Fransisco berlari di koridor rumah sakit dengan nafas memburu, ia tidak perduli dengan sekitarnya. Ia hanya ingin berada di sisi wanitanya, memberikan kekuatan dan juga membisikkan kata-kata yang menenangkan.
Dari kejauhan terlihat Bibi Alice, Paman Isacco, Maxime, Louis dan juga beberapa penjaga lainnya yang tengah menunggu di depan ruang rawat Irina.
Fransisco segera menghampiri.
“Bagaimana keadaan Irina?” Tanya pria itu. Fransisco bahkan tidak memberi jeda sedikitpun.
“Fransisco,” Bibi Alice mencoba untuk menenangkan Fransisco tetapi pria itu menggelengkan kepalanya.
“Tidak, Bibi.” Tolak Fransisco. “Bagaimana keadaan Irina?” Fransisco menatap keempat orang di sekitarnya bergantian. Semuanya hanya menundukkan kepala, tidak ada yang bisa menjawab.
Dengan gusar Fransisco mencoba membuka pintu ruang rawat Irina, namun segera di cegah oleh Paman Isacco.
“Tuan, saya mohon tenangkan diri anda. Nona Irina sedang di tangani,”
Fransisco menggelengkan kepalanya dan menepis tangan Paman Isacco yang menahan lengannya.
Fransisco membuka pintu ruangan itu, terlihat dokter Adam dan beberapa tim medis lainnya sedang menangani kondisi Irina.
Dokter Adam terkejut melihat Fransisco, tetapi pria itu mengizinkan Fransisco untuk berada di sisi Irina yang tengah melemah keadaannya.
Fransisco meraih telapak tangan Irina yang terasa sangat dingin, pria itu menitikkan air matanya. Berharap wanitanya akan membuka mata dan menghapus air mata yang mengalir di kedua belah pipinya.
“Don’t leave me..” Bisik Fransisco.
Kecupan yang begitu lembut Fransisco tanamkan di pelipis Irina. Tangannya menggenggam tangan Irina begitu kuat, seolah tidak ingin melepaskan cintanya.
Tidak perduli dengan dokter dan tim medis yang sedang sibuk menangani Irina, Fransisco hanya terus membisikkan kata-kata permohonan kepada Irina.
“Mommy, hei, aku mohon kembalilah, sayang.”
“Aku mencintaimu..”
“Aku membutuhkan mu..”
“Aku menyayangimu dan juga Eva..”
“Maafkan aku..”
“Aku mohon kepadamu, Irina..”
YOU ARE READING
His Revenge [End]
RomanceIrina Jelena Pavlo dan Fransisco Lonzo. Bagai dua mawar berduri yang saling mencintai namun juga saling membenci. Cinta mereka nyata, namun dendam lebih berkuasa di atas segalanya. Merangkak penuh darah dengan diiringi deraian air mata. Tanpa keduan...