•14

421 73 3
                                    

 
        Siang hari, pukul 12.05
       

       Yeonjun si laki-laki tampan nan menawan itu dengan santai menyantap makan siangnya, bersama dengan sekertaris pribadinya yang hanya diam menatap sang atasan dengan wajah kesal. Bibir yang tak henti-hentinya mengerutu kecil, mengucapkan sumpah serapah untuk melampiaskan rasa marahnya.

       "Berhenti mengumpat untuk ku Choi Soobin! Apa mulutmu perlu aku sumpal dengan sepatu Fantofel yang aku pakai?" ujar Yeonjun menatap datar sang lawan bicara, seraya mengelap mulutnya dengan tisu setelah mengakhiri makan siangnya.

       Soobin mendengus dingin, menatap yang lebih tua tajam dengan tangan yang mengepal erat. "Kau sangat menyebalkan Hyung! Aku kira dengan mengajak makan siang diluar, kau akan membelikannya untuk ku juga. Tapi nyatanya aku hanya diam melihatmu menyantap makan siang dengan tenang. Tau begini, tadi aku makan saja dikantor dengan anak-anak yang tengah magang. Ck, bajingan! "

      Yeonjun merapihkan jam tangannya yang sedikit melonggar, kekehan kecil terdengar dari mulutnya. Sedikit menghibur melihat soobin yang kesal karenanya. Mata indah menatap yang lebih muda, tangannya kini terlipat rapih didepan dada sebelum berucap.

     "Baiklah, sekarang pesan makanan sebanyak yang kau mau. Karena setelah ini kau harus mengerjakan semua berkas dikantor."

       "Itu kan pekerjaan mu Hyung, kenapa harus aku yang menger__"

        "Iya atau tidak itu terserah dirimu. Satu, dua, tig__"

       "Pelayan!"

       Lagi dan lagi Yeonjun sedikit terkekeh kecil. Soobin menatap yang lebih tua nyalang, benar-benar menyebalkan. Tak apa ia mengerjakan tumpukan berkas dikantor, daripada melewatkan kesempatan untuk makan makanan mahal secara gratis.

       Yeonjun diam membiarkan Soobin memesan apapun yang dia mau. Ia menatap keluar jendela restoran, pikirannya benar-benar berantakan sekarang. Entahlah, ia sedikit tak tenang. Ia kembali melamun.

       Rintikan hujan yang kini menguyur bumi membuat Yeonjun semakin hanyut dalam lamunan. Sepertinya melamun menjadi sebuah hobi dan kebiasaan baru untuknya akhir-akhir ini.

       "Jangan melamun, nanti kerasukan aku juga yang repot!"

       Lamunan Yeonjun buyar. Ia semakin menatap hujan diluar sana sebelum menatap Soobin dingin. Mulutnya berdecak kecil, tangan kirinya mengambil segelas jus di atas meja lantas meneguknya untuk menghilangkan dahaga.

       "Waktunya kau mengganti perban di tanganmu Hyung. Nanti akan aku bantu dikantor." kata Soobin menatap tangan kanan yang lebih tua dengan sedikit meringis.

       Yeonjun tak mengatakan apapun untuk merespon ucapan Soobin, hanya bergumam kecil lalu kembali menatap hujan diluar sana. Rintikan air yang cukup deras seolah tengah memanjakan Nayanika yang kini terfokus tanpa berkedip.

       Yeonjun kembali melamun.

      Soobin nyatanya juga tengah memikirkan sesuatu. Menatap Yeonjun dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kata yang akan keluar, tercekat di tenggorokan. Mulut yang baru aja terbuka kecil untuk mengeluarkan kosa kata sebuah pertanyaan kembali menutup. Ia bingung untuk bertanya, tak ingin merusak suasana hati Yeonjun lebih tepatnya.

       "Jangan hanya mengatup bibir mu kembali Choi Soobin, katakan apa yang ingin kau tanyakan?"

       Soobin sedikit tersentak kaget, ia kira Yeonjun tak menyadari. Dirinya tak menyangka Yeonjun bisa sepeka itu. Bibirnya terbuka ragu saat Yeonjun menatapnya dengan satu alis yang terangkat, sebuah ekspresi untuk menuangkan soal pertanyaan.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Where stories live. Discover now