•15

458 80 15
                                    

      Cahaya fajar yang mengintip diantara celah jendela kini berusaha untuk mengembalikan pria tampan itu dari tidurnya. Sesaat setelah mata indahnya terbuka perlahan dengan kedipan pelan setelahnya, sinar mentari mulai semakin menerobos masuk dibalik jendela. 

       Taehyung menghela nafas, pusing yang masih terperangkap dalam kepala membuat ia terdiam lemas, terlebih lagi suhu tubuh yang tak kunjung turun. Apa yang bisa ia lakukan selain tidur?

        Jarum jam masih menunjukan pukul 05.55, ia kembali menghela nafas, banyak kerjaan rumah yang harus ia selesai. Namun rasa lemas dan pusing yang ia rasakan kembali membuat ia tak berdaya. Terlebih lagi kakinya yang memang sudah sakit sejak lama.

      Ia murung di pagi hari.

      Kala kepalanya menoleh saat sesuatu yang janggal ia rasakan, matanya membulat sempurna. Berkedip beberapa kali dan mencoba untuk memproses semuanya.

      Wajah damai adiknya yang tertidur tepat disampingnya. Taehyung tak percaya, apa hanya sebuah halusinasi ataukan memang nyata adanya.

      Yeonjun terlelap dengan damai, dengan sisi kasur sebagai bantalan dan tubuhnya yang terduduk di atas lantai.

      Jantung Taehyung berpacu lebih cepat, rasa bahagia yang ia dapatkan sukses membuat kedua sudut bibirnya terangkat indah. Lalu ia berucap dengan suara lirih.

        "Adiknya Hyung."

        Begitu halus dan melayang layaknya balon yang terlepas bebas. Tangan Taehyung perlahan diletakan pada kepala yang lebih muda. Mengusap rambut hitam pekat nan halus adiknya.

       Begitu teduh nan lembut tangan itu mengusap, derasnya rasa kasih sayang yang bahkan Yeonjun tak pernah melihatnya.

       Taehyung benar-benar tulus, sedingin dan seburuk apapun perlakuan Yeonjun padanya, kenyataan Taehyung akan tetap menjadi kakak yang selalu menyayangi adiknya.

      Taehyung berharap Yeonjun tak bangun lebih awal agar ia bisa mengusap lembut kepala adiknya lebih lama lagi. Bukankah ini momen yang cukup jarang terjadi, Taehyung tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.

      Namun nyatanya Taehyung salah. Yeonjun bangun lebih awal, bahkan saat suara lirih itu berucap, rungu Yeonjun mendengarnya dengan jelas.

      Yeonjun hanya berpura-pura tertidur, ia terlalu enggan untuk membuka mata apalagi untuk beranjak menuju kamarnya. Ia merasa tubuhnya seperti dipaku oleh suasana. Ia mati-matian menahan tangisannya.

      Ada getaran aneh dalam dadanya bak dikoyak dan dipukul kuat, tubuhnya bahkan meremang hebat saat kepalanya diusap lembut. Matanya memanas, siap untuk memecahkan lelehan asin dari pelupuk mata.

      "Besok adalah ulang tahun ibu, apa kamu melupakannya Yeonjunie?"

        Ingin rasanya Yeonjun membuka mata, ia benar-benar terpukul mendengar apa yang Taehyung ucapkan barusan. Benar, dia melupakannya.

      Luapan emosi yang tak kunjung terlepaskan akhirnya Yeonjun keluarkan. Ia menangis, barulah saat pipinya terasa basah oleh air matanya, ia membuka mata dengan cepat, tangannya dengan terburu-buru menghapus jejak dan beranjak dari posisinya.

       Taehyung cukup tersentak kaget mendapati Yeonjun yang terbangun dengan begitu tiba-tiba. Rasa khawatir yang kini terperangkap dalam hatinya kembali timbul saat melihat raut sendu adiknya.

        "Yeonjun," panggilnya. Suaranya nyaris tak terdengar, benar-benar lirih.

        Merasa terpanggil, ia menatap wajah pucat kakaknya. Terdiam sesaat diiringi alunan detik jarum jam yang senantiasa menjadi backsound sedari awal.

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Where stories live. Discover now