-23-

114 13 5
                                    

"Renjana kemana?" Kuncara yang sedari tadi berusaha memendam rasa ingin tahunya, akhirnya bertanya pada Miranda.

"Renjana kecelakaan, kemarin waktu mau bimbel, tiba-tiba motornya oleng terus jatuh," jawab Miranda.

Kuncara terkejut mendengar apa yang Miranda katakan. Baru saja ia ingin menjauh dari gadis manis itu tetapi hal buruk justru lebih dahulu terjadi. Mungkin untuk saat ini, ia lupakan dulu seluruh yang Aksara katakan kemarin. Ia harus memastikan keadaan Renjana baik-baik saja terlebih dahulu. Kini gantian dia yang harus peduli dengan Renjana seperti saat Renjana peduli padanya saat dia sedang terpuruk dalam luka.

Kuncara langsung mengetikan pesan pada Renjana. Seharian tidak melihatnya di kelas membuat Kuncara sedikit rindu.

'Jana' satu pesan ia kirimkan.

Tak butuh lama balasan dari Renjana tiba di ponselnya.

'Iya Kuncara, ada apa?'

'Kenapa hari ini nggak masuk sekolah?'

Kuncara ingin menuliskan pesan bahwa ia rindu melihata Renjana. Namun, dihapusnya kembali, ia kembali sadar diri. Siapa dia, berani-beraninya merindukan Renjana.

'Gue habis jatuh Kun. Masih sakit semua badan gue'

'Apa yang sakit Jana? Sekarang di rumah sakit mana?'

'Hei Kuncara, gue gapapa :) cuma luka aja kok. Besok juga masuk sekolah'

'Cepet sembuh Renjana :) banyak-banyak istirahat biar cepat pulih ya. Lain kali hati-hati kalau bawa motor'

'siaap Kuncara. Makasih yaa'

Renjana tak butuh obat. Renjana tak butuh banyak istirahat. Renjana tak butuh makanan bergizi. Luka-lukanya sudah tak lagi terasa sakit. Pesan-pesan dari Kuncara cukup membuatnya sehat dan jauh lebih baik. Ah, mungkin jika ia benar-benar bisa memiliki Kuncara, bukan sekedar teman maka tak usah lagi ia merisaukan luka dan sakit. Karena ia selalu bersama dengan obatnya setiap waktu.

***

Hari ini Renjana benar-benar sudah masuk sekolah. Ia tak peduli dengan badannya yang masih pegal-pegal setelah bersentuhan dengan aspal jalanan. Plester-plester masih menempel di sekujur tubuhnya. Namun ia tidak bisa lebih lama menahan rindunya untuk segera bertemu Kuncara.

"Ya ampun Jana, lo udah gapapa?" tanya Miranda yang terkejut melihat sahabatnya ditempeli banyak plester di tubuhnya.

"Gapapa Mir, gue nggak parah kok kecelakaannya cuma lecet-lecet doang," jawab Renjana.

"Tapi tetep aja, nih lihat tubuh lo udah kayak mading sekolah, penuh tempelan," ucap Laura mendekat.

Teman-temannya lain juga ikut mendekat ke arah Renjana. Mereka ikut prihatin terhadap kecelakaan yang menimpa Renjana. Tapi disana tidak ia temukan manusia yang paling ia temui hari ini. Alasan terbesarnya untuk berangkat sekolah dengan tubuh yang sakit.

***

"Udah sembuh?" tanya seorang di dekat pintu kelas.

Renjana baru selesai membuang sampah di luar, lalu saat ia hendak kembali, ia melihat Kuncara berdiri disana. Hati Renjana menghangat. Akhirnya ia bertemu dengan orang yang paling ia rindukan. Rasa sakitnya sudah berganti dengan detak jantung yang berdetak semakin cepat.

"Lumayan, walaupun masih banyak plester kaya gini wkwk," jawab Renjana tertawa menetralisir debaran dalam hatinya.

"Seharusnya istirahat aja dulu Jana. Tanganmu pasti masih sakit nih, banyak banget plesternya," ucap Kuncara sambil membolak-balikkan tangan Renjana.

TEMARAM (COMPLETED)Where stories live. Discover now