-35-

105 7 0
                                    

"Sa, ada sesuatu yang mau gue bicarain berdua sama lo," ucap Kuncara menghampiri Aksara di kelasnya.

"Apaan? Serius banget muka lo," balas Aksara sambil mencangklong tasnya.

"Tapi jangan disini, kita naik ke rooftop aja," ajak Kuncara.

"Siaap bos. Yuk," Aksara merangkul Kuncara berjalan bersama menuju rooftop.

.

"Ada apa Kun?" tanya Aksara.

"Gue mau pergi jauh," ucap Kuncara menatap langit di atasnya.

"Kemana?" tanya Aksara.

"Gue bakalan pindah dari sini buat selamanya Sa," ucap Kuncara.

"Lo marah ya Kun sama gue? Kata lo waktu gue minta ijin buat nyatain perasaan gue ke Renjana, lo gak akan pergi kemana-mana. Tapi kok gini Kun. Lo marah sama gue? Lagian Renjana juga nggak nerima perasaan gue Kun. Sampai kapanpun dia sukanya sama lo bukan sama gue," balas Aksara.

"Bukan Aksara. Sama sekali gue nggak marah sama lo. Gue juga tahu kalau Renjana nolak lo WKWKKW. Tapi memang gue harus pergi Sa. Demi gue, Fresa, dan Frasa. Gue nggak bisa jaminin apa-apa kalau terus bertahan hidup sendirian disini. Mungkin kalau kita memilih hidup dengan Tante om gue, semuanya akan jadi lebih mudah daripada ini."

Kuncara menjelaskan keadaannya pada Aksara. Keadaan yang tidak mudah untuk dirinya hadapi. Keadaan yang mau tidak mau harus ia pilih.

"Lalu Renjana gimana?" tanya Aksara.

"Segala tentang Renjana harus perlahan gue lupakan," balas Kuncara sedih.

"Tapi kan bisa Kun lo tetep berhubungan jarak jauh. Ruang dan waktu bukan lagi batasan untuk saling berkomunikasi sekarang Kuncara. Lagipula sebentar lagi kita bakal meraih mimpi dijalan masing-masing. Harusnya kita bisa saling menyemangati dan mendukung, bukan malah melupakan dan meninggalkan. Apa perasaan lo yang sudah lo punya sejak lama. Sejak 1 tahun yang lalu ini bakalan lo tingalin gitu saja Kuncara? Apa lo nggak sayang dan menyesal untuk nggak pernah berusaha berjuang mengatakannya?"

Aksara mulai membombardir Kuncara dengan segala pertanyaan.

'gue udah pernah mau berniat berusaha dan mencoba Sa. Tapi waktu itu gue terlambat. Lo lebih dulu datang daripada gue' perkataan yang hanya mampu Kuncara ucapkan dalam hati.

"Gue nggak pernah percaya apa itu hubungan jarak jauh Aksara. Gue nggak bisa dan nggak akan pernah bisa menjalaninya. Dan gue nggak merasa bisa menjanjikan Renjana bahagia. Jika di dekat Renjana ada manusia baik yang mampu menyayanginya dengan tulus mengapa dia harus memilih gue yang jauh."

Kuncara masih selalu sama. Manusia dengan tingkat percaya diri begitu rendah bagaimanapun posisinya. Jika yang sedang disana, yang sedang dicintai Renjana bukanlah Kuncara orangnya. Mungkin orang itu akan memamerkan diri, berbangga hati berhasil merebut hati Sang Primadona sekolah. Sayangnya manusia beruntung itu Kuncara. Manusia yang selalu merasa seluruh rasa yang diberikan Tuhan pada dirinya dan Renjana tak pernah layak untuk ada.

"Sesekali egois itu perlu Kuncara. Sesekali memikirkan kebahagiaan diri sendiri itu nggak salah. Lo terlalu banyak memikirkan kemungkinan kebahagiaan yang terjadi pada Renjana sampai lupa bahagia lo sendiri. Dan setiap pikiran lo itu juga belum tentu benar."

"Gue bicara sama lo hari ini bukan buat berdebat Aksara. Gue cuma mau pamit kalau gue bakalan pergi. Mungkin setelah UN kita selesai. Dan setelahnya mungkin gue nggak akan lagi pernah kembali kesini. Jadi, tolong jaga Renjana semampu lo. Gue akan begitu bahagia jika Renjana juga bahagia walaupun kebahagiaan dia mungkin bukan dengan gue di sampingnya," ucap Kuncara menepuk bahu Aksara.

TEMARAM (COMPLETED)Where stories live. Discover now