita tumbuh bersama, kehidupan yang menuntun kita untuk saling memahami. Aku menyayangimu sebagai kakakku."

"Akhhhh...." Aleksander menjerit begitu pisau besar menancap di perutnya.

"Sampai semuanya berubah. Semuanya berubah ketika aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kau membunuh Agosto."

His Revenge [End]Where stories live. Discover now