•21

330 73 12
                                    

     Menatap langit-langit bukanlah sebuah hal yang asing bagi Taehyung. Hampir setiap hari atensi selalu tersedot pada atap ruangan, bagai sebuah kebiasaan saat perasaan bingung merayap pada pikiran.

    Suara detik jarum jam yang kini mengarah pada angka 10.00 menunjukkan waktu pagi akhir yang akan menyambut datangnya siang, lagi-lagi backsound yang menemani adalah suara jarum jam. Tenang namun cukup membuat pikiran bercabang.

     Kini ia alihkan pandangan pada sang adik yang tampak fokus berkutat dengan laptopnya, dia sedang bekerja. Namun atensi seolah tak mau berbohong untuk selalu penasaran akan tangan putih itu yang terbungkus kain kasa.

    Selalu, ia ingin bertanya dan berbagi cerita, tetapi hati sedikit ragu dan takut. Mungkinkah ia sedikit trauma untuk bertanya hal-hal yang bersifat privasi pada adiknya? Mengingat dahulu dia akan dibentak dan ditatap sinis ketika bertanya disaat pikiran khawatir menyerang.

     "Yeonjun?"

     Tangan itu berhenti menari-nari diatas keyboard, membiarkan hening menciptakan geleyar aneh dalam dada. Seolah ragu dan takut, namun rasa penasaran dan khawatir yang tak kunjung hilang membuat ia bingung.

     "Apa?"

     Rupanya masih dingin seperti biasa, namun itu lebih baik daripada tak menjawab sama sekali.

     "Jika tak ada yang ingin disampaikan, lebih baik tak usah berta---"

     "Kenapa dengan tanganmu?"

     Yeonjun yang terdiam membuat perasaan Taehyung semakin cemas, terlebih saat melihat sorot mata adiknya yang tampak dingin membuat ia takut kembali mendapat penolakan sinis atas semua pertanyaan.

     Sepertinya Yeonjun adalah seorang ahli dalam mengobrak-abrik perasaan orang lain hanya dengan tingkah kecilnya, ketika Yeonjun beranjak dari duduknya bersama itu pula Taehyung bangkit dari tidurnya dan terduduk menatap adiknya cemas.

     Taehyung hanya takut kembali merusak suasana, ia terlalu khawatir Yeonjun akan menjadi seperti dulu. Bukankah hubungan keduanya kini tengah baik? Dia terlalu takut untuk kembali hancur. "Maaf, aku hanya khawatir."

     Namun hanya keheningan yang Taehyung dapatkan. Ia tak mengerti, kenapa perasaan begitu berlebihan jika menyangkut soal adiknya.

     Suara derit kursi yang bergesekan dengan lantai membuat ia tersentak samar. Ia kira Yeonjun akan pergi keluar dengan semua kebisuan, namun diluar dugaan, dia duduk di samping brankar.

     Membuat Taehyung bungkam, seolah kaku untuk berbicara saat mendapati netra indah Yeonjun menatap dingin dirinya.

     "Kenapa kau bangun tiba-tiba? Apa kau ingin berlama-lama di rumah sakit ini?"

     Percayalah saat ini Taehyung tengah berpikir keras mencerna setiap deretan kata yang keluar dari mulut adiknya. Dia tak mengerti, terlebih saat Yeonjun berkata dengan suara dingin.

     "Kepalamu bisa bertambah sakit bila terbangun seperti tadi." Kini nada suaranya tak lagi dingin, lebih santai dari sebelumnya, seolah tahu kebingungan yang melanda kakaknya. Membuat Taehyung terdiam dan tersenyum tipis.

     "Tak apa, lagipula kepalaku sudah tak sering sakit dan pusing, tubuhku juga sudah merasa lebih baik dari sebelumnya." Begitu lembut Taehyung berkata, dia selalu tersenyum bila berbicara dengan adiknya.

     Perasaan nyaman yang dahulu pernah padam, kini timbul kembali saat lantunan suara adiknya tertangkap pendengaran. "Yeonjun,"

     "Hm?"

𝙱𝚘𝚐𝚘𝚜𝚑𝚒𝚙𝚍𝚊 | 𝚅𝚓𝚞𝚗 Where stories live. Discover now