-13-

168 23 19
                                    

Hari ini Renjana merasa tidak enak badan. Rasanya dari ujung kaki hingga kepalanya terasa nyeri. Keringat dingin keluar dari tubuhnya saat ia baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat berat.

"Nak apa nggak lebih baik kamu istirahat di rumah aja, wajah kamu pucet banget kaya gitu. Nih badan kamu juga panas," ucap Bundanya sambil memegang dahi anaknya, mengecek suhu tubuhnya.

"Renjana kuat kok Bun. Hari ini ada ulangan Matematika juga. Jana gak mau harus susulan sendirian," jawabnya menahan rasa berat yang menimpa kepalanya.

Semesta ingin kembali mengujinya. Tanpa rasa sakit kepala ini saja Renjana belum tentu bisa mengerjakan ulangan matematika apalagi ditambah dengan semua rasa sakit yang mendera seluruh tubuhnya ini. Ia pasrah. Kalau memang nanti ia sama sekali tidak bisa berpikir semoga semesta masih mau memberi kesempatan untuk melihat jawaban milik Miranda.

.

Sampai kelas Renjana hanya duduk diam di bangkunya. Sama sekali tidak bergerak. Ia tidurkan kepalanya di atas meja. Pusingnya semakin parah. Untung saja tadi ia masih bisa mengendarai motor selamat sampai sekolah.

Satu persatu jam pelajaran berganti. Renjana berusaha memaksakan diri untuk mengikutinya dengan baik. Mendengarkan seluruh penjelasan gurunya meskipun rasanya ia tak mampu menangkap semuanya dengan jelas. Hingga akhirnya jam istirahat pun datang. Ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya. Ia ingin tidur sebentar sebelum jam pelajaran Matematika datang.

"Jan lo gak mau ke UKS aja?" tanya kedua temannya prihatin dengan keadaannya yang begitu lemas.

"Nggak usah. Gue disini aja", jawab Renjana memaksakan senyum agar teman-temannya tidak terlalu risau.

"Ya udah kalau gitu lo harus makan. Lo mau nitip apa Jan. Biar sekalian kita beliin," tanya Laura.

"Gue nggak laper. Gue cuma mau tidur," jawabnya.

"Ya udah nanti kita beliin makanan yang sekiranya lo suka aja. Nanti lo bisa pingsan Jan kalau nggak makan sama sekali," nasehat Miranda.

"Terserah kalian aja. Gue mau tidur dulu," izinnya untuk segera memejamkan mata di atas mejanya.

Tak lama setelahnya ia sudah terlelap di dunia mimpi. Namun rasa dingin mengganggunya hingga membuatnya sedikit menggigil. Ia rapatkan cardigan yang ia pakai. Walaupun tak banyak membantu. Cardigan yang ia pakai hari ini terlalu tipis untuk mampu menghangatkan dirinya dari udara di luar dan udara kipas angin yang bergerak dengan kecepatan tertinggi. Kipas angin kelas Renjana selalu dinyalakan bersamaan kanan dan kiri dengan kecepatan tertinggi karena memang udara di dalam sana sangat panas, ditambah dengan pelajaran-pelajaran yang membuat mereka pusing menambah panas suasana.

Di tengah-tengah ia tertidur, ia bermimpi ada seseorang yang menyelimutinya lalu meletakkan sesuatu di samping tempatnya tertidur. Setelahnya Renjana tertidur dengan sangat pulas. Hingga suara Miranda membangunkannya.

Renjana terbangun dengan jas almamater tersampir di tubuhnya. Dan ada sekotak nasi dan sebotol susu coklat diletakkan di atas mejanya.

"Ini punya siapa?"tanya Renjana pada kedua orang temannya yang terlihat masih membawa beberapa kantong makanan. Sepertinya mereka juga baru sampai di kelas. Keduanya menggeleng tidak tahu.

"Kita beliin lo roti sama air putih yang masih dibawa Laura itu Jan. Tiba-tiba waktu kita sampai disini udah ada itu di meja lo," kata Miranda menjelaskan bahwa semua itu bukan dari mereka.

Renjana mencoba mengedarkan pandangannya mencari siapa pemilik semua itu. Apakah ada temannya yang kehilangan makanannya atau tidak sengaja meletakkan di meja Renjana. Lalu mata Renjana berhenti di sepasang mata yang juga memandangnya.

TEMARAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang