•04

651 90 15
                                    

        Pemuda itu diam dengan senyuman. Manik hazelnya begitu indah bahkan bertambah indah saat cahaya senja yang khas juga menyapa retinanya.

       Ia tengah duduk dihalaman depan rumahnya, menunggu seseorang pulang. Secangkir teh hangat dan beberapa biskuit menemani, bahkan buku semakin membuatnya hanyut dalam suasana yang ia buat sendiri.

      Jika kalian kira buku itu adalah novel atau komik, maka kalian salah. Buku yang ia baca adalah buku yang mempelajari ilmu perpsikologian. Ia bilang, mungkin saja berguna bukan? Karena memang pada dasarnya sangat berguna untuk menambah ilmu.

     Atensinya teralihkan saat melihat satu pemuda manis tiba-tiba membuka gerbang rumahnya. Berjalan santai mendekat dengan senyuman lebar dan satu batang coklat ditangannya.

      "Halo Taehyung Hyung."

      Taehyung tersenyum dan mengangguk. Menyimpan buku dan menepuk bangku disebelahnya, mengisyaratkan pemuda itu untuk duduk disebelahnya.

     "Halo juga Beomgyu, duduk lah."

      Pemuda itu--Beomgyu itu duduk disebelah Taehyung.

      Iris mata Beomgyu menatap wajah Taehyung dengan lamat lantas menengok cahaya senja bergantian. Taehyung mengerutkan keningnya bingung melihat tingkah Beomgyu yang aneh, dari mulai menatap wajahnya lalu melihat cahaya senja melihat wajahnya lagi lantas kembali melihat cahaya senja, kemudian cemberut.
 
      Bukankah itu hal aneh?

      "Kenapa Beom?" tanya Taehyung.

       "Hyung tak adil!"

       Taehyung semakin mengerutkan keningnya bingung, tidak adil bagaimana maksudnya?

      "Kau tahu Hyung? Wajah tampanmu ini semakin bertambah tampan saat diterpa sinar jingga dari senja. Aku iri."

       Taehyung sukses tertawa lepas mendengarnya. Taehyung kira ia sudah melakukan kesalahan dan ketidakadilan, rupanya ia malah mendengar pujian secara tidak langsung. Taehyung tertawa dan Beomgyu semakin mem-poutkan bibirnya.

      "Semua laki-laki itu tampan Beomgyu. Tidak ada yang tidak tampan, hanya mungkin sisi pandang orang yang berbeda-beda." kata Taehyung, Beomgyu terdiam. "Kamu lebih tampan dariku." lanjut Taehyung.

      Beomgyu tersenyum tipis. Manik nya menatap wajah teduh Taehyung, tangan memberikan sebatang coklat yang sedari tadi ia pegang.

      "Hyung selalu saja membuat hatiku senang. Sebenarnya aku ingin makan coklat ini, tapi aku ingin membaginya dengan Hyung." kata Beomgyu sembari menyodorkan sebatang coklat.

      Taehyung terkekeh kecil. Tangannya terangkat untuk mengusap lembut pucuk kepala Beomgyu. Beomgyu tetangganya yang sudah seperti saudara sendiri. Teman dan sahabat Taehyung dikala saudara yang lain sibuk pada dunianya. Beomgyu orang ketiga tempat ia pulang, pulang dalam artian lain.

       "Terimakasih. Kamu tidak kuliah, biasanya hari ini kamu kelas sore?" kata Taehyung.

      "Emm aku bolos heheh."

      "Dasar! Lain kali jangan bolos, sayang kalau disia-siakan kuliahnya." kata Taehyung sembari tersenyum pahit.

      Beomgyu mengangguk dan menggaruk tengkuknya pelan, ia tahu perasaan Taehyung saat ini. Melihat keadaan dan merasakan perasaan hati Taehyung membuatnya sama terluka direlung hati.

      "Hyung, Eh dimana kursi rodamu?" tanya Beomgyu panik saat sadar bahwa Taehyung saat ini tengah duduk di bangku bukan di kursi roda.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang