•25

292 54 18
                                    

     Hari berlalu begitu saja, cepat dan enggan untuk menghilangkan luka. Tekanan yang tak kunjung hilang membuat semua keadaan jauh dari kata baik-baik saja. Sepekan, namun sudah banyak yang terjadi.

      Yeonjun, pemuda itu dengan setia selalu terbangun dari ritual berendam di petang harinya. Jika dulu dia akan bermain piano untuk melampiaskan rasa letihnya, namun kini menenggelamkan tubuh dalam air dingin dalam bathtub adalah hobi barunya.

     Atensi sibuk menatap langit-langit polos kamar mandi. Binar ekspresi hilang membuat dia terlihat seperti raga tanpa jiwa. Suara gemericik air yang terendam ikut andil dalam menemani pemuda tampan itu.

     Semua kejadian pahit terjadi dalam kurun waktu yang sama. Dia benar-benar tak siap untuk semuanya.

     Dimulai dari semua karyawan dan para staff dikantornya yang berangsur-angsur mengundurkan diri. Perusahaan hasil jerih payahnya menurun, semua kerja kerasnya kini hancur tanpa sisa.

     Taehyung--kakak sekaligus keluarga yang dia punya kini tak lagi perduli. Yeonjun bagai debu yang tersapu oleh angin, tak terlihat dan tak berharga. Tujuan hidupnya kini telah tiada. Dari dulu dia mati-matian berusaha untuk keluar dari masalah mentalnya, bertahan hidup dari rasa sakit hanya untuk tetap menemani kakaknya.

     Namun kini Taehyung bukanlah kakaknya yang dulu. Itu berarti dia tidak punya lagi tujuan hidup, bukan?

     Taehyung seolah lenyap ditelan waktu, dia pergi pagi buta lalu kembali pulang saat semua orang sudah terlelap.

     Yeonjun tahu semuanya, dia tak pernah tidur. Dengan setia selalu menunggu sang kakak pulang ketika jam menunjukkan pukul di penghujung hari. Ketika sudah memastikan sang kakak terlelap dengan damai, barulah dia tertidur dengan mata yang sembab.

     Disaat dia benar-benar dalam membutuhkan seorang sandaran, tetapi semua orang seperti menghilang. Tak ada seorangpun.

     Dulu dia akan berlari dan berbagi cerita pada Jungkook, akan tetapi pria bermarga Jeon itu bahkan tampak enggan bertegur sapa akibat perkataannya tempo lalu.

     Yeonjun tahu, semua adalah salahnya.

     Bangchan, kerap kali mengajak Yeonjun pergi untuk sekedar meminum kopi dan berbagi cerita. Namun ketika saat Yeonjun ingin mengeluh, dokter muda itu dengan keadaan sungguh terpaksa pergi untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang dokter di rumah sakit. Bukankah prioritas utama seorang dokter adalah pasiennya?

     Jimin senantiasa menjadi teman yang setia bagi Taehyung. Menjenguk bahkan sesekali mengajaknya jalan-jalan, bersama Hyerin tentunya.

     Memikirkan wanita bernama Kang Hyerin, Yeonjun selalu terdiam dengan kebingungan. Siapa dia? Tiba-tiba datang menjadi dinding pemisah yang merenggut waktunya bersama sang kakak.

     Yeonjun bangkit dari bathtub setelah cukup lama berendam. Kulitnya mulai pucat dan dingin. Dia berjalan dengan pelan menghadap kaca didekat wastafel. Menatap pantulan dirinya dalam cermin, tanpa suara dan bergeming.

     Atensi beralih menatap tangannya yang tak semulus saat masih kecil. Begitu banyak bekas luka ulahnya yang begitu kentara. Garis-garis yang cukup mengerikan dan menyayat hati menghiasi tangan halusnya. Tak sedikit, sebab nyaris setiap hari dia melakukannya.

     Turun, kini matanya melihat bekas-bekas itu pada pahanya. Paha putih yang kini tak lagi mulus. Ketika tangan sudah tak ada lagi tempat untuk benda tajam itu menyapa, maka dia akan menjadikan bagian tubuh yang lain sebagai tempat pelampiasan.

     Itu hal yang benar-benar tidak baik, dia tahu itu, tubuhnya perlahan akan rusak oleh bekas luka yang tercipta olehnya. Pikiranlah yang selalu memaksa dia untuk melakukan hal tersebut.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin