-37-

91 9 0
                                    

"Sebentar lagi promnight nih gaes. Kalian udah punya gandengan buat dijadiin pasangan promnight belum nih?" tanya Miranda.

"Males ah. Lagi jomblo gue," ucap Laura.

"Eh Ra, gue sebenernya mau nanya sesuatu sama lo sejak lama. Tapi gue lupa-lupa terus. Apalagi akhir-akhir ini banyak banget ujian yang harus kita kerjain," sahut Renjana.

Saat ini mereka bertiga sedang asyik duduk di bangku depan kelas. Setelah ujian nasional selesai, maka anak kelas 12 sudah tidak ada lagi pelajaran. Hanya tinggal menunggu hasil-hasil dari segala seleksi dan ujian yang telah mereka kerjakan sebelumnya.

"Nanya aja Jana. Nanya apa emangnya?" tanya Laura penuh tanda tanya akan apa yang ingin Renjana tanyakan. Pasalnya biasanya Renjana jika ingin bertanya langsung saja berbicara tidak perlu minta izin dulu.

"Lo ada sesuatu sama Kuncara ya Laura?" tanya Renjana berusaha berbicara sesantai mungkin. Meskipun dengan berbicara seperti itu otomatis ia ingat peristiwa Laura dan Kuncara duduk berdua di taman dengan tertawa-tawa gembira.

"Ha?" tanya Laura masih berusaha mencerna pertanyaan Renjana.

"Kalian sedang dekat ya? Apa ada hubungan lebih dari teman?" tanya Renjana berusaha memperjelas apa maksud pertanyaan. Walaupun semakin jelas dan detail ia mengatakannya akan lebih perih juga perasaannya.

"Hah? Gak salah Jan pertanyaan lo?" tanya Laura.

Renjana menggeleng.

"Kuncara deketnya sama lo kan Jana. Kok lo malah tanya gitu ke gue?"

"Tapi gue pernah lihat kalian duduk berdua di taman waktu itu, Laura," ucap Renjana menjelaskan latar belakangnya bertanya demikian pada Laura.

Laura berpikir sebentar, berusaha mengingat peristiwa yang Renjana tanyakan. Lalu setelahnya Laura memegang kedua tangan Renjana.

"Lo salah paham Renjana. Gue kelihatan deket sama Kuncara. Gue kelihatan beberapa kali ngobrol serius berdua itu karena bahas sesuatu tentang lo Jana. Jadi gue dan Kuncara nggak pernah ada apa-apa. Gue juga ogah banget sama manusia kayak Kuncara," ucap Laura menjelaskan.

Renjana terkejut dengan apa yang dikatakan Laura. Apalagi Laura menyebutkan namanya disana.

"Tentang gue?" tanya Renjana.

Laura tersenyum lalu mengangguk.

"Maksudnya gimana?" Renjana meminta penjelasan lebih lanjut.

"Janaa. Walaupun kalian nggak pernah bilang tentang perasaan kalian ke gue. Tapi gue bisa lihat dengan jelas kalau sebenarnya kalian sama-sama punya rasa yang sama. Gue sahabatan sama lo sudah lumayan lama Jana. Jadi tanpa lo bilang gue udah bisa lihat. Dan Kuncara. Dari setiap kata dan tingkah laku yang Kuncara keluarkan buat lo, itu udah cukup menunjukkan bahwa dia sayang banget sama lo. Kalian adalah 2 orang manusia yang sebetulnya saling sayang tapi sayangnya susah sekali saling jujur. Apalagi Kuncara. Kuncara adalah manusia paling naif yang pernah gue temui Jan. Dia sayang banget Jana sama lo. Ah, manis banget deh kalau Kuncara udah bicara tentang lo, tentang seluruh perasaannya buat lo. Andaikan dia bisa ngucapin langsung ke lo. Sayangnya dia terlalu naif. Banyak hal yang berputar di pikirannya sehingga dia nggak punya keberanian itu buat nyampein."

Laura mengatakannya dengan tersenyum. Teringat bagaimana Kuncara berbicara bawa Renjana adalah langit senjanya membuat hatinya ikut menghangat. Sudah saatnya Kuncara mengatakannya secara langsung pada Renjana.

Renjana yang mendengar hanya bisa terbengong. Ia begitu terpesona dengan apa yang dikatakan Laura. Dia tak menyangka bahwa Kuncara juga menyayanginya seperti dia menyayangi Kuncara. Tapi mengapa saat itu Kuncara bahkan melarang dirinya untuk menyayangi Kuncara sedangkan Kuncara sebenarnya juga punya rasa yang sama. Makhluk kesayangannya itu begitu aneh. Ia harus menemui Kuncara sekarang. Ia harus mendengar seluruh yang Laura katakan langsung dari mulut Kuncara.

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang