-29-

115 10 0
                                    

"Lo duluan aja Sa," ucap Kuncara menyuruh Aksara berbicara lebih dahulu.

Sekarang kedua laki-laki itu sedang duduk santai di pinggi lapangan futsal. Mereka memilih untuk tidak pulang lebih dulu padahal latihan futsal mereka sudah usai sejak tadi. Baik Aksara dan Kuncara ingin berbicara sesuatu satu sama lain. Entah apa yang kedua laki-laki itu ingin katakan. Sekarang saat lapangan sudah terlihat sepi, justru mereka saling diam saja.

"Lo aja Kun yang duluan," balas Aksara.

"Gak mau, lo duluan Aksara," jawab Kuncara tidak mau kalah.

Aksara tahu, jika ini diterus-teruskan maka sampai bulan purnama munculpun mereka akan tetap disini tidak ada yang mau mengalah. Sahabatnya Kuncara itu memang sedikit keras kepala. Jadi, dirinya harus mengalah hanya untuk semua cepat selesai.

"Gue suka Renjana, Kun. Gue minta ijin buat jadiin dia pacar gue beneran," ucap Aksara tutup poin.

Dia bukan Kuncara yang memilih menjauh jika menyukai orang. Dia bukan Kuncara yang bergerak lambat. Dia Aksara yang sekali suka harus bisa memiliki manusia itu.

Kuncara hanya diam. Sama sekali tidak bereaksi apapun. Sepersekian detik lapangan futsal kembali sunyi. Aksara juga diam. Hanya itu yang ingin ia sampaikan, bahwa ia mulai suka Renjana. Jika boleh ia ingin menjadikan Renjana pasangannya. Namun, jika Kuncara tidak mengijinkan maka dia akan mundur. Aksara paham bahwa Kuncaralah yang lebih dahulu suka dengan Renjana. Tanpa peran Kuncarapun ia tak akan pernah bisa berteman dan dekat dengan Renjana.

"Itu emang yang gue mau Sa. Syukurlah lo suka beneran," jawab Kuncara sambil tersenyum miring.

"Kalau lo keberatan, gue nggak akan maju Kun. Ini kalau lo ngijinin aja," balas Aksara.

Kuncara tak lagi menjawab. Ia langsung mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan pada Aksara hari ini.

"Gue mau coba berhenti menghindar dari Renjana Sa. Gue mau kembali temenan dengan baik tanpa rasa sama dia," ucap Kuncara.

"Tapi gue bingung gimana memulainya. Setelah apa yang terakhir terjadi diantara kita, gue ngerasa pendosa besar di depan dia. Tapi gue juga nggak mau terus-terusan kaya gini. Gue nggak mau kehilangan Renjana," Kuncara masih meneruskan ucapannya.

"Lo minta maaf dulu aja Kun sama Renjana. Renjana pasti bakal maafin lo kok, gue yakin. Renjana juga nggak ingin kehilangan lo," balas Aksara.

"Menurut lo, gue apa masih pantes temenan sama Renjana setelah semua yang gue lakukan sama dia?" tanya Kuncara frustasi.

"Semua orang berhak atas kesempatan kedua Kun. Perbaiki apa yang bisa diperbaiki. Kejar apa yang masih bisa dikejar. Perjuangkan apa yang masih bisa diperjuangkan," balas Aksara menepuk bahu Kuncara.

Sepertinya untuk rasa yang dimiliki Aksara saat ini, mungkin akan dia kesampingkan lebih dulu. Ia sadar bahwa pemeran utama disini adalah Kuncara dan Renjana, bukan dirinya. Ia hanya figuran. Aksara hanya bertugas untuk membahagiakan kedua pemeran utama yang ada, tidak lebih dari itu. Kebahagiaan dia nomor sekian dibandingkan kebahagiaan Kuncara dan Renjana yang paling utama.

.

"Hei Sa, tumben ngajak ketemuannya di lapangan futsal gini? Kenapa nggak langsung datang ke kelas aja kalau mau bicara sesuatu," tanya Renjana.

Sebelum jam istirahat tadi, Renjana mendapatkan pesan dari Aksara bahwa ia ingin mengajak Renjana bertemu di lapangan futsal. Katanya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Itu alasan yang mengantarkan Renjana sekarang berdiri di tengah lapangan futsal ini.

"Bukan gue yang mau bicara, tapi..," balas Aksara.

"Bukan lo? Terus siapa dong? Ih nggak lucu lo Sa," tanya Renjana bingung.

"Ini orangnya." Aksara menunjuk seseorang yang berdiri di belakangnya.

"Selesaiin dengan baik ya. Jangan sampai gue yang kena repot gara-gara kalian," ucap Aksara sambil berlalu.

Seketika tubuh Renjana menegang. Entah sudah berapa lama ia tidak bicara dengan seseorang di hadapannya ini. Entah sudah berapa lama ia hanya sanggup mengamati diam-diam dan mengeluarkan semua kata rindunya pada Aksar. Dan sekarang orang yang tak pernah absen ia sebut namanya setiap hari itu, benar-benar berdiri di hadapannya. Peristiwa terakhir yang mereka alami memang bukan peristiwa yang baik. Bahkan memalukan untuk Renjana. Tetapi Renjana hanya ingin Kuncara kembali seperti sedia kala. Ia rindu dengan Kuncara entah bagaimanapun buruknya kepercayaan diri yang ia miliki.

"Jana." satu kata yang sudah tak pernah lagi Renjana dengar, sekarang berhasil kembali keluar dari mulut laki-laki itu.

"Gue minta maaf," ucap Kuncara sambil memegang kedua tangan Renjana.

"Gue minta maaf atas seluruh perbuatan dan kata-kata yang menyakiti hati lo."

"Berhenti Kuncara. Gue udah maafin lo," jawab Renjana tersenyum sambil menggenggam tangan Kuncara lebih erat.

"Gue bodoh banget ya Jan?" tanya Kuncara.

"Nggak. Lo cuma terus-terusan merendah aja Kuncara. Itu nggak baik sama diri lo. Nanti kita perbaiki pelan-pelan ya," ucap Renjana.

"Kita?" Kuncara mencoba memastikan apakah tadi dia salah dengar, mendengar Renjana mengucapkan kata kita.

"Iya. Sekarang kita kembali berteman baik kan?" tanya Renjana mengangkat kelingkingnya.

"Iyaa. Teman Baik," jawab Kuncara mengaitkan kelingkingnya dengan tersenyum.

Mungkin lebih dari teman bukan takdir Renjana dan Kuncara. Tapi Renjana merasa begitu bahagia bisa kembali melihat senyum Kuncara dengan lebih leluasa. Untuk hari-hari kedepan Renjana pasrahkan pada semesta. Entah semesta akan membawanya kemana. Semoga tak lagi membawa Kuncara hilang. Semoga Kuncara terus didekatkan. Entah jadi teman atau jika diberi kesempatan lebih diijinkan jadi pasangan.

.

"Akhirnya gue nggak harus dengerin nama 'Kuncara Kuncara Kuncara' lagi setelah ini," ucap Aksara kembali bergabung dengan Renjana dan Kuncara.

Ada sedikit kekhawatiran yang menyelimuti hati Aksara. Apa setelah ini ia masih bisa menghabiskan waktu bersama Renjana seperti dahulu saat Renjana masih perang dingin dengan Kuncara. Atau sekarang waktunya undur diri karena tugasnya telah usai. Sialnya semua itu terjadi saat ia mulai suka pada Renjana. Aksara benci seperti ini. Mengapa ia ikut tercebur dalam jurang perasaan ini. Harusnya ia sadar bahwa ia akan repot sendiri kalau akhirnya seperti ini.

"Makasih ya Aksara anak baik. Nanti pulang sekolah gue traktir es krim lagi deh," ucap Renjana menghibur Aksara.

"Gue bukan bocil Jana. Tapi kalau gratisan, apapun mau deh gue WKWKW," balas Aksara.

"Kuncara juga ikut yaa. Kita rayain hari perdamaian bertiga," ajak Renjana.

"Boleh deh. Sesuai permintaan tuan putri aja," balas Kuncara sambil mengelus-elus rambut Renjana.

Kuncara terlampau jauh gemas melihat Renjana. Ia menyesal membiarkan Renjana jauh dari dirinya. Renjana yang manis. Renjana yang cantik. Renjana yang begitu baik dan menggemaskan. Renjana yang mampu membuat Kuncara hidup lebih lama lewat senyum, perkataan, dan seluruh tingkah baik dan menggemaskan yang ia miliki.

***

Halo semuanya apa kabar kalian semua? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia ya 🥰

Akhirnya Kuncara dan Renjana kembali berteman 🥺 tapi ceritanya belum berakhir sampai sini yaa 🔥

Tetap ikuti Renjana, Kuncara, dan Aksara hingga akhir cerita yaa 🤗

Jangan lupa tinggalin jejak vote dan komen ya ❤️💙💜💛

Salam hangat author untuk pembaca kesayangan 🌈

TEMARAM (COMPLETED)Where stories live. Discover now