•10

476 81 34
                                    

        Taehyung dengan kursi rodanya berjalan ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat. Wajahnya begitu sendu, gurat menahan tangis begitu ketara diwajahnya.

       Tak apa ia dikata cengeng, perasaan khawatir serta sedih melihat adiknya terluka membuat air matanya terus saja ingin mengalir, walau sekuat mungkin ia menahan.

      Changbin dan Hyunsuk mengantar Yeonjun pulang, dengan keadaan tangan kanan Yeonjun yang begitu terluka parah. Jika kalian bertanya kenapa, tanyakanlah pada Yeonjun yang kini hanya terdiam diruang tengah menatap tangan kanannya tanpa ekspresi. Begitu datar nan dingin.

       Yeonjun memukul kaca mobil miliknya bertubi-tubi, berakhir tangannya yang kini terus saja mengalirkan cairan kental merah pekat berbau amis. Walaupun tadi Hyunsuk sempat membawanya ke rumah sakit, namun rasa sakit nan perihnya pasti selalu terasa.

     Taehyung kembali ke ruang tengah dengan teh hangat yang ia buat. Tersenyum tipis saat melihat Yeonjun yang hanya terdiam menunduk. Menggerakkan kursi rodanya pelan, mendekat pada sang adik. Oh iya, Hyunsuk dan Changbin sudah pulang jika kalian ingin tahu.

      Menaruh secangkir teh diatas meja, atensinya menatap Yeonjun hangat. Lalu terdiam menatap kain perban yang kini membalut kepalan tangan Yeonjun, putih dan samar tercampur merah. Itu pasti sungguh sakit.

      Taehyung menghela nafas, lantas berucap. "Jika kamu sedang emosi, bukan berarti kamu harus menyakiti diri sendiri. Jika memang kamu tengah bersedih, melampiaskan berakhir menyakiti diri bukan jalan keluar yang benar, Yeonjun-ah."

      Suara detik jarum seolah mendukung Taehyung dengan kalimat yang terucap. Hening begitu setia menemani. Taehyung tak apa, dia tersenyum tipis. Tak bosan untuk menatap paras nyaris sempurna adiknya dengan tatapan hangat nan kagum.

      "Kamu berhak untuk marah, lalu berteriaklah. Kamu berhak menangis, maka menangislah sekarang."

      Dan tepat setelah Taehyung mengatakan hal itu, Yeonjun kini mulai terisak pelan, tubuhnya bergetar kecil. Taehyung kini kembali tersenyum teduh. Yeonjun mengeluarkan semuanya, air mata yang ia pendam kini kembali keluar. Biarkan semuanya keluar, hatinya akan lega setelah itu.

       Tangan yang lebih tua terangkat, mengusap dan menepuk punggung yang lebih muda lembut. Yeonjun bener-bener menumpahkan sisi lainnya didepan Taehyung sekarang, hati Taehyung menghangat.

      "Hiks." Taehyung terkekeh kecil dalam hati. Satu isakan yang lolos dari bibir Yeonjun membuat Taehyung gemas. Entahlah, Yeonjun terlihat begitu menggemaskan didepannya. Dengan tangan kiri yang terus saja berusaha menghapus air mata, mata yang berair, pipi yang memerah serta bibir yang membentuk sebuah kurva.

      Dia bener-bener masih sama. Tangan Taehyung kini bukan lagi mengusap punggungnya, namun mengusap pucuk kepalanya. Begitu halus nan lembut. Lagi dan lagi hati Taehyung menghangat. Ia sungguh merindukannya.

      Yeonjun merosot, tidak lagi duduk disofa, kini dia hanya terduduk di lantai dengan karpet berbulu sebagai alasnya. Tangannya terlipat diatas paha Taehyung, lalu kepalanya ia tenggelam di antara lipatan itu.

     Satu air mata lolos begitu saja dari mata Taehyung. Ia bener-bener tak percaya, rasa terkejut tercampur dengan rasa bahagia yang membuncah kini membuat air mata terdorong keluar dari pelupuk matanya.

     Yeonjun menangis dipangkuan nya. Taehyung mengusap lembut rambut halus Yeonjun. Sesekali turun untuk mengusap tengkuk serta bahu yang lebih muda. "Tak apa, menangislah. Keluarkan semuanya."

       Adiknya tetaplah Yeonjun polos yang menggemaskan, tetap Yeonjun yang manja serta Yeonjun yang cengeng, hanya saja, tertutupi oleh sifat dingin yang kini bersarang di tubuhnya. Taehyung menunduk, mencium pucuk kepala Yeonjun. "Tetaplah seperti ini, Hyung merindukanmu."


𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang