-16-

139 17 2
                                    

"Jadi, siapa nih yang mau ikutan futsal lagi?" tanya Kaesang memimpin diskusi dari depan kelas, menuliskan nama satu persatu siswa yang minggu depan akan bertanding mewakili kelas XI MIA 5 pada classmeeting tahun ini.

Semuanya diam. Sebagian besar anak laki-laki namanya sudah tertulis di papan tulis, baik dalam tim futsal ataupun tergabung di tim voli. Kecuali anak paling mager jika disuruh berpartisipasi untuk kegiatan kelas. Siapa lagi kalau bukan Kuncara.

"Kuncara aja. Kemarin kan dia ikut tim inti futsal sekolah," ucap Renjana bersemangat. Lalu setelahnya ia mengedipkan sebelah matanya pada Kuncara. Kuncara terkejut. Tidak disangka Renjana berani mengusulkan namanya.

"Wah boleh tuh.Gimana Kun? Bersedia kan?" tanya Kaesang pada Kuncara.

Kuncara ingin berkata tidak. Ia masih malas harus berbaur dengan banyak orang. Tetapi ia tidak enak juga dengan Renjana. Akhirnya ia mengiyakan saja. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi setelah ia memutuskan sedikit membuka diri.

Renjana ikut senang melihat Kuncara mengiyakan usulannya. Sebenarnya Renjana sedikit takut saat ia mencoba menyebutkan nama Kuncara menjadi salah satu tim futsal kelasnya. Namun, sama seperti Aksara ia ingin bakat Kuncara dibiarkan sia-sia. Ia ingin banyak orang tahu bahwa Kuncara tidak selemah yang mereka bayangkan. Ia ingin mereka tahu bahwa Kuncara punya keahlian yang patut dibanggakan. Meskipun ia juga takut kalau akhirnya justru Kuncara marah padanya karena sudah dengan berani menyebut-nyebut namanya tanpa izin. Syukurlah semesta kali ini berpihak padanya sehingga apa yang ia susun berakhir sesuai harapan.

"Lo pinter banget ya Jan. Mentang-mentang lagi ada sesuatu sama Aksara, deket juga sama sahabat baiknya," ucap Miranda membuat Renjana terkejut.

Renjana kira Miranda sudah lupa dengan apa yang dikatakannya beberapa waktu yang lalu. Ternyata manusia satu ini masih mengingatnya.

"Mulai deh, harus berapa kali gue bilang sih Mir. Gue nggak ada apa-apa sama Aksara," ucap Renjana.

"Lagian semakin kesini semakin banyak bukti kalau lo sama Aksara itu ada apa-apa Jan. Salah satunya, lo jadi semakin akrab sama Kuncara juga. Gak mungkin kan kalau nggak gara-gara lo deket sama Aksara."

Miranda dengan sesuka hatinya menyimpulkan sesuatu. Andai saja Miranda mengerti kalau ia terlihat semakin akrab dengan Kuncara karena ia memang menyimpan rasa dengan laki-laki itu, karena memang berusaha untuk mengakrabkan diri. Tak ada sangkut pautnya dengan Aksara sama sekali. Namun Miranda sama sekali tidak terpikirkan hal itu karena Miranda memang tak pernah setuju jika Kuncara ada sesuatu dengan Renjana. Maka pikiran-pikiran tersebut tak mungkin sampai hingga kepalanya. Ia tak pernah mengharapkannya. Jadi, ia tak akan pernah memikirkannya.
.
Menjelang pertandingan classmeeting, anak-anak kelas Renjana semakin rajin berlatih mempersiapkan diri. Tak terkecuali dengan Renjana dan Kuncara. Renjana tergabung di tim kasti dan Kuncara tergabung di tim futsal. Meskipun cabang olahraga mereka berbeda tetapi mereka sering berlatih bersama. Anak kelasnya selalu melakukan latihan sama-sama di lapangan sekolah. Saat anak-anak perempuan sibuk kasti, kadang anak-anak laki juga ikut. Saat anak-anak laki sibuk futsal, anak-anak perempuan kadang juga ikut untuk meramaikan latihan atau hanya untuk seru-seruan. Mereka tak pernah seserius itu dalam melakukan latihan. Dari dulu mereka menganggap classmeeting hanya sebagai acara seru-seruan seusai ujian semester yang menguras otak dan pikiran.

Lewat classmeeting ini pula Kuncara berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih banyak berbicara dan tertawa dengan yang lainnya. Semoga saja Kuncara bisa terus seperti itu. Semoga saja tak ada manusia yang lagi-lagi membuatnya trauma kembali.

.

Hari pertandinganpun tiba. Hari ini kelas Renjana kebagian tanding futsal paling pagi lalu siangnya gantian Renjana yang tanding kasti. Anak laki-laki sudah siap dengan Jersey dan sepatu futsal mereka. Salah satunya adalah Kuncara. Kuncara terlihat berkali lipat lebih keren dengan Jersey warna toska dan juga sepatu futsal oranye yang melekat di tubuhnya. Mereka sedang sibuk melakukan pemanasan sebelum peluit dibunyikan oleh wasit. Musuh mereka hari ini terbilang cukup mudah dikalahkan karena berasal dari anak kelas 10. Dengan mereka yang jauh lebih senior kemenangan sepertinya bukan suatu yang mustahil.

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang