-33-

109 7 2
                                    

Renjana dan Aksara masih saling diam. Renjana bingung harus merespon bagaimana. Ia masih tidak mampu memercayai perkataan Aksara tadi. Ia masih berharap Aksara salah bicara. Semua yang keluar dari mulut Aksara semoga hanya kata-kata lelucon sementara.

"Jika lo bersedia. Gue mau lo jadi lebih dari sekedar teman buat gue," ucap Aksara menatap matik mata Renjana lekat.

"Lebih dari teman? Sahabat ?" jawab Renjana berusaha positif thinking.

"Kok sahabat sih Jan. Bukan. Bukan yang itu maksud gue," balas Aksara sedikit kesal mendapatkan respon Renjana yang jauh dari harapan.

"Lebih dari temankan benar sahabat ya kan tuan Aksara?" tanya Renjana sambil tertawa kecil.

"Jangan ketawa Jana. Tuan Aksara ini sedang serius tahu nggak sih. Lo ngrusak suasana aja. Arghh," ucap Aksara frustasi.

"WKWKWK. Lagian lo aneh banget sih Sa. Ngapain lo suka sama gue coba. Lo kan yang paling tahu kalau gue cinta matinya sama sahabat lo. Don't put your self in the situation you see it's gonna hurt you," balas Renjana berbicara sambil tersenyum dan mengelus tangan Aksara lembut.

'ya gimana gue gak cinta sama lo, saudari Renjana. Lo tiap hari makin cantik. Lo suka bertingkah aneh-aneh yang buat jantung gue gelenjotan gini' batin Aksara dalam hati.

"Ya mana gue tahu Jan. Emangnya kita bisa apa ngatur mau jatuh cinta sama siapa?" Tantang Aksara bertanya pada Renjana.

Renjana diam. Ia sendiri juga tiba-tiba saja jatuh cinta pada Kuncara. Jadi ia merasa tidak bisa menghakimi perasaan Aksara.

"Tapi lo sadarkan Sa, kalau...," tutur Renjana lirih menyadarkan Aksara bahwa hatinya saat ini hanya terukir nama Kuncara.

"Iyaa gue tahu. Gue cuma mau bilang aja Jan. Paling nggak hati gue lega. Paling nggak gue nggak harus nyimpen sendiri. Paling nggak gue udah nyoba. Gue cuma mau ngasih tahu ke lo. Kalau ada gue disini yang sayang sama lo. Ada gue disini yang selalu siap sedia jadi tempat lo pulang di saat lo lelah berlari untuk Kuncara. Ada gue disini untuk dengar seluruh cerita dan keluh kesah lo. Kalau suatu hari lo lelah, lo kecewa, lo marah sama dunia ataupun sama manusia lainnya. Gue pengen lo tahu, gue yang nggak pernah berhenti sayang dan sangat bersyukur Tuhan nyiptain makhluk indah kayak lo Jana."

Aksara menyelesaikan kalimat panjangnya. Ia sendiri tak tahu dapat darimana semua kata-kata yang tadi ia keluarkan itu. Ia hanya berusaha jujur atas seluruh yang hatinya simpan. Ia hanya ingin mengucapkan apa yang hatinya mau. Mungkin akhirnya tidak sesuai dengan apa yang hatinya inginkan. Namun, paling tidak seluruh beban perasaannya terasa lebih ringan sekarang.

"Aaaa, lo belajar manis gitu dari mana sih Sa," balas Renjana sambil memukul tangan Aksara. Ia masih sangat terpesona dengan seluruh yang Aksara katakan. Tidak pernah Aksara semanis ini sebelumnya. Aksara lebih sering membuatnya tertawa karena tingkah konyolnya daripada jadi pujangga yang puitis seperti ini.

Aksara hanya tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

"Makasih ya Aksara udah selalu ada buat Renjana. Lo emang sahabat terbaik yang gue punya Sa. Gak tahu lagi gue, gimana cara jalani hari-hari gue tanpa lo. Makasih ya Sa," jawab Renjana.

'sahabat' batin Aksara.

Aksara memang hanya sahabat. Sahabat baik. Sahabat yang selalu jadi tempat Renjana mengeluarkan seluruh tawa dan tangisnya tentang Kuncara. Tidak pernah lebih dari itu. Figuran tak akan pernah naik pangkat jadi lebih dari sahabat.

.

"Hei Ra," sapa Kuncara pada Laura yang baru saja datang ke kelas.

Kelas masih sangat sepi, baru ada segelintir manusia disana, salah satunya Kuncara dan Laura.

TEMARAM (COMPLETED)Where stories live. Discover now