•23

292 65 28
                                    

     Yang di lakukan Soobin hanya diam menatap lantai ruangan. Hanya sebentar, ditinggal pergi ke toilet namun sudah banyak yang terjadi. Ia merasa gagal memenuhi permintaan dari salah satu teman dekat atasnya itu.

     Apa yang ia dapatkan saat kembali ke ruangan atasannya? Hanya sebuah pecahan kaca yang berserakan dilantai putih serta tetesan darah yang terus mengalir dari tangan kiri pria itu, bahkan kain kasa yang kini mulai tak rapi belum lama terpasang disana.

     Ia seperti raga yang di ambil jiwanya. Hanya diam membisu, atensi bahkan tak lagi menampakkan ekspresi. Ketika perasaan sakit harus timbul saat melihat kembali pertunjukan seseorang yang sedikit 'istimewa' itu tepat didepan matanya.

     Tak dapat berbohong, dia merasa sedih untuk itu. Entah karena rasa bersalahnya terhadap janji Hyunsuk, atau memang dia tengah letih dengan semua keadaan.

     "Seharusnya tak seperti ini, Hyung." Begitu lirih dan pelan, bagai tak ada perasaan tetap untuk menyikapi semuanya.

     "Keluarlah."

      Soobin mengangkat kepalanya, kini rasa emosi kembali naik untuk mendominasi setelah rungu mendengar respon lawan bicara. "Jika tidak? Apa yang akan kau lakukan? Merusak benda-benda? Menghancurkan semua perasaan orang lain ? Atau membunuh diri secara perlahan?"

     "Keluar!!!"

     Soobin melihat kilat amarah dalam manik mata indah Yeonjun. Tidak, kini mata itu tak lagi indah tetapi tajam dan dingin, itu cukup mengerikan. Dia bagai dikendalikan oleh beban pikiran yang membuatnya semakin tertekan.

     "Melampiaskan semuanya pada diri sendiri tindakan yang benar? Apa darah yang keluar dari luka yang selalu kau ciptakan adalah sebuah hal yan---"

     "Aku bilang keluar Choi Soobin!! Perlukah aku jahit mulutmu itu agar bisa diam!?"

     Soobin tahu, ucapan Yeonjun bukanlah hal yang main-main bila 'gangguan' itu tengah menguasai. Dalam diri perasaan takut dan cemas tentu saja ada, walaupun kini tekad yang kuat mendominasi.

     Dia mendekat dengan tatapan tajamnya yang dilayangkan untuk yang lebih tua, walaupun keduanya kini bagai menghadapi perdebatan sengit. Tangan keduanya bahkan saling terkepal kuat untuk melampiaskan sebuah emosi yang semakin menggebu-gebu.

     "Apa kau tak lelah terus saja menghancurkan senyuman orang-orang?! Tak pernah berpikirkah kau bahwa semua orang benar-benar selalu kecewa atas tindakanmu?!"

     "AKU BILANG DIAM!!"

      Brughh

     "Kau tak punya hak untuk mengusik kehidupan pribadiku! Orang yang sudah melewati batas privasi seseorang maka harus lenyap dari dunia!"

      Brughh

     Soobin hanya bisa diam menatap Yeonjun yang benar-benar dikuasai amarah. Wajahnya memar, tubuhnya terbaring lemah diatas lantai dengan Yeonjun yang terduduk diatas perutnya, pasrah membiarkan wajah manis itu menjadi sasaran empuk tinjuan tak main-main dari yang lebih tua.

     Ia berusaha bangkit, namun tenaganya mulai hilang. Bukan hanya fisiknya yang sakit terkena tinjuan Yeonjun, namun perasaannya benar-benar terluka. Ia tak percaya, orang yang selama ini ia jaga dan bantu melukainya.

     Mungkin ini memanglah salahnya, memancing orang dengan gangguan mental yang cukup parah. Seharusnya bukan begitu cara ia berbicara, Soobin menyesal untuk itu.

     "Hyung." Begitu lirih Soobin memanggil, tak lupa ia berusaha untuk menciptakan senyuman walaupun itu sulit sebab memar dan luka robek di sudut bibirnya.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Where stories live. Discover now