-10-

209 21 0
                                    

Renjana sedang menyeduh 2 gelas teh manis hangat untuknya dan juga untuk bundanya. Hari ini adalah hari Sabtu yang berarti itu adalah hari libur. Dahulu setiap akhir pekan seperti ini ayahnya tak pernah absen mengajak mereka ke luar rumah, tetapi keadaannya kini sudah berbeda. Tidak ada lagi sosok lelaki yang dapat ditemukan di rumah tersebut. Renjana dan bundanya lebih memilih menghabiskan hari libur berdua di rumah, sekedar minum segelas teh atau menikmati masakan-masakan lezat dari tangan bundanya. Setiap akhir pekan juga menjadi hari-hari sibuk bundanya mengemas setiap pesanan dari para customer. Usaha bundanya semakin berkembang. Pembelinya tersebar dari seluruh pelosok negeri. Hasil penjualannya sudah lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan mereka berdua.

"Jan, ini bunda dapet pesanan dari orang-orang dekat sini, kamu anterin aja ya", ucap Bundanya saat Renjana sibuk membantu menempel-nempelkan alamat pada paket-paket yang sudah bundanya bungkus dengan rapi.

"Boleh Bun. Habis ini biar Jana anterin", jawab Jana.

"Paketnya itu ya udah bunda pisahin di sebelah kanan. Kamu anter ke alamat-alamat yang tertulis disana ya. Nggak ada yang jauh dari sini kok", ujar Bundanya.

"Iyaa bunda siaap"

Setelah Jana menyelesaikan urusannya di ruang tamu, ia bergegas berganti pakaian untuk mengantarkan paket-paket tersebut. Paket yang isinya adalah perlengkapan kebutuhan perempuan. Mulai dari skincare, make up, sampai sepatupun bundanya jual. Kira-kira ada 6 paket yang harus ia antar siang ini. Dilihat dari alamat-alamatnya tidak ada yang jauh dari tengah kota. Itu berarti masih terjangkau dekat dari rumahnya.

Dari rumah satu ke rumah lainnya ia mengantarkan paket-paket dengan bungkus merah muda itu. Hingga tersisa paket terakhir. Baru akan kembali melanjutkan perjalanannya pergi ke rumah terakhir, bundanya menelepon. Katanya ia minta tolong untuk mengantarkan satu buah paket lagi karena pelanggannya ingin barang itu bisa datang hari ini. Sebenarnya Jana sudah merasa sedikit lelah, berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya di bawah terik matahari siang membuat tenaganya terkuras. Namun demi bundanya ia tak bisa berkata tidak. Maka setelah paket terakhir berhasil ia sampaikan ke tangan pembeli, ia kembali pulang untuk mengambil satu paket yang harus kembali diantar. Tak sama dengan 6 paket tadi yang memiliki alamat di tengah kota, paket ini alamatnya lumayan jauh. Ia perlu melewati perbukitan, persawahan dan jalanan kecil untuk mampu sampai disana. 30 menit berlalu, setelah jalanan panjang ia lalui dengan sedikit tanjakan dan gang-gang kecil ia lewati, akhirnya ia sampai di alamat yang tertulis di atas paket itu.

"Permisi, paket"

"Iya, sebentar", terdengar suara lelaki dari dalam rumah itu. Suara yang tak asing terdengar di telinga Renjana.

Suara itu mengingatkan Renjana pada seseorang hingga akhirnya jantung Renjana berdebar tak biasa. Tapi ternyata semesta memang sedang mengajaknya bercanda hari ini.

"Hei, Jana", lelaki itu menyapanya lebih dahulu.

Jana kembali melihat paket yang dibawanya. Ia baca nama pembelinya disana dan tak ia temukan nama Kuncara.

"Hei, Kuncara. Apa benar ini rumah Fresa?", tanya Renjana yang merasa ia salah alamat.

"Iya benar kok. Itu nama adik gue", jawab Kuncara tenang.

"Mas, ada siapa?", terdengar suara dari dalam rumah itu.

"Ada teman mas", jawab Kuncara.

"Oh ini paket adik lo berarti", sahut Renjana yang mulai mengerti.

"Eh pliis pelan-pelan aja ya Jan ngomongnya", bisik Kuncara.

"Kenapa?", tanya Renjana heran.

"Kita keluar dulu bentar deh. Takutnya Fresa denger", tawar Kuncara yang balas dengan raut wajah bingung oleh Renjana.

Akhirnya Kuncara mengajak Renjana duduk di tepi sawah seberang rumah Kuncara.

"Jadi rencananya paket baju itu kado ulang tahun buat Fresa dan Frasa", Kuncara memulai percakapannya.

"Fresa dan Frasa?", Renjana menjadi semakin tak mengerti.

"Iya Jan. Mereka berdua adik kembar gue. Mereka sudah lama banget pengen punya baju baru. Maklumlah terakhir kali mereka dibelikan baju baru mungkin waktu bapak dan ibu masih ada", ungkap Kuncara.

"Emangnya bapak ibuklo kemana Kun?", Renjana masih terus berpikiran baik walaupun pikiran-pikiran buruk menyerbunya.

"Mereka udah nggak ada Jan. Tepat saat gue mau menginjak kelas 2 SMA, beberapa bulan yang lalu", suara Kuncara memelan dan Firasat buruk Renjanapun ternyata tak keliru.

"Berarti sekarang lo.."

"Iya, gue cuma bertiga sama 2 adek perempuan gue yang masih tergolong kecil itu. Pagi sekolah dan siang sampai malam cari kerja serabutan cari uang buat makan sehari-hari. Sebetulnya tabungan bapak dan ibuk gue masih ada. Tapi lama kelamaan uangnya juga bakal habis. Adik-adik gue juga nggak boleh merasa kekurangan, harus sekolah sampai sukses juga. Jadi ya memang jalannya mungkin harus kaya gini", ucap Kuncara dengan mata sendu tapi bibirnya tersenyum. Entah senyum yang benar hatinya inginkan atau senyum palsu mencoba kuat menutupi segala kepahitan hidupnya.

Setelahnya Renjana hanya bisa diam. Dia masih terkejut atas apa yang baru saja ia denga. Dia masih terkejut dengan apa yang sedang ia alami hari ini. Kuncara yang belakangan ia ingin coba gali siapa dirinya sebenarnya. Seseorang yang ingin sekali ia tahu seluruh yang ada padanya. Yang ingin sekali ia buka yang selama ini terlihat Kuncara sembunyikan dari seluruh orang. Dan hari ini Kuncara menceritakan sendiri tentang dirinya. Tanpa Renjana meminta. Tanpa Renjana harus bersusah payah berusaha.

Kuncara masih duduk di samping Renjana dengan terdiam. Mereka masih saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Hanya debaran jantung Renjana yang sejak tadi sangat berisik.

"Udah mulai sore Jan", Kuncara menginterupsi.

"Eh iya, gue balik dulu deh kalau gitu", jawab Renjana sambil bangkit dari duduknya.

"Makasih udah dianterin. Makasih juga udah mau dengerin", sahut Kuncara dengan tersenyum.

"Iya sama-sama. Semoga adik lo suka ya. Gue balik dulu", jawab Renjana. Renjana berjalan menjauh dari Kuncara menuju motornya. Meninggalkan Kuncara yang masih berdiri disana. Renjana ingin mengatakan satu hal lagi. Sesuatu yang diinginkan hatinya untuk bisa dikatakan. Setelah ia sampai di depan motornya, ia kembali menoleh ke belakang mengarahkan pandangannya ke arah Kuncara yang masih berada di tempatnya berdiri.

"Semangat terus,Kun", ucapnya memenuhi permintaan hatinya. Kuncara membalas perkataan itu dengan sebuah senyuman dan anggukan. Tanpa kata dan tanpa suara.

Renjana meninggalkan rumah Kuncara dengan hati berantakan. Ia masih susah percaya bisa sampai rumah Kuncara, mendengar semua cerita itu, mendengar Kuncara berbicara dengan sangat banyak kata. Sisi lain hatinya merasa ikut sedih mendengar cerita Kuncara. Ia tersadar bahwa ada hidup manusia lain yang jauh lebih menyakitkan dari hidupnya. Ia tidak tahu bagaimana cara Kuncara bertahan untuk terus hidup, bagaimana Kuncara untuk menghidupi kedua adiknya disaat ia sendiri mungkin ingin mengusaikan hidupnya. Adik-adiknya sangat beruntung punya kakak sebaik dan sekuat Kuncara. Orang tuanya pun pasti sangat bangga.

Di perjalanan pulang Renjana terik panas matahari tak lagi terasa. Langit biru sudah berganti warna menjadi jingga. Hari sudah menginjak senja. Warnya begitu mempesona siapa saja yang memandangnya mengingatkannya pada seseorang yang baru saja mengajaknya bicara. Seorang yang berhasil mengambil hatinya lewat baik dan kekuatan hati yang ia miliki.

Renjana yakin setelah ini ia akan semakin tergila-gila kepada Kuncara. Setelah ini pasti ia selalu ingin berusaha membantu segala kesusahan yang Kuncara rasakan. Hatinya semakin penuh dengan Kuncara. Kenangan-kenangan buruk yang ayahnya berikan beranjak sirna. Ia terlanjur sudah terjerat dengan hadirnya Kuncara.

***
Hai kawan-kawan, apa kabar? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia dimanapun kalian berada ya 🥰

Jangan pernah berharap apapun di cerita ini yaa. Jangan pernah menaruh ekspetasi untuk apa yang akan terjadi kedepannya. Terus nikmati dan ikuti setiap langkah Renjana hingga akhir cerita ya ❣️

Jangan lupa tinggalin jejak baik vote maupun komen tentang kisah ini 💜🖤🤍

Salam sayang author untuk seluruh kawan-kawan tersayang ☺️

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang