-26-

99 14 1
                                    

"Kun, lo sampai kapan marah sama gue?"

Sudah 3 hari kiranya, Kuncara sama sekali tidak membuka suara untuk Renjana. Apapun yang Renjana katakan, ia abaikan begitu saja. Kuncara benar-benar tak ingin menyengsarakan hidup Renjana hanya karena berteman dengan dirinya. Mungkin dirinya memang ditakdirkan untuk sendirian tanpa teman di kelas ini. Ia sudah terbiasa sebelum Renjana ada. Namun, saat dirinya mulai kenal Renjana. Gadis dengan hati baik itu membuatnya tak bisa hidup sendirian. Semangat hidupnya hilang sejak ia berusaha untuk terus menjauh dari Renjana.

.

"Kun, jangan lupa nanti ada kerja kelompok di rumah gue. Awas aja sampai lo nggak dateng," ucap Laura.

"Siaap bos. Nanti gue pasti dateng," jawab Kuncara.

Renjana iri dengan teman-temannya yang lain. Mereka bisa sesuka hati mengobrol dengan Kuncara. Mereka tidak diabaikan seperti Kuncara mengabaikannya. Renjana bingung. Renjana sedih. Renjana benci. Ia rindu Kuncara, sangat amat rindu. Walaupun Kuncara sekarang ada di sekitarnya. Walaupun Kuncara sekarang bisa dilihat oleh matanya. Tapi Kuncara terasa sangat jauh. Kuncara yang bisa leluasa cerita padanya. Kuncara yang gemar mengajaknya bercanda tak lagi ada.

.

"Kuncara kenapa kalau sama lo mau bicara sedangkan sama gue nggak ya Ra?" tanya Renjana.

"Kalian lagi ada masalah Jan?" Laura bertanya balik pada Renjana.

"Gue gatau Ra. Tiba-tiba aja Kuncara diemin gue. Kuncara sama sekali nggak menjawab apa yang gue katakan, bahkan ngelihat guepun dia nggak sudi Ra. Gue harus gimana  Laura, gue nggak tahan didiemin Kuncara," tutur Renjana menceritakan seluruh kegelisahannya pada Laura. Laura mengelus pundak Renjana. Laura tahu bagaimana sakitnya tidak dipedulikan dengan orang yang dicinta. Meskipun Renjana tak pernah mengatakan itu. Tapi Laura bisa merasakannya.

"Ya udah coba nanti gue tanyain sama Kuncara yaa," hibur Laura.

"Makasih banyak ya Raa. Gue benar-benar nggak bisa didiemin kaya gini," balas Renjana.

"Iyaa, lo sabar dulu ya Jan. Pasti ini semua ada jalan keluarnya," ucap Laura.

.

"Kun," panggil Laura.

"Tenang Ra. Gue pasti dateng. Gue nggak bakalan lupa kali ini," jawab Kuncara sok mengerti dengan apa yang Laura ingin katakan.

"Bukan itu. Gue mau tanya. Lo marah ya sama Renjana?" tanya Laura tutup poin.

Kuncara terkejut. Laura menanyakan ini padanya pasti untuk membantu Renjana.

"Nggak," jawab Kuncara.

"Tapi kenapa lo diemin Renjana?" tanya Laura kembali.

"Gue biasa aja," ucap Kuncara.

"Kalau ada apa-apa dibicarakan baik-baik Kun. Lo udah bukan anak-anak lagi, jangan menghindar dari masalah. Cara lo yang kaya gitu, pengecut banget," balas Laura kesal.

'Gue emang pengecut Ra. Gue yang nggak tahu diri jatuh cinta dengan gadis sesempurna Renjana. Membuat Renjana jadi bahan omongan macam-macam. Lalu sekarang menyakiti Renjana. Gue emang pengecut' batin Kuncara.

"Gue emang lagi biasa aja Ra. Renjana aja kali yang ngerasa beda," bela Kuncara.

"Terserah lo Kun. Semoga lo cepet sadar aja."

Laura pergi meninggalkan Kuncara. Jika manusia di kelas ini benci dengan Kuncara, salah satunya karena sikap Kuncara yang seenaknya dan susah dinasehati. Hanya Renjana yang tahan untuk terus dekat dengan Kuncara dengan seluruh kelakuan Kuncara itu.

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang